Star Falling Gift

by jungnana

Cast : Huang Zi Tao, Wu Yi Fan, others.

Rate : T for now? *smirks (?)

Genre : Romance, humor

Warning : BoyxBoy, yaoi. Dan kesalahan lainnya.

Disclaimer : Cast bukan milik nana, tapi milik Tuhan, orang tua, dan diri mereka sendiri. Plot cerita ini juga bukan milik nana, tapi dari Natsuna Kawase di sub-story komiknya (My Cinderella) yang judulnya Star Falling Gift. Nana coba buat ulang, tapi dasar ceritanya tetep sama. Inspirasi, ya bukan? Kawase-sensei, nana izin buat ulang ya (?)

Summary : "Hanya bersama teman seumuran, tak ada orang dewasa yang akan memperlakukanku seperti anak kecil!" / Zi Tao pikir, pengganti maid pribadinya, merupakan seseorang yang menyenangkan. Tapi... / "Rahasiakan ini dari sekolah ya, Zi Tao." / Ups, si pangeran mempunyai kunci duplikat mansionnya.

A/n : annyeong! Piece of me kehapus!_ adik nana lagi ngutakngatik pc nana pas nana lagi keluar kamar. Eh, udah kehapus aja pas nana cek. Ada yang bilang, itu terinspirasi dr bollywood? Lol bener. Sebenernya, nana lebih ke karyanya lan fang, yang bai she jing kalo gasalah, yang siluman ular putih itu. Menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pengamat (?). Eh pas nonton bollywood itu, malah dapet ide lagi. Pasti udah pada tau endingnya, jadi ga seru. Jadi nana memutuskan untuk ga ngeshare ff itu lagi, tapi ganti pake star falling gift ini sbg penggantinya.

Ini juga inspirasi lagi sih, kali ini dr komik.

Semoga suka. No siders, belajarlah menghormati.

Happy reading!

.

.


"Taozi, temani aku ke toko kue sebentar, yuk. Adikku ulang tahun, dan aku ingin beli kue untuknya."

Zi Tao terus tersenyum sambil merapikan perlengkapannya ke dalam tas. Setelah selesai, ia menoleh, mendapati seorang perempuan manis, sahabatnya, yang kini sudah berada di sampingnya.

"Tidak bisa, hari ini aku langsung pulang, Chorong." cengir Zi Tao, dibalas ernyitan bingung dari dahi perempuan manis tadi, Chorong.

"Lho, kenapa? Biasanya kau paling semangat diajak ke toko kue." tukas Chorong, masih dengan nada bingungnya. Zi Tao menyadarinya, namun ia malah menggeram kecil—geraman kesenangan—lalu terkekeh.

"Hari ini, sepupu Nona Joo akan datang ke rumah." Zi Tao menerawang, "Dia seumuran denganku, laki-laki, tapi pintar soal urusan rumah tangga. Ah, aku tak sabar menghabiskan waktu dengannya!"

"Nona Joo maid pribadimu di rumah ya? Dia mau jalan-jalan?" Chorong mulai tersenyum, ikut membayangkan pemuda yang dimaksud Zi Tao.

"Sudah mau natal, Ibu dan Ayah memberinya liburan. Tapi, karena Nona Joo khawatir aku tinggal sendirian, berhubung Ibu dan Ayah selalu sibuk, jadi, ia mengutus sepupunya untuk menggantikan tugasnya. Hanya bersama teman seumuran, tak ada yang akan memperlakukanku seperti anak kecil lagi!"

Chorong menaikkan salah satu sudut bibirnya, "Ah, kau kan memang anak kecil, tak bisa melakukan apapun tanpa bantuan Nona Joo~"

Zi Tao merengut, ia menatap Chorong yang kini telah duduk di sampingnya dengan kesal. "Jangan bilang begitu, Chorong! Itu kan wajar saja, aku ini Tuan muda!" serunya, membuat Chorong terkekeh dengan kerucutan di bibir yang dibuat Zi Tao itu.

"Ah~ Ibu sedih, Zi Tao-ku yang manis ternyata tidak bisa hidup tanpa seorang pembantu~"

Zi Tao mengernyit, menatap tingkah Chorong yang sedang terisak dibuat-buat, mirip dengan tingkah Ibunya jika sedang menceramahinya, lengkap dengan saputangan yang tiba-tiba didapatkan Chorong itu!

"Jika kau tambahkan lagi, aku benar-benar akan membunuhmu. Cuma Chorong yang tahu sampai sejauh itu." protesnya sambil memasang wajah kesal, membuat Chorong sukses tertawa terbahak-bahak. Chorong berdehem, kemudian terkekeh kecil.

"Tapi, serius, apa kau yakin bisa akrab dengan sepupu Nona Joo?"

"Tentu saja. Nona Joo bilang, ia anak yang terampil dan humoris. Ia yakin, sepupunya akan cepat akrab denganku!" Zi Tao tersenyum, kemudian mengangkat tasnya, lalu memberikan aba-aba pada Chorong untuk keluar dari kelas.

"Yo, teman-teman. Kris Wu pulang dulu, sampai jumpa besok!"

"Kyaaa! Dah, Kris! Sampai jumpa juga!"

Zi Tao mengeluh, saat lengan mungil Chorong mendorongnya untuk minggir, agar ia tak menghalangi pandangan Chorong yang sedang melambaikan tangannya pada Kris Wu tadi. Ia mendengus kecil.

