Unperfect Kyungsoo
.
.
Cast : All member EXO
Genre : Tragedy, Romance
Rate : T
Disclamer : EXO itu cuma milik Tuhan YME, Orang tua,dan SM Ent. Saya hanya minjem nama doang untuk mendukung cerita saya.
Warning : YAOI (boyxboy), Typo(s), gaje, abal, Don't Like Don't Read, No Plagiat, Real dari pemikiran Author
.
.
Summary :
Kyungsoo adalah namja cacat dengan segala kekurangannya. Hidupnya berubah saat Ayahnya menikahi janda dengan dua Putra yang ternyata adalah penyebab kematian Ayahnya. Bagaimana nasib Kyungsoo saat Ia hanya tinggal bertiga dengan saudara tirinya?
.
.
Note : Kalimat dengan cetakan miring berarti bahasa isyarat dari Kyungsoo atau tulisan pada buku nya.
.
.
Kim Jong Soo 1214
.
.
.
Present
.
.
.
Prolog
Kyungsoo POV
Mereka bilang aku cacat. Yah, aku memang cacat secara fisik. Aku tidak dapat berbicara selayaknya orang normal lainnya. Entahlah, pita suaraku tiba-tiba menghilang 12 tahun yang lalu karena suatu tragedi yang membuatku trauma hingga sekarang. Aku mengandalkan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dengan Appa, satu-satu nya keluarga yang aku miliki. Terkadang aku menuliskan sesuatu pada sebuah buku kecil yang selalu aku bawa kemanapun jika aku pergi. Itu memudahkanku untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ahh tidak, tidak semudah yang kalian pikirkan. Banyak dari mereka yang menganggapku remeh. Mereka sering mencaciku, mengolokku, dan membully-ku,bahkan tak jarang mereka menyakitiku. Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan tentangku. Mungkin mereka senang saat melihatku menangis tanpa suara. Tapi aku tidak takut, karena aku percaya Tuhan serta Eomma-ku selalu berada disampingku, menemani kemanapun aku pergi. Yah, aku percaya itu.
Aku terlahir bukan dari keluarga kurang mampu. Mereka bilang Appa-ku adalah pengusaha terkaya di Korea selatan. Mungkin itu memang benar,karena aku merasakan jika Appa-ku selalu sibuk setiap hari. Berangkat kekantor sebelum aku bangun dan pulang dari kantor setelah aku tertidur. Sejak perusahaan Appa-ku melonjak pesat, Appa jadi jarang menemaniku bermain. Tapi aku bersyukur, disela kesibukannya Appa selalu menyempatkan waktu diakhir pekan khusus untukku. Itu sudah sangat cukup mengingat betapa sibuknya Appa tampanku itu.
Aku cukup bahagia hidup bersama Appa. Selama 12 tahun sejak Eomma-ku meninggal, perhatian Appa tidak pernah kurang untukku. Appa mempekerjakan banyak maid dirumah untuk menemaniku. Dan ada Paman Oh yang menjadi penjagaku. Paman Oh sangat baik. Mengantar dan menjemputku sekolah, menemani kemanapun aku pergi, menjagaku dengan baik seperti layaknya Ia menjaga Sehun, Putra satu-satunya. Berbicara tentang Sehun, kalian pasti penasaran siapa Dia. Dia adalah sahabatku. Sejak Paman Oh dipekerjakan Appa 15 tahun silam, Paman Oh dan Sehun tinggal dirumah kami. Aku senang karena masih ada Sehun yang menjagaku saat semua orang sibuk. Dia sangat telaten menghadapiku.
