Suara yang pernah ku dengar
Genre : Romance , Supernatural
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Warning : ga jelas , berantakan , EYD ga sesuai
Rated : T
Aku pernah mendengar suara ini , suara yang pernah ku dengar mengalun merdu didalam telinga ini ….. mungkinkah dia ?
Aku pun terbangun dari tidur nyenyakku dan beralih dari dunia yang menyenangkan ke dunia yang penuh dengan kebusukan. Aku sudah muak menghadapi dunia ini dan itulah yang selalu dikatakan oleh gadis berambut indigo itu. Entah sejak kapan kepribadiannya berubah drastis tak ada yang mengetahuinya sejak kapan. Sayup sayup dia mencoba membuka matanya rambutnya yang berantakan membuatnya seperti bukan gadis anggun layaknya putri seperti dulu lagi.
" Ah , sudah pagi ternyata ," diapun beranjak dari tempat tidurnya untuk mengusap wajahnya yang seharusnya manis tidak seperti saat ini.
" Hinata …. " sebuah suara terdengar mendengung didalam telinganya , nampak tak begitu asing dalam memori otaknya walau dia tak bisa mengingat dengan jelas suara siapa itu.
Selesai mencuci muka dia segera melap wajahnya dan mengengok apakah ada orang diluar rumah dari jendelanya. Karena kamarnya berada di lantai dua kemungkinan jelas dia bisa mengetahui siapa yang berada diluar. Namun tak nampak ada siapa-siapa didekat rumahnya hanya bebrapa orang yang lalu lalang dijalan.
" Oh , mungkin hanya perasaanku saja ."
Akhir-akhir ini dia selalu mendengar suara-suara yang serupa dan nampaknya dari orang yang sama. Walau tak terlalu memikirkannya gadis yang rupawan itu menjadi semakin merinding. Tapi entah kenapa suara yang selalu didengarnya akhir-akhir ini membuat hatinya nyaman saat mendengarnya.
" Lebih baik aku mandi dulu , ada kencan yang harus ku jalani ."
Tanpa basa-basi gadis ini segera meluncur ke kamar mandi. Kencan pertamanya sejak ia keluar dari rumah sakit membuatnya nampak bersemangat. Tak ada yang tau kapan dia keluar dari rumah sakit dan sejak kapan dia masuk didalamnya. Sebuah rahasia yang nampaknya tak ada yang tau.
.
.
.
.
" Maaf membuatmu menunggu Kiba ," nampak Hinata yang terengah-engah akibat lari.
" Sudahlah jangan dihiraukan lagipula aku baru saja datang ,"
" Eh , bukannya kita janjian jam 10 tapi ini kan hampir jam 11 " wajahnya nampak heran.
Kiba hanya tertawa melihat ekpresi gadis nan imut didepannya itu.
" Hinata , bukankah itu yang harus dikatakan seseorang yang menunggu walau hanya kebohongan ,"
Hinata hanya menggaruk kepala bagian belakangnya tak mengerti maksud dari Kiba. Tanpa pikir panjang Kiba segera menarik tangan Hinata. Sementara Hinata hanya memandangi Kiba dari belakang.
" Lebih baik kita bersenang-senang untuk hari ini ."
Mereka berdua berjalan-jalan ditaman hiburan dengan pergi kesana-kemari tanpa ada tujuan yang jelas.
' HINATA….. '
Suara itu tiba terdengar kembali sekarang suara itu nampak berada didekat Hinata dengan cepat dia menoleh disekitarnya. Banyak orang membuatnya bingung siapakah yang memanggilnya ? namun tak ada seorang pun yang dikenalinya didekatnya kecuali Kiba. Tapi tak mungkin Kiba , dia sedang memakan permen kapas yang baru saja dibelinya.
" Ada apa Hinata , kau tak mau permen kapas ? "
" Eh oh , tidak tidak ada apa-apa "
Dengan cepat dia segera menghilangkan pikirannya yang acak-acakan saat ini dia mencoba berpikir jernih.
' Aku kenal suara itu tapi entah kenapa aku tak bisa memngingatnya '
Mereka berdua segera berkeliling kembali di taman hiburan itu untuk menghilangkan stress akibat sekolah yang sebentar lagi mengadakan ujian akhir.
" Kau ingat apa yang aku bilang saat memberimu pesan Hinata ,"
" Oh iya , apa yang ingin kau bicarakan ,"
Kiba nampak menelan ludahnya tubuhnya sedikit bergemetar begitu pula dengan bibirnya yang gregetan.
" Aku …. "
" Ya ? ….. "
" Akuuu emmm… "
Hinata memiringkan sedikit wajahnya rmabutnya terhempas sedikit angin. Mereka berdua yang hanya sendirian disebuah taman jika dilihat orang lain nampak jelas mereka berdua seperti orang yang sedang berpacaran.
" Emmmm … Aku menyu-ka-i-mu Hinata ."
Hinata hanya bisa termenung otaknya tak sanggup lagi berpikir dan tak mampu harus berbicara apa saat ini. Dia sama sekali tak memiliki perasaan pada Kiba namun dai tak mau jika dia menolaknya membuatnya sakit hati.
