Hikari to Kage no Kyori
By : Mikazuki_Hikari
Disclaimer : Fujimaki Tadatoshi ©
All Chara belongs to Fujimaki Sensei
This Fiction belongs to Mikazuki_Hikari
Rate : T
Genre : Romance
Pairing : Kuroko Tetsuya
Warning : Shonen-Ai, Typo(s), EYD tidak sesuai aturan, Male x Male, Alternate Reality (AR)-sedikit, Out of Character (OOC)
Don't Like Don't Read
I have warned you
.
.
.
Dulu, saat ia masih mengenakan seragam SMP-nya, ia memiliki orang yang dia sayangi, ia meng anggap orang itu sebagai cahaya dan ia sebagai bayangannya, hubungan mereka bisa dibilang sangat baik, mengingat kedekatan mereka yang bisa dibilang sedikit tidak lazim untuk dua orang pria yang memiliki hubungan yang sangat dekat.
Kini, musim telah berubah, ranting pohon yang tertutup oleh selimut musim dingin mulai menyembulkan kelopak merah muda sebagai tanda pergantian musim
Ya... Musim semi.
Kuroko Tetsuya 16 tahun, melangkah di tengah keramaian sepanjang pintu masuk SMA Seirin, sekolah barunya. Di tengah hamparan kelopak bunga Sakura yang berguguran meja meja tertata rapih dengan para senior yang duduk sambil mempromosikan kegiatan ekstrakurikuler, mulai dari senior yang memakai seragam otentik khas cabang olahraga mereka sampai senior yang membagikan flyer kepada para junior yang lewat.
Ditengah keramaian, tidak ada satu pun orang yang menyadari keberadaannya, yaa, itu lah salah satu kelebihan pria mungil ber iris ocean blue itu, jarang sekali yang bisa merasakan keberadaannya. Kuroko melangkah ke arah sebuah papan mading, ia memastikan dimana lokasi ekstrakurikuler basket, di sebuah kertas putih yang tertempel di dinding, tergambar lokasi stand ekstrakurikuler basket yang pas bersebelahan dengan ekstrakurikuler american football.
Kuroko bisa melihat 2 orang senior wanita dan pria yang duduk di meja dengan poster bertuliskan ekstrakurikuler basket, sedang berbicara dengan seorang pria besar berambut dual tone merah hitam dengan alis bercabang yang nampaknya juga tertarik dengan basket.
Aida Riko, Hyuuga Junpei, Kagami Taiga itulah nama kedua senior dan pria bertubuh tinggi besar yang sedang terlibat dalam sebuah perdebatan. Ditangan Kagami terdapat seorang senior bernama Koganei Shinji yang sedari tadi ia bawa di lengannya, serta Izuki Shun, dan Mitobe Rinnosuke yang datang menyusul kemudian.
Karena menurut Kuroko mereka terlalu sibuk berurusan dengan Kagami, dan sibuk memperdebatkan tentang anak itu, dan juga mengingat kalau ia tidak mungkin, atau sama sekali tidak akan disadari keberadaannya, tangan mungilnya mengambil pulpen yang dekat dengannya dan menuliskan namanya di form pendaftaran.
.
.
.
Setelahnya Kuroko menjalani seleksi aneh ala Aida Riko yang juga ternyata adalah pelatih mereka, dimana ia menyeleksi seseorang dari bentuk tubuh dan massa otot seseorang, one on one dengan Kagami, serta melihat porsi makan Kagami yang luar binasa- yah luar binasa, karena memang tidak ada manusia biasa yang mungkin bisa menghabiskan sebuah hamburger dengan porsi sebanyak itu- membawanya pulang bersama pria tinggi itu, menjelaskan tentang ke lima sahabatnya yang memiliki gelar Kiseki no Seidai membuatnya berkata kepada pria yang baru dikenalnya itu dengan perkataan
"Kamu tidak dapat melakukannya sendiri, aku juga memutuskan..."
"Aku adalah bayangan, tapi semakin kuat cahaya semakin gelap pula bayangannya dan semakin menonjolkan kecerahan cahayanya..."
"Aku akan menjadi bayangan untuk cahayamu..."