Semua kehidupanku berjalan normal, hingga suatu hari Appa membawa seorang wanita cantik kerumah. Appa bilang Dia adalah janda beranak 2 calon Eomma baruku. Namanya Zhang Yixing, wanita asal Cina. Putra pertamanya bernama Kim Jongdae dan Putra keduanya bernama Kim Jongin. Sifat mereka hampir sama, sangat dingin dan kaku. Aku tidak bisa berkata apapun pada Appa saat itu mengingat fisikku yang cacat. Aku sedikit kecewa dengan Appa. Aku berpikir Appa telah melupakan Eomma. Tapi ada setitik rasa bahagia saat aku melihat Appa tersenyum tulus saat memandang wanita itu. Yah, aku tau selama ini Appa selalu kesepian. Aku mencoba tidak membuat diriku egois. Asalkan Appa bahagia, aku juga akan bahagia.
"Selamat pagi Baby Kyungie, kau sudah bangun?" itu suara Appa yang menyapaku. Aku tersenyum dan mendekat padanya. Aku tercekat saat melihat Nyonya Yixing dan kedua Putranya sudah berada dimeja makan dengan pakaian yang sudah rapi. Ragu-ragu aku mendekati Appa dan mengambil duduk disebelah Appa. Kudekatkan kursiku pada Appa, entahlah jika berhadapan dengan ketiga orang baru dirumah itu aku selalu merasa was-was.
Aku memandang Nyonya Yixing yang tersenyum tulus padaku. Aku tau Dia baik, karena selama seminggu mereka tinggal dirumahku, Nyonya Yixing yang selalu menyapaku dan tersenyum padaku. Hanya saja aku takut untuk membalasnya. Entahlah, aku tidak tau alasannya. Aku hanya merasa takut.
Ku alihkan pandanganku pada kedua Putra Nyonya Yixing, Kim Jongdae dan Kim Jongin. Mereka masih tampak sibuk mengoleskan selai pada roti mereka tanpa terganggu dengan kedatanganku. Aku menatap mereka bergantian. Wajah mereka memang tampan. Kim Jongdae memiliki rahang tegas dengan kulit putih dan otot tubuh yang terbentuk. Kim Jongin dengan wajah angkuh tapi begitu memikat. Kulit tan seksi dan atletis. Mereka sempurna.
Aku menunduk saat tidak sengaja Jongin menatapku dari ujung matanya. Matanya sangat tajam. Mungkin aku tidak akan mencuri pandang lagi padanya. Itu menakutkan.
"Sayang, kenapa melamun? Kau mau sarapan atau mandi dulu?" Nyonya Yixing mencoba mencairkan suasana yang tiba-tiba hening saat aku datang.
Aku menarik sebuah buku kecil dipojok meja. Itu bukuku yang memang sengaja disiapkan untuk berkomunikasi pada maid jika aku membutuhkan sesuatu. Aku mulai menuliskan kalimat untuk menjawab pertanyaan Nyonya Yixing.
"Aku akan mandi dulu" begitulah yang aku tulis. Aku menunjukkannya pada Nyonya Yixing dan dia tersenyum.
"Aigoo...Kyungsoo manis sekali jika seperti ini. Lihat Yeobo, mata bulatnya memandangku polos saat menunjukkan bukunya" Nyonya Yixing berkata sambil tersenyum.
"Dia memang masih polos Yeobo" balas Appa-ku. Membuatku memandangnya dengan mata bulatku.
"Mandilah dulu Kyungie, kau akan terlambat jika tidak segera mandi" Appa memberikan perintah halus seperti biasa. Aku hanya mengangguk patuh dan mulai bangkit dari dudukku. Tapi tiba-tiba Jongin membuka suaranya membuatku terpaku ditempat.
"Kau mandilah dengan cepat, ini hari pertama kami" sangat dingin. Ini baru pertama kali aku mendengarnya berbicara padaku. Sangat dingin dan menusuk. Aku tidak berani membalasnya.
"Kim Jongin, bisakah kau sopan pada hyungmu?" Nyonya Yixing menegurnya. Tapi kilatan mata Jongin menyiratkan ketidaksukaan.
