Disclaimer : Masashi Kishimoto (-sama)

Nge….kos ?

By : Kasumi Misuto

Chapter satu: the beginning

Suasana sibuk mulai menyelimuti diri seorang pemuda yang sebentar lagi akan bermigrasi ke tempat yang jauh dari orang tua. Namun, tekadnya untuk menghapus image 'tukang telat' yang melekat sejak dirinya duduk di bangku SMP juga sangat besar. Mau tak mau dia harus hidup sendiri tanpa ada bantuan dari orang tuanya (kecuali uang jajan tentunya) selama seminggu atau lebih tepatnya selama enam hari.

"Yosh! Akhirnya selesai juga beres-beresnya! Tinggal nungguin Lee yang jemput temen-temen."

"Naruto, sudah selesai beres-beresnya? Teman-temanmu sudah menunggu di depan."

"Sudah, Kaa-san."

"Baik-baik disana ya? Jangan buat keributan."

"Tentu saja enggak tou-san!"

"Wah! Gak kerasa kalo anak kita udah gede ya?" kata ayah Naruto.

Yang diajak bicara sudah ngeluyur keluar menghampiri teman-temannya. Di luar, terlihat sebuah mobil yang terparkir tepat di depan halaman rumah Naruto.

"Sudah selessai semuanya? Aku gak mau di tengah jalan kamu teriak-teriak ga jelas gara-gara ada barang yang ketinggalan," kata Neji.

"Bener-bener merepotkan kalo itu sampe kejadian," timpal Shikamaru sambil terkantuk-kantuk di dalam mobil. Naruto segera memasukkan barang-barangnya ke dalam mobil dan duduk bersebelahan dengan Chouji yang asyik mengunyah keripik kentang.

"Oh! Aku dapat sms dari sasuke nih! Katanya dia udah berangkat duluan kesana," kata Shino seraya mengacungkan handphone miliknya ke arah teman-temannya.

"Okelah kalo begitu. Ayo kita berangkat sekarang!"

Dalam perjalanan, aura pensaran dan deg-deg an mulai merasuki para penumpang mobil itu. Namun, hanya ada satu orang yang tidak menunjukkan ekspresi itu, Kiba.

"Kamu kenapa kok bermuram durja gitu sih? Jadi anak muda itu harus semangat dong!" kata Lee dengan wajah seperti orang yang demo minta harga BBM turun (?).

"Dia sedih gara-gara ninggalin Akamaru," kata Neji.

"Tenang aja. Akamaru bakal baik-baik aja kok," kata Chouji.

"Aku galau! Gimana kalo Kak Hana lupa kasih makan akamaru? Gimana kalo Kaa-san sama Tou-san lupa juga? Arghhhhh," kata Kiba seraya menjambak rambutnya sendiri.

"Merepotkan," komentar Shikamaru. "Aku mau tidur dulu, kalian tahu rute-nya kan?" kata Shikamaru tanpa ada balasa dari teman temannya.

"Sudahlah, jangan mikir yang jelek-jelek dong! Pikirkan yang positif. Kamu kan bisa telepon Kak Hana buat ngecek kalo Akamaru sudah diberi makan apa belum."

"Wah! Kamu pintar banget Shino."

"Biasa aja kali."

Tiba-tiba Shikamaru yang baru bangun memandang ke luar lewat jendela mobil dan menunjukkan ekspresi kaget.

"Kenapa Shikamaru?"

"Kurasa waktu aku sama Sasuke cari kos-kosan gak lewat sini."

"Terus? Apa artinya kita.. nyasar?"

"Kurasa begitu."

"Kyaaa….."

"Udah, udah. Paman, coba putar balik. Kita kembali ke jalan ketika aku mulai tidur tadi."

"Minna, gomen ne. tadi Paman gak tahu kalo udah kesasar. Soalnya saya tadi ga diberi peringatan setiap berbelok. Saya pikir memang itu jalannya."

"Tenang aja. Ga usah dipikirin."

Akhirnya mereka telah sampai ditempat yang dituju. Mereka segera turun dari mobil dan melihat Sasuke yang bersandar di pagar rumah yang ditempeli oleh kayu triplek dengan ukuran 50 X 40 cm yang bertuliskan 'terima kos putra'. Wajahnya terlihat seperti orang yang menahan amarah dan aura bosan menguar dari tubuhnya.

