Anyong chingu, mianhe hehehehehe saya bukannya melanjutkan forgive me malah bikin FF ini, tapi tibaba-tiba dapat inspirasi untuk bikin FF ini, memang sih ceriatanya pasaran tapi saya harap chingu tetap mau review ne, niatnya sih Twoshoot atau Threeshoot aja, gimana menurut chingu?

Review ne,... kamsahamnida

bow

check this out

Apa gunanya manusia es sepertinya?

Dasar sampah masyarakat

Pelacur

Menjijikan,

Chapter 1

Dia tetap diam, sepanjang koridor sekolah seluruh siswa sibuk membicarakan dirinya. Ia memilih untuk menundukan kepalanya dalam. Tak ada gunanya untuk berteriak kepada mereka, tidak jua akan menguntungkan dirinya. Beginilah hari yang harus dilaluinya, setidaknya hanya tinggal enam bulan lagi ia harus bertahan. Hanya enam bulan lagi.

Dari arah berlawanan terlihat tiga orang siswa berjalan santai menuju kearahnya. Ia tak tahu karena sedari tadi kepalanya menunduk seolah lantai adalah sahabat terbaiknya di sekolah ini meski sudah hampir tiga tahun menempatinya.

"Hey,…. Pelacur perhatikan jalanmu!" hardik salah satu pria yang ada di hadapannya

"…" ia tidak menjawab, hanya memundurkan tubuhnya hingga merapat ke tembok kelas.

" Menjijikan….." ujar pria itu lagi kemudian meninggalkan dirinya yang masih diam berdiri di dinding kelas. Setalah sadar kemudian ia segera masuk ke dalam kelasnya.

Tak ada satupun siswa yang menjadi temannya, bukan sebenarnya masih ada, Sehun, namja itu selalu baik terhadapnya. Namun ia tak akan menghiraukannya, ia tidak ingin menerima kebaikan orang lain lagi. Tak ada yang tulus di dunia ini. Jika ia menginginkan kebaikan maka ia harus membayar dengan harga yang pantas. Karena ia tak memiliki apapun maka ia memilih untuk tidak menerima sedikitpun kebaikan.

"Kim Jongin"

" Ne seongsangnim "

" Sedari tadi kau melamun, perhatikan papan tulis atau silahkan meluar kelas." Ujar Han seongsangnim

" Mianhae seongsangnim."

" Arrasso"

Kelas kembali hening seperti semuala, hanya ada suara Han seongsangnim yang memenuhi kelas menjelaskan tentang rumus-rumus fisika di papan tulis. Menjadi kelas dua belas senior high school memanglah sangat menyibukan. Dan hal ini tidak