"Sudahlah Yeobo memang benar apa kata Jongin. Ini hari pertama mereka kesekolah. Mungkin mereka takut jika terlambat" Appa terkekeh saat membela mereka. Membuatku membelalak tak percaya.
"Kyungie, segera mandi. Appa sebentar lagi berangkat. Kau akan diantar Paman Oh seperti biasanya" Appa mengusak rambutku. Lagi-lagi aku mengangguk sebelum Appa terlebih dulu meninggalkan meja makan untuk berangkat ke kantor.
"Appa berangkat anak-anak. Baik-baik, ne?" pamit Appa dengan senyum tampannya kemudian melangkah meninggalkan kami. Nyonya Yixing mengekori Appa untuk mengantarnya hingga keluar. Begitu Appa tak terlihat tiba-tiba saja Jongin membanting garpunya kepiring membuat suara gaduh yang cukup keras. Aku terlonjak kaget.
"Haruskah kita berangkat dengan manusia cacat ini!"
Deg
Begitu datar dan dingin saat kalimat itu keluar dari mulut Jongin. Aku tau mereka malu memiliki saudara tiri sepertiku. Aku mencoba mengerti hanya saja ini masih terlalu awal untuk mereka membenciku.
"Aku rasa lebih baik aku naik bus" jawab Jongdae tanpa rasa bersalah. Hey,aku masih didepan kalian. Tidakkah kalian merasakan bagaimana rasanya menjadi aku?
"Yak! Apa kau akan berdiri terus disana?!" Jongin membentakku. Mata tajamnya menatap mataku yang sudah memerah. Aku bergetar takut. Ini adalah pertama kalinya aku takut berada dirumahku sendiri. Yah,baru pertama kali.
Tanpa membalas ucapan Jongin aku segera melangkahkan kakiku kekamar untuk pergi mandi. Ini akan menjadi awal hidup yang berat untukku.
Kyungsoo POV End
.
.
.
"Selamat Pagi Tuan Muda Kyungsoo, Tuan Muda Jongdae, Tuan Muda Jongin. Saya yang akan mengantar kalian kesekolah" Paman Oh berkata seramah mungkin menyapa Tuan Muda baru dan Tuan Muda kesayangannya. Kyungsoo mengangguk dengan senyuman manisnya. Sedangkan Jongin dan Jongdae lebih memilih diam dengan tatapan tajamnya.
Tanpa berkata apapun Jongin dan Jongdae memasuki mobil meninggalkan Kyungsoo dan Paman Oh yang masih berada diluar.
"Paman Oh, mana Sehun?" tanya Kyungsoo dengan bahasa tangannya. Jangan kaget karena Paman Oh juga mengerti bahasa tangan Kyungsoo.
"Sehun sudah berangkat Tuan Muda. Dia menggunakan bus, jadi dia sudah berangkat sejak Tuan Muda sarapan tadi" jawab Paman Oh lembut
"Kenapa Sehun tidak berangkat bersamaku? Bukankah kita satu sekolah?" tangan mungil Kyungsoo bergerak-gerak membentuk kalimat.
"Tidak apa Tuan Muda, Sehun sudah biasa menggunakan bus" jawab Paman Oh dengan senyumnya. Kyungsoo mengangguk mengerti.
Tanpa menunggu lagi Paman Oh membukakan pintu disamping kemudi untuk Kyungsoo karena Jongin dan Jongdae duduk dibelakang. Sebelum Kyungsoo memasuki mobilnya, Ia menarik ujung kemeja Paman Oh.
"Paman, jangan memanggilku Tuan Muda. Cukup panggil aku Kyungie seperti biasanya" kata Kyungsoo sambil memamerkan deretan gigi putihnya. Paman Oh mengangguk sebagai jawaban sambil tersenyum.