"Gomen ne, Sasuke. Tadi ada sedikit trouble di jalan," kata Lee.

"Iya. Kita nyasar."

"Emang aku Tanya?" sahut Sasuke yang membuat teman-temannya 'patah hati'. "Ayo kita masuk."

Setelah menekan tombol disamping pagar, suara bel berbunyi dan seorang perempuan paruh baya keluar.

"Tsunade Basan, ini teman-temanku yang mau nge-kos disini. Jumlahnya delapan orang. Apa masih cukup jumlah kamarnya buat kami?"

Perempuan yang dipanggil Tsunade itu memandang mereka satu persatu. Yang dipandang memasang wajah sesopan mungkin kepada 'calon orang tua pengganti baru' agar tidak menimbulkan kesan buruk pada pertemuan pertama.

"Tentu saja ada. Ayo masuk dan bawa barang-barang kalian juga," kata Tsunade seraya berjalan masuk ke dalam. Bukannya menuju ke pintu yang terpasang di depan rumah. Melainkan dia berjalan menuju pintu yang berada di samping rumahnya. Pintu geser yang biasanya ada di pertokoan. Setelah menggeser pintu itu, terlihatlah kamar-kamar kecil yang berjejeran dengan ukuran dan rupa yang sama. Mirip seperti perumnas hanya saja ukurannya yang lebih kecil. Terdapat lima kamar yang berjejer menghadap ke selatan dan tujuh kamar yang menghadap ke barat.

"Setiap kamar berisi dua orang. Kulihat jumlah kalian genap. Silahkan memilih partner kalian masing-masing. Hanya tersedia lima kamar. Yang lainnya sudah terisi."

"Yang mana yang kosong?"

"Yang menghadap ke arah selatan."

"Ow…"

Mereka bermusyawarah singkat dan akhirnya selesai juga.

"Kami pilih yang dari paling barat empat."

"Oke. Ini kuncinya," kata Tsunade seraya membagikan seraya membagikan kunci yang memiliki bandul nomor satu hingga empat. Sasuke dan Naruto mendapat kunci dengan nomor satu, Lee dan Neji mendapat nomor dua, Kiba dan Shino mendapat nomor tiga sedangkan Shikamaru dan Chouji mendapat nomor empat.

"Selamat menikmati, kalau ada apa-apa silahkan ketuk pintu yang berada depan kamar nomor lima yang langsung terhubung dengan rumah. Mulai sekarang aku adalah Kaa-san kalian."

"Hai. Kaa-san."

"Permulaan yang bagus," kata Tsunade seraya meninggalkan Naruto dan kawan-kawan.

Mereka segera menuju kamar pilihan masing-masing. Mulai membersihkan kamar dan menata barang-barang yang mereka bawa. Tipa kamar terdapat dua ranjang kecil atau satu ranjang besar yang cukup untuk dua orang dan dua lemari ukuran sedang serta meja tanggung dua buah.

Suasana mulai senja ketika mereka selesai menata kamar sesuai selera masing-masing. Memang sering terjadi perdebatan kecil namun akhirnya mereka menciptakan 'kolaborasi' yang disukai oleh kedua penghuni kamar.

Naruto merebahkan tubuhnya ke atas ranjang ukuran satu orang. Sedangkan Sasuke mulai menyusun buku pelajaran untuk besok. Di kamar sebelah, Lee sibuk dengan magic com yang dialih fungsikan sebagai perebus air.

"Neji, aku masak air nih titip ga?"

Neji tidak menjawab namun tangannya merogoh ransel untuk mengambil cup mi ramen instan dan menaruhnya di dekat cup mi ramen milik Lee.

"Udah mendidih nih! Tolong bukain biar aku yang nuang airnya."

Kamar nomor tiga dan empat terlihat hening. Di kamar nomor tiga, Kiba dan Neji sedang sibuk belajar. Sedangkan kamar nomor empat terlihat Shikamaru yang tidur dengan damai dan Chouji yang belajar sambil ngemil keripik kentang.

Author's note :

Wah… saya kembali dengan fanfic yang AU. Kenapa AU? Ya karena saya masih kesulitan bikin canon. Gimana gimana permulaannya? Kecewa? Penasaran? Seneng? Silahkan bilang di review ya….

Ada yang mau lanjut? Review ya…..