Hikari to Kage no Kyori
By : Mikazuki Hikari
.
.
.
Chapter 1 : Aku adalah Bayangan untuk Cahayamu
"Oooii Baka! Jangan muncul tiba tiba seperti itu." Kagami terkejut karena Kuroko yang muncul secara tiba tiba seperti barusan, 'entah mengapa dia selalu melakukan hal seperti itu' batin Kagami.
"Rasanya tidak pantas seorang Bakagami seperti kau, berkata seperti itu padaku." Iris ocean blue itu bahkan tidak berkedip sama sekali, dan tubuhnya pun tidak bergeming.
"Sudah hentikan Kagami! jangan bertindak bodoh seperti itu." Hyuuga dengan urat marah yang terukir di dahinya menyeret Kagami ke tempat latihan, Kuroko yang sedari tadi hanya diam pun mengikuti senpai dan bakagami yang baru saja di marahi oleh Hyuuga, entah mengapa memang Kuroko merasa sedikit lebih pintar daripada temannya yang keras kepala itu, begitu pikirnya.
-=Lapangan Basket Indoor SMU Seirin 17:00=-
Setelah selesai latihan, seperti biasa Kuroko dan Kagami menghabiskan waktu berdua dan makan ditempat biasa, Kuroko hanya minum segelas Vanilla Milkshake sedangkan Kagami dengan selera makan diluar akal sehat itu menghabiskan selusin burger sendirian.
"Nee, jadi menurutmu, bagaimana temanmu yang akan kita hadapi di latih tanding pertama kita nanti?" Kagami menaikkan sebelah alisnya sambil terus mengunyah burger yang ada ditangannya.
"Siapa maksudmu?" Kuroko menyeruput kembali milkshakenya.
"Itu looh, dari SMU Kaijou itu, lagi pula kau kenapa sih tidak bisa makan sedikit lebih rapih, seperti anak kecil saja." Kagami menyeka mulut Kuroko yang basah karena Milkshake yang ia minum.
Merasa yang dimaksudkan pria dihadapannya adalah sahabatnya Kise Ryouta, Kuroko menelan milkshake di mulutnya lalu memberikan beberapa penjelasan, wajahnya sedikit merona karena bagian yang di sentuh Kagami barusan masih terasa panas di wajahnya.
Kise Ryouta salah seorang dari Kiseki no Seidai yang sesuai dengan namanya Ki yang berasal dari kata Ki-iro, yang berarti kuning, memliki surai serta manik Kuning keemasan, seorang pria yang bekerja sebagai seorang model, sebagai Kiseki no Seidai, kemampuan mengkopi Kise bisa dibilang sangat melampaui rata rata, ia bisa mengkopi cara bermain lawan hanya dengan sekali pandang.
"Kau tidak berhak berkata seperti itu mulutmu saja masih berantakan, bakagami." Kuroko menjilat sudut bibir Kagami, sontak membuat pria itu tersipu.
"Oii, temee, apa yang kau lakukan!" Kagami mengalihkan pandangannya, semburat kemerahan itu nampak menjalar hingga ketelinganya.
"Hanya membalas perbuatanmu yang tadi." Jawab Kuroko datar.
Seorang wanita yang duduk disamping mereka terkekeh melihat tingkah mereka berdua, Kagami yang tak sengaja melihat wanita itu seketika bertambah malu, dan mengalihkan wajahnya ke kaca yang ada di sebelahnya, melihat wajahnya yang terrefleksi sempurna di kaca restoran itu, membuatnya semakin merasa bodoh, siapa yang mengira seorang Kuroko Tetsuya akan melakukan hal se memalukan itu? batinya dalam hati, ia menyudutkan pandangannya melihat ke arah anak itu, di luar dugaan, pada ekspresinya yang hampir tidak berubah itu terlihat semburat tipis yang cukup kentara.
.
.
.
"Nee, Kuroko." Kagami memantulkan bola basket yang ada di tangannya berulang kali sementara si biru sedang mengencangkan tali sepatunya.
"Apa yang kau pikirkan sampai bisa memilihku menjadi cahaya untukmu, banyak senpai kita di klub yang memiliki kemampuan jauh lebih hebat dariku." Kagami melepaskan bola basket yang ada di tangannya, membiarkannya menggelinding ke arah ring dan mendekati anak itu.
"Otsukaresama desu." Kuroko menyerahkan sehelai handuk ketangan Kagami.
"Oii baka, jangan mengalihkan pembicaraan seperti itu, jawab dulu pertanyaanku itu!" Kagami menyeka wajah dan rambutnya dengan handuk, lalu menggelengkan kepalanya untuk meniriskan keringat yang masih bersarang di rambutnya, dan melemparkan handukitu kembali pada Kuroko.
"Jangan dimakaan! Aku maluu!" Kagami terkejut melihat anak itu memasukkan handuk yang bekas keringatnya kedalam mulutnya dan masih tidak menunjukkan ekspresi apa apa, wajahnya merah seperti tomat, ingin rasanya ia meledak sekarang juga.
"Jadi hal lucu seperti ini juga masih tidak bisa mengalihkan perhatianmu?" tepis anak itu dengan tatapan datarnya.
"Lucu Kepalamu! Cepat jawab!" rona wajah Kagami semakin menjadi jadi.
Kuroko bangkit dari posisinya, mensejajarkan matanya dengan mata Kagami, walau ia harus menjingkatkan kakinya mengingat tinggi mereka, namun anak biru muda itu berusaha menatap iris pria itu lekat.
"Kagami-kun orangnya berbeda, Kagami-kun itu spesial, aku merasa nyaman berada dekat Kagami-kun, maka dari itu aku memilih Kagami-kun, apa itu sudah cukup bagimu?" jawabnya.
'Uwaaah besarnya, manis wajahnya mulus seperti perempuan, badannya juga mungil, apa dia benar benar anak laki-laki?' batin Kagami yang pertama kali melihat Kuroko Tetsuya dari jarak sedekat ini, iris ocean blue teduh itu seakan menelan keseluruhan iris merah milik Kagami sampai ia tidak bisa berpaling.
'Oiii ooiii apa sih yang aku pikirkan, Kuroko, apa kau benar benar memikirkan apa yang kau ucapkan barusan? Tidak kah kau bisa lebih peka sedikit dengan kata katamu?' batinnya bersamaan dengan wajahnya yang kian mirip kepiting rebus itu.
"Ah, maa... baiklah kalau begitu maumu." Kagami mengelus surai biru muda itu lembut.
Semburat tipis menyeruak di pipi anak itu dan tangannya menjangkau ke area yang di elus Kagami barusan.
"Apakah yang barusan itu sangat berarti bagimu?" Kagami terkekeh melihat anak itu masih saja memegangi kepalanya.
"Iie, betsuni..." wajah Kuroko malah tertunduk lesu, air wajahnya pun mulai berubah menjadi sedikit lebih sendu.
Kagami heran dan berfikir sejenak, 'bisa juga ia membuat ekspresi seperti ini?' pikirnya dan merasa sedikit tidak enak karena merasa sudah melakukan suatu hal yang salah.
Kuroko yang merasa Kagami menyadari pergantian ekspresinya yang mendadak itu sontak merubah ekspresinya menjadi ekpresinya semula, yaa... satu hal mengenai sentuhan, satu hal yang belum bisa dan ia merasa masih terlalu cepat bagi Kagami untuk mengetahuinya, juga makna kata bayangan dan cahaya yang ia utarakan pada Kagami senja itu, untuk sementara anak itu berfikir untuk menyimpan hal itu untuk dirinya sendiri, ia tidak ingin mengingat masa lalunya dan membuat Kagami terlibat dengan masa lalunya yang mungkin baginya hanya merepotkan saja, ia juga tidak mau Kagami nanti akan membencinya kalau ia mengetahui hal tersebut.
Kuroko melangkahkan kakinya keluar lapangan, terik matahari mulai terasa menyengat karena sang raja siang sudah bertakhta diatas kepala mereka, ia mengulurkan tangannya berharap Kagami meraihnya lalu tersenyum simpul.
"Maa ii kaa... kalau kau memang memaksa, kau manis kalau tersenyum seperti itu, baka..." Kagami mengelus kepala anak itu sekali lagi dan ikut berjalan keluar lapangan bersama dengan pria biru muda itu.
"Kau juga harus berusaha keras untuk melawan Kise-kun besok, seperti yang kubilang, meraih kaki para Kiseki no Seidai saja kau masih terbilang belum pantas." Kuroko berusha menyembunyikan rona wajahnya.
"Haaii~ Kantouku." Ledek Kagami.
"Urusai yo, bakagami..." Kuroko memajukan bibirnya.
"Wakatteru yoo.."
.
.
.
-=SMU Kaijou 10:00 =-
"Kurokooochiiiiiiiiiii!" sesosok pria berambut kuning berlari kencang ke arah pria biru yang lebih pendek, seakan sudah tidak bertemu dengan anak itu dalam jangka waktu yang panjang.
"Bisa tidak, tidak usah bertindak norak seperti itu?" Kuroko memukul pelan kepala sahabat lamanya itu.
"Kurokocchiiii~ setelah kau menolak undanganku untuk bergabung dengan kami secara dingin, aku terus menangis di balik bantalku setiap malam ssuu~" Pria berambut kuning itu merengek.
"Percuma Kise-kun, aku tidak akan terpengaruh meski kau bilang seperti itu sekalipun..." Kuroko menggelengkan kepalanya lalu mengikuti Kagami dan senpainya yang lain.
"Kurokocchiiiiii! Tunggu aku ssuuuuu! Aku kan yang punya sekolah ssuuuuu!" Kise mengejar Kurokocchinya dari belakang.
.
.
.
-=SMU Kaijou 3:00 pm=-
"Uwaaaaah, aku tidak percaya kita kalah ssuuuuu!" raungan tangisan Kise terdengar dari halaman belakang SMU Kaijou, anak itu tidak berhenti menangis semenjak kekalahan 100-98 pada latih tanding pertamanya melawan Kurokocchi.
"Tidak usah berlebihan begitu Ahoo! Kita kan cuman kalah dalam sebuah latih tanding" Kasamatsu Yukio menendang bokong pria Kuning yang sedari tadi menurutnya bertingkah lebih menyebalkan dari biasanya.
"Tinggal kan aku sendiri ssuuuu!" Kise kembali merengek.
"Baiklah kalau itu maumu, dinginkan kepalamu,dan berhenti bersikap seperti anak kecil seperti itu, aku tidak suka melihat wajah menangismu itu tau..." Kasamatsu memalingkan wajahnya yang merona, setidaknya aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk mengembalikan semangatnya, begitu batinnya, lalu ia melangkah pergi.
Kise membasuh wajahnya, pertama kalinya ia dikalahkan dalam sebuah pertandingan, apalagi dikalahkan dengan orang yang baru pertama kali ia temui, wajahnya sudah nampak basah, air yang mengalir dari kran dan air matanya yang mengalir pun tidak lagi dapat dibedakan.
"Hari ini memang adalah hari sialmu, tapi tak kusangka kalau kau benar benar akan kalah." Sebuah suara datang mendekat pada Kise, ia mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu, seorang pria berambut hijau berkacamata berdiri tegap di depannya.
"Kau datang menonton ya Midorimacchi?" tukas Kise.
Midorima Shintarou, salah satu dari Kiseki no Seidai yang memiliki keahlian shooting, ia bisa melakukan shoot dari sudut mana saja pada lapangan, selalu mengandalkan ramalan bintang pada acara Oha-Asa yang ia saksikan setiap paginya, selalu nampak terlihat bersama dengan Kazunari Takao yang entah mengapa selalu setia mendampinginya.
"Jangan galak galak begitu Shin-chan..." dengan nafas yang tersengal Takao mendekati dua orang mantan teman satu tim itu.
"Urusaaii nodayo!" Midorima menaikkan kacamatanya.
"Naaa~ Shin-chan karena kita kebetulan kita sudah terlambat, lebih baik kita pulang saja." Nafas Takao masih tersengal.
"Baiklah, aku juga tidak ingin berlama lama berurusan dengan orang bodoh seperti dia, cepat kayuh lagi sepedanya Takao!" perintah si Tsundere megane itu malu malu.
"Tapi aku kan baru saja mengayuuh?" wajah pria pendek itu memelas.
"Diam saja dan cepat kayuh sepedahnya!" Midorima melangkah menuju chariot yang mereka bawa hingga kemari.
"Aikawarazu da naa~ Midorimacchi~" Kise terkekeh melihat tingkah si rambut hijau itu.
"Aku bisa mendengarmu nodayo!" bentak Midorima.
"Haaiii~"
.
.
.
-=Skip Time After Seihou Match=-
-=Sore Hari 05:00 =-
"Anoo saa, Kuroko.." panggil Kagami.
"Hn?" Kuroko memainkan bola basket yang ada di tangannya.
"Apa kau tidak berfikir untuk membawanya lebih jauh?" Kagami menggaruk pipinya yang tidak gatal, irama berjalan mereka yang semula sama mendadak berubah menjadi sedikit sumbang karena ada sesuatu yang dipikirkan pria yang lebih besar itu.
"Ituu, memang sebenarnya terdengar aneh, tapi apa kau tidak merasa ada suatu kecocokan diantara kita berdua?" wajah Kagami merona.
"Maksudmu?" anak itu mencoba menghindar, ia tau benar apa yang dimaksudkan oleh Kagami, namun ia berusaha mencoba untuk terlihat tidak peka.
"Aku dan kamu, ber paa—" gigi Kagami beradu, berusaha menahan perkataannya,bibir bawahnya gemetar, sekujur tubuhnya berkeringat.
Kuroko menundukkan wajahnya, ia sama sekali tidak pernah berfikir kalau Kagami berfikir seperti ini padanya, seakan membawa kembali kenangan bersama dengan pria itu pada kenyataan yang sudah sedemikian rupa ia bangun, melupakan kenyataan pahit yang pernah ia alami dulu.
-=Flash Back=-
"Ano saaa, Aomine-kun..." wajah pria mungil itu merona.
"Nanda Tetsu?" Aomine Daiki melepaskan Gori-gori-kun yang ada di mulutnya.
"Apakah tidak lebih baik kalau kau dan aku itu menjalin suatu hal yang lebih..." Kuroko Tetsuya muda mencoba menyembunyikan rona pada wajahnya, ia menarik lengan baju pria indigo berkulit gelap yang berjalan sedikit lebih cepat darinya itu.
Tidak menjawab apa apa, Aomine meletakkan tangannya pada kepala anak itu dan mengelus surai biru muda itu lembut, air mukanya yang datar berubah menjadi lebih tenang.
"Kalau tidak dicoba, kita tidak akan tahu kan?" jawab Aomine.
"Kise-kun bagaimana?"mengingat kedekatan mereka berdua, pria biru muda itu pun langsung nampak seperti putus asa.
"Kau adalah bayanganku, dan aku adalah cahayamu, semakin kuat cahaya semakin gelap pula bayangannya dan semakin menonjolkan kecerahan cahayanya, bukankah kita tercipta untuk tujuan tersebut?" Aomine tersenyum.
"Aah... hai..." wajah Kuroko merona mendengar jawaban Aomine barusan tangan mungil yang sedari tadi menggenggam lengan baju partnernya itu, turun kebagian tangan besar milik Aomine dan menggenggamnya erat.
"Sampai kapan kau bisa menggodaku seperti ini terus hah?"Aomine meniadakan jarak diantara bibir mereka dan mencium lembut bibir kemerahan Kuroko.
"Daisuki da yo, Tetsu..." Senyum hangatnya kembali terpancar diwajahnya.
"Aku membencimu Ahomine..." rona di wajah Kuroko semakin menjadi jadi.
.
.
.
-=Flash Back=-
"Tetsu, aku tidak berpikir kau salah tapi..." Aomine berjalan semakin cepat.
"Aku tidak bisa..." tukasnya.
Kuroko menatap nanar kearah punggung Aomine yang berjalan didepannya,tangannya yang mengepalkan sebuah tinju dan berharap kekasihnya itu akan mengembalikan tinjunya seperti biasa yang mereka lakukan.
"Aku tidak akan pernah bisa menemukan apa yang kucari, satu satunya yang bisa mengalahkan aku adalah aku." Lanjut Aomine yang melangkah pergi ke arah ring kubu lawan mereka.
-=End of Flash Back=-
Seakan ingin berharap waktu berputar kembali, namun ia tidak bisa menghentikan Kagami untuk tidak berkata demikian, bayang bayang sosok seorang Aomine Daiki yang membuatnya kecewa dengan Keegoisannya itu, membuat ia tidak bisa menjawab tawaran Kagami, rasa trauma akan hal yang dahulu itu masih membayangi dirinya.
Kagami yang sudah bosan menunggu, mendekatkan wajahnya, memeluk tubuh mungil itu dan mencium bibirnya. Mata Kuroko sontak terbelalak, wajahnya memerah, namun anehnya air matanya mengalir.
"Kagami-kun..." nafas Kuroko tersengal karena ciuman yang dibuat Kagami barusan.
"Aku tidak tau apa yang kau pikirkan sedari tadi, dan apakah barusan bisa merubah pikiranmu yang seperti batu itu untuk berpikir lebih jernih?" wajah Kagami berubah menjadi seperti kepiting rebus.
Kuroko tesenyum, segala gusar dan kebimbangan dalam hatinya seakan sirna, dia memberanikan dirinya, menjingkatkan kakinya dan mengecup bibir Kagami yang masih gemetar itu.
"Baiklah kalau itu maumu, aku adalah bayanganmu, kau adalah cahayaku tapi semakin kuat cahaya semakin gelap pula bayangannya dan semakin menonjolkan kecerahan cahayanya, aku akan menjadi bayangan untuk cahayamu itu." Kuroko kembali tersenyum.
"Kuroko..." Kagami mendekap erat tubuh mungil itu, wajahnya yang manis, perilaku nya yang tenang, serta perawakannya yang mungil, membuatnya ingin melindungi anakitu dari segala apa yang mungkin bisa membahayakannya, dan Kagami yakin, ia bisa melakukan hal itu, asal anak itu selalu ada bersamanya.
"Warui warui... aku mengganggu adegan percintaan ala roman picisan ini, aku hanya kebetulan lewat jadi tidak bermaksud mengganggu." Sesosok pria bertubuh tinggi berkulit gelap itu tengah asik mengorek telinganya dengan jari kelingkingnya, sorot muka yang seperti ingin menantang seseorang untuk berkelahi terpancar dari wajahnya.
"Aomine-kun..." pupil mata Kuroko menyempit, ia melepaskan pelukan Kagami dan mengalihkan pandangannya pada rekan tim, tidak, orang yang pernah menjadi kekasih dan cahayanya itu.
"Sepertinya mainan barumu itu, menarik juga, TETSU!" Aomine menyeringai.
-=To be Continued=-
.
.
.
-=Author Note=-
Yoshaaaa~ aku kembaliiii~ ga nyangka balik balik kena WB bikin multi chap~ pingin coba bikin Canon siiih, tapiiii kali ini, for a little hint for this new project of mine~ disini Mika bakal masukin beberapa Canon dan Possible pairing buat bikin fic yang ini jadi lebih berwarna~ udah itu aja hint buat cenayang cenayangannya XDD *laugh* *disambit gunting*
Anyway~ Leave jejak setelah membaca yoo~
Masih membutuhkan dukungan readers tertjintah dan kakak kakak Author yang kebetulan mamphir buat baca fic hasil semedi di kelud ini dan meninggalkan ripiu dan keripik yang leghit leghit kalau bisa sedikit pedes juga ga apa *kangen di ripiu boo~*
Miss You Guys~ sumpah kangen nge stalkin story dan ngerepres tiap 3 jam sekali buat mantau *rajin juga kau yaaah~ dasar NEET* /kenapa curhat?
Flame, Bash masih diterima dengan lapang dada~ terserah kalian mau punya pendapat apa meurut saya itu membangun.
Selamat menunggu kelanjutannya minnacchiii~
Read and Review
Mind to Review my Fic?
Sign
Mikazuki Hikari