" Ba-bagaimana ya …. "
" Tak perlu dijawab sekarang Hinata aku sudah lega karena sudah menyatakan perasaanku sebenarnya aku sudah menyukaimu sejak SMP dulu "
Tiba-tiba beberapa potongan memori otaknya seperti berputar didalam otaknya. Sesuatu yang seharusnya diingat namun terlupakan bahkan hampir terhapus dari memori otaknya.
Memori otaknya yang berputar saat ini seperti kejadian yang sama yang dihadapinya saat ini. Nampak sebuah raut wajah yang tak terlihat mengatakan pada Hinata bahwa dia menyukainya.
Hinata pun terduduk dari memegangi kepalanya. Kepalanya nampak begitu sakit saat memori otak yang hampir dilupakannya itu muncul kembali dan menguras semua tenaga otaknya. Dia pun pingsan dan nampak Kiba yang berteriak-teriak mencari bantuan.
.
.
.
.
.
' Benarkah kau mencintaiku ? '
' Ya itu pasti aku sangat mencintaimu Hinata , biarkan aku selalu berada disisimu '
' Tentu saja , karena aku juga mencintaimu Na… '
.
.
.
Kelopak matanya sedikit membuka dan nampak langit-langit berwarna putih yang terlihat.
" Nampaknya keadaannya hampir seperti semula ,"
" Memori otak yang diputar kembali pasti membuatnya shock dan menguras banyak tenaga ,"
" Baiklah dok , saya akan membuat laporannya terlebih dahulu ."
Sang perawat itu pun keluar dari kamar Hinata. Namun karena belum terlalu kuat dia tak dapat mendengar percakapan antara dokter dan suster itu.
" Oh , kau sudah bangun ? bagaimana keadaanmu ? "
Hinata tampak menggerak-gerakkan kedua bahunya untuk sedikit membuat relax ototnya.
" Bisa kau bertahu yang sebenarnya terjadi dok ? "
Dokter itu hanya terdiam tanpa sepatah katapun dan matanya yang mencoba kabur dari penglihatan Hinata yang mencoba menginvestigasinya. Hinata sadar akan hal itu kemudian dia kembali membaringkan tubuhnya ditempat tidur.
Dokter pun keluar dari ruangan Hinata tanpa sepatah katapun. Hinata hanya sanggup menerka-nerka apa yang sedang terjadi. Nampak semua orang seperti merahasiakan sesuatu darinya. Tak lama kemudian HP-nya berbunyi beberapa detik kemudian Hinata mengambil HP-nya dari dalam sakunya.
" Ya Sakura , ada apa ? "
" Ku dengar kamu masuk rumah sakit lagi Hinata ."
" Emmmm Yah…. "
" Sudah ku bilangkan kamu hati-hati Hinata jangan sering keluar rumah , istirahatlah yang cukup dan jangan beraktifitas terlalu keras ." Sakura tampak memarahi sahabatnya itu yang dulu dikenalnya penurut tak seperti saat ini, " Baiklah aku akan ke sana tunggu saja. "
.
.
Pintu kamarnya pun nampak terbuka dan sesosok gadis berparas cantik itu memasuki kamarnya.
" Apa yang kau lakukan dengan Kiba , Hinata ? "
" Yah , dia mengajakku kencan jadi tak mungkin aku menolaknya ."
Walau kepribadian Hinata sedikita ada yang berubah namun kebaikan hatinya masih tetap dimiliki. Sakura hanya menghela napas melihat sahabatnya sejak kecil itu.
" Nampaknya sudah saatnya memberitahumu hal yang sebenarnya Hinata ,"
Hinata yang sedari tadi hanya tersenyum mulai merubah ekpresi wajahnya. Dia menjadi penasaran akibat perkataan Sakura.
" Ha-hal sebenarnya ? ."
Sakura tampak merogoh saku celananya dan sebuah gantungan HP berbentuk anak anjing yang lucu diperlihatkan Hinata.
" Gantungan yang lucu ," ucap Hinata tampak sangat menyukai gantungan itu.
Entah kenapa dia begitu mengenal gantungan HP itu tapi tak begitu mengerti. Sakura lalu membuka telapak tangan Hinata dan menyerahkan benda itu.
" Sebenarnya ini adalah milikmu Hinata , cobalah mengingatnya tapi jangan terlalu berusaha dengan keras ya."
Setelah memberikan itu Sakura langsung meninggalkan Hinata sendirian dikamarnya setelah berpamitan karena akan membantu ibunya untuk berbelanja.
Hinata hanya memandangi gantungan HP itu. Sedikit demi sedikit sebuah rekaman memori otaknya muncul dan segera membuatnya pusing. Dia pun memegangi kepalanya.
" Hinata ….. "
Hinata segera menoleh ke arah seseorang disampingnya. Sejak kapan dia masuk Hinata bahkan tak menyadarinya. Sebuah sosok lelaki dengan rambut pirang dengan senyuman khasnya.
~End of Chapter~
Jangan lupa review yak …. Maaf ceritanya gaje dan sangat jelek soalnya hanya segini kemampuanku masih butuh banyak belajar
