Disclaimer: Semua tokoh yang terlibat Officialy—milik Leonard Freeman, untuk Serial 2010—milik Peter M. Lenkov, dan untuk fic ini murni 100% milik saya

ENJOY READING

-Hawaii Five-0-


"Baiklah, 20 detik untukmu menjelaskan. Mulai." Danny memandang dengan wajah butuh penjelasan pada Steve yang memegang kemudi. Steve tahu, Danny kenapa-napa setelah beberapa menit yang lalu mereka terlibat baku tembak dengan pengedar narkoba.

Dan jujur saja, Steve tidak punya ide sama sekali untuk menjawab pertanyaan Danny, lebih tepatnya pernyataan.

"A-aku tidak mengerti apa yang kau maksud, Danno." butuh 5 detik baginya berbicara dalam keadaan membingungkan luar biasa ini. Karena Steve tahu, saat Danno marah, itu adalah hal yang tidak ingin Steve rasakan lagi.

"Oh, jadi sekarang kau pura-pura tidak tahu? Huh?" Steve benar-benar bingung sekarang.

"Karena memang aku tidak mengerti apa yang kau maksud."

"Baiklah. Sekarang menepi dan keluar dari mobilku." Danny menunjuk ke pinggir jalan, Steve melotot.

"Hey, hey! Ada apa denganmu, Danno?" Steve tetap menginjak gas, hanya sedikit ia lambatkan.

"Harusnya pertanyaan itu aku yang tanya, ada apa denganmu!" Danno sepertinya benar-benar marah. Terakhir Danny seperti ini, Steve kewalahan karena Danny mendiamkannya selama 2 minggu penuh hingga Steve meminta maaf yang entah untuk apa, ia lupa.

"Oke, sekarang bisa kita membicarakan ini dengan kepala dingin?" Danny menghela napas setelahnya, ia menggaruk rambut klimisnya cukup keras.

Kemudian Danny mengangguk.

"Baiklah, sekarang tolong katakan apa yang kau maksud, karena aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang kita bicarakan." kata Steve. Danny memandangnya sebentar sebelum kembali memandang lurus kedepan.

"Saat tembak-tembakkan tadi, aku memanggilmu apa kau baik-baik saja, karena sebelumnya aku mendengar kau berteriak kencang, aku pikir kau mati tertembak. Tanganku gemetaran, dan sampai sekarang." ia menunjukan kedua tangannya, masih dengan pandangan lurus kedepan.

Steve tersenyum, kemudian menepak pundak Danny.

"Aku baik-baik saja, hanya tergores. Jangan khawatir." Steve mengusap pundak Danny, yang sekarang kelihatannya sedikit lebih baik dari saat mereka baru memasuki mobilnya.

"Tapi aku benar-benar khawatir, aku pikir kau akan balas berteriak mengatakan kalau kau baik-baik saja, tapi kemudian aku tidak mendengar suaramu, dan aku yakin kau benar-benar mati saat itu. Aku pikir aku—" ada jeda sebentar sebelum Danny melanjutkan. "—kehilanganmu."

"Oh god, aku terdengar seperti seorang perempuan yang sedang dimabuk cinta." Danny cepat-cepat melanjutkan, seketika itu ia rasakan keadaan terasa sangat awkward sekali.

"Hey, sudahlah. Lupakan oke? Aku minta maaf tidak segera memberitahumu, aku terlalu serius menembaki pengedar-pengedar itu." Steve tersenyum pada Danny, Danny membalasnya tersenyum, meski canggung sekali.

"Tapi aku ingin kau berjanji tidak mengulanginya lagi." lanjut Danny cepat.

Steve terkekeh. "Aku berjanji demi tuhan, dan demi apapun yang mungkin bisa menampung janji-janjiku."

Danny tertawa, perutnya tergelitik saat Steve mengatakan kata-kata itu.

"Kau tahu? Aku ingin menciummu. Tapi karena aku sedang menyetir, mungkin akan aku lanjutkan nanti saat kita sampai."

-Fin-

Wed, 3/20/2014, 06:56 PM, Karawang, Indonesia