Keadaan didalam mobil sangat hening mengingat dua manusia baru itu masih kaku dan sepertinya mereka tidak mau mengenal Kyungsoo maupun Paman Oh. Kyungsoo berusaha mencuri pandang pada dua saudara tirinya itu lewat kaca spion diatasnya. Sedikit ragu-ragu namun Ia memberanikan diri. Yang terlihat dari mata bulatnya adalah sosok Jongin dengan wajah malasnya. Mata tajamnya memandang keluar jendela. Tunggu, ada apa dengan pandangan Jongin? ini seperti sebuah pandangan kosong yang penuh tekanan. Kyungsoo menolehkan kepalanya pada Jongdae, dan hal yang sama terjadi padanya. Ada apa dengan kedua saudara tirinya itu?
Masih dengan pikiran dengan tanda tanya besar dikepalanya saat mobil mewahnya telah berada didepan sekolah. Jongin dan Jongdae segera keluar dan menuju kedalam sekolah tanpa menunggu Kyungsoo dan berpamitan pada Paman Oh. Kyungsoo sedikit kecewa karena Ia ditinggal begitu saja. Paman Oh yang mengetahui gelagat Kyungsoopun membuka suara.
"Mereka hanya belum terbiasa bersamamu Kyungie. Masuklah, didalam ada Sehun" dengan senyum ramahnya Paman Oh mengingatkan Kyungsoo. Yah, mendengar nama Sehun membuat Kyungsoo jadi semangat.
"Nde, Paman. Aku masuk. Selamat tinggal Paman" Kyungsoo menebar senyum manisnya saat tangan mungilnya selesai mengeja kalimatnya. Paman Oh menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.
.
.
.
"Wah..wah lihat siapa yang baru saja sampai" seorang namja dengan mata sipit dengan dua orang temannya berjalan mendekati Kyungsoo. Seringaian mengerikan muncul dibibirnya.
"Ternyata kau masih punya nyali datang kesekolah,eoh?" kata namja bermata rusa sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Kyungsoo berusaha tidak menghiraukan dan berjalan melewati mereka dengan kepala menunduk.
"Apa kau tidak punya sopan santun, cacat?!" namja berpipi cubby mencekal tangan Kyungsoo dengan kuatnya membuat Kyungsoo menghentikan langkahnya. Kyungsoo meringis menahan tangannya yang seberti tertusuk kuku namja itu.
"Hah, sepertinya selain cacat fisik kau juga cacat mental!" Luhan-namja bermata rusa itu mendorong tubuh Kyungsoo hingga terjatuh.
"Bagaimana kalau kita sedikit bermain-main dengan Dia, Baek?" tanya Xiumin-namja berpipi cubby pada Baekhyun-namja bermata sipit dengan senyum remehnya saat memandang Kyungsoo.
Kyungsoo menggeleng kuat menandakan Ia tak mau lagi dibully oleh ketiga temannya itu. Mata bulatnya memerah menahan tangis. Tubuh mungilnya bergetar takut saat Baekhyun mulai mendekatinya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
"Rasakan ini cacat!" Baekhyun menyiramkan saus sambal yang dicampur air pada kepala Kyungsoo. Kyungsoo menunduk menerima perlakuan ketiga temannya itu. Bukannya Kyungsoo tidak mau membalas, hanya saja Ia akan semakin dibully jika Ia melawan.
Bahunya semakin bergetar saat semua siswa disana bersorak melihat tontonan gratis didepan mata mereka. Kyungsoo memejamkan matanya karena merakanan perih akibat saus sambal itu mengenai matanya. Tangan mungilnya menutupi wajahnya yang sudah memerah karena menangis. Yah, Kyungsoo menangis dalam diam. Ia tidak bisa bersuara meskipun hanya terisak. Ketiga temannya tertawa lebar saat melihat tubuh Kyungsoo yang telah basah.
"Lebih baik kau segera pindah dari sini,bodoh! Manusia cacat tidak seharusnya sekolah disini!" Luhan berkata sambil menendang kaki Kyungsoo membuat namja mungil itu terlonjak menahan sakit.