"Ah~ dia benar-benar tampan dan berkarisma." ujar Chorong, sambil memegangi dadanya, merasakan debaran ala penggemar saat menatap Kris. Mungkin, matanya berkilauan seperti di kartun-kartun, bisa jadi.

"Kenapa semua orang tertarik padanya, sih. Dia kan hanya sekedar tampan. Aku juga tampan." Zi Tao mengerucutkan bibirnya, kesal.

"Dia juga terampil dan pandai, Taozi. Kau itu lebih kepada manis, dan lugu juga kikuk." Chorong memutar matanya, "Hatiku bergetar oleh senyum itu~ jadi ingin memandanginya terus. Kau tahu, dia seperti idola."

"Aku tidak mengerti. Kalau itu, sih, hobi Chorong sendiri." Zi Tao mengibaskan tangannya, isyarat tak tertarik. Ia berjalan keluar kelas, diikuti Chorong di belakangnya. Setelah itu, mereka pulang ke rumah masing-masing.

.


.

"Ini, tiket kereta ke Yanggu. Semoga kau menikmati perjalananmu, hitung-hitung relaksasi setelah Zi Tao banyak merepotkanmu."

Nona Joo menatap amplop yang baru saja Tuan besar Huang berikan padanya. Ia mendengus, kemudian menatap tiga orang lainnya yang berkumpul di meja makan bersamanya.

"Terima kasih, Tuan. Tapi, aku khawatir pada Zi Tao. Dia tak akan bisa apa-apa tanpaku." Nona Joo menatap Zi Tao penuh pandangan khawatir, membuat Zi Tao langsung merengut kesal.

"Tidak, Nona! Aku bisa! Nona Joo pergi saja!"

"Lalu kau akan makan apa untuk sarapan, kau kan hanya bisa makan bubur buatanku, Tao-baby." Nona Joo menghela nafasnya, menyadarkan kedua orang tua tao disana.

"Ah, benar juga. Apa kau bisa tahan, baby? Ibu akan buatkan bubur tiap pagi. Hanya untuk dua minggu, kau pasti bisa tahan makan bubur buatanku." Sang ibu menatap Tao terpaksa, membuat Tao lagi-lagi merengut kesal.

"Tidak usah sarapan juga tidak apa-apa, kok!" tukas Zi Tao, membuat tiga orang lainnya menatapnya kaget. "Yang penting Nona Joo pergi saja, aku bisa jaga diri sendiri. Lagipula tak enak tetap dirumah dikelilingi orang-orang yang menganggapku anak kecil, aku bisa di rumah sendiri." Zi Tao menggembungkan pipinya, bercicit di kalimat-kalimat terakhir.

"Tidak usah sarapan bagaimana? Pakai seragam sekolah saja kau masih tak becus, nak."

"Ibu!"

"Memang harus memakai pengganti. Baiklah, aku benar-benar akan meminta sepupuku menggantikanku. Nyonya dan Tuan jangan khawatir, Tuan Muda akan selamat di tangan sepupuku, karena bubur buatannya memiliki rasa yang sama dengan buatanku." Nona Joo akhirnya tersenyum, membuat Ibu dan Ayah Zi Tao tersenyum lega dan berterimakasih.

"Susah juga sih, kalau tidak ada pengganti. Aku dan Li Tian juga akan sibuk dengan urusan kantor, jadi tidak ada yang menjaga Zi Tao. Dia kan tidak bisa apa-apa." sang ibu menghela nafasnya, membuat Zi Tao yang kesal, akhirnya protes.

"Aku bisa, Ibu!"

"Kau tidak, nak. Aku saja masih harus memakaikan celanamu." Ibu Zi Tao menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda penolakan.

"Itu hanya kadang-kadang!"

"Anak satu-satunya harusnya bisa membantu orang tuanya membereskan rumah, tapi kami tak mau mengambil resiko barang-barang yang akan pecah nantinya."

"Ibu!"

"Baik-baik. Sekarang biarkan Nona Joo jelaskan tentang sepupunya itu, bagaimana, Joo?" Nyonya Huang tersenyum, buru-buru menutup mulut Zi Tao di sampingnya, agar tak berceloteh lagi.

"Dia laki-laki, seumuran denganmu. Kau sudah tahu itu, kan, Tao-baby? Dia tinggi, dan bisa melakukan apa saja, jadi jangan sungkan meminta tolong padanya. Makanan buatannya enak, mirip dengan rasa masakanku, karena aku yang mengajarinya. Sepertinya itu saja, kau tak perlu takut padanya karena ia anak yang baik." Nona Joo tersenyum, kemudian memandang Zi Tao, meminta pendapat.

"Benarkah rasa masakannya mirip denganmu?" cengir Zi Tao, yang dibalas anggukan pembenaran oleh Nona Joo. "Waaah, aku tak sabar. Dia bisa berbaur, kan? Apa aku bisa berteman dekat dengannya, Nona?"

"Tentu saja. Ia anak yang benar-benar baik. Kau akan menyukainya. Kecuali rambut pirang dan senyum gusi-nya yang aneh, mungkin."

Dan hal itu membuat Zi Tao penasaran dengan house-keeper barunya, yang terdengar menarik di telinganya.

.

.

TBC.

Lanjut/del? Terserah pada readers~ RnR ya, kamsa!