Ditempat yang tak jauh dari sana, dua pasang mata tengah menyaksikan kejadian yang tidak mereka duga. Mereka melihat bagaimana Kyungsoo dibully dan direndahkan didepan siswa lain. Namun keduanya tak berniat sedikitpun untuk menolong. Mereka hanya menonton. Yah, menonton bagaimana lemahnya namja mungil itu saat berhadapan dengan banyak orang.
"Kyungie!" sebuah suara berat menginterupsi kerumunan yang sedang tertawa melihat tontonan gratis didepannya.
Namja dengan tubuh tinggi dengan kulit seputih susu berlari mendekati Kyungsoo dengan wajah khawatir. Bagaimana tidak, Ia melihat Tuan Mudanya tengah terduduk dengan menutup wajahnya menggunakan kedua tangan mungilnya. Sehun-namja itu menerobos kerumunan yang masih saja belum puas menertawakan Kyungsoo.
"Kyungie, gwencana?" Sehun memegang tangan Kyungsoo yang masih menempel diwajahnya. Tak ada jawaban dari Kyungsoo, tapi Sehun tau Kyungsoo sedang menangis. Melihat bagaimana bahu mungilnya bergetar hebat membuat Sehun geram.
"Apa kalian sudah gila, eoh? Apa yang kalian lakukan?!" teriak Sehun pada ketig namja yang Sehun yakin merekalah pelakunya. Ketiga namja itu terlonjak kaget saat melihat mata Sehun berkilat marah. Suaranya sangat tegas dan membuat mereka bertiga merinding.
"Si-Siapa kau?" tanya Luhan ragu-ragu
Sehun tak berniat menjawab pertanyaan dari Luhan. Yang ada dipikirannya sekarang adalah Kyungsoo. Kyungsoo sedang menangis dan kesakitan. Tidak mungkin Ia membiarkan Kyungsoo terus duduk dan ditertawakan semua orang.
"Kyungie, ini aku Sehun. Kita pergi dari sini, eoh" Sehun mulai membantu Kyungsoo berdiri dan membawa tubuh Kyungsoo menjauh dari sana. Ketiga namja itu hanya menatapnya heran dengan berbagai pertanyaan yang berkecamuk dipikiran mereka. Bagaimana bisa si cacat Kyungsoo memiliki malaikat penolong setampan dia?
Ditempat yang masih sama, kedua namja itu masih setia berdiri ditempatnya. Melihat adegan yang menurut mereka menarik.
"Ternyata Dia sangat lemah, dasar cengeng" kata Jongin meremehkan.
"Sudahlah, tidak ada untungnya kita mencampuri urusan manusia cacat itu" Jongdae menimpali.
"Hyung, bagaimana dengan nanti malam?" tanya Jongin mengalihkan pembicaraan
"Kita akan mendapat banyak uang, jadi bagaimana mungkin kita menolaknya" Jongdae menyeringai
"Bagus! Aku tidak sabar dengan pesta nanti malam" Jongin menatap kedua tangannya yang terkepal, menandakan bagaimana gatalnya tangan itu karena telah lama tidak 'bermain-main' dengan sebuah pisau.
.
.
.
TBC? *NahLoh
.
.
.
Yehet! JongSoo ComeBack dengan Fic baru. Haha...padahal yang lainnya belom selesai. Tapi ini tiba-tiba aja tersirat gegara seharian muter playlist-nya XOXO, kangen mereka sih *gaknyambung
Ini ceritanya masih pendek, karena masih pengenalan. Kalau banyak yang suka akan JongSoo lanjutkan, tapi kalo gak ada yang suka tetep JongSoo lanjutkan kok *Eaa
Seperti biasa, ripiuw dari kalian adalah penyemangat buat Jongsoo.
Akhir kata, Happy Reading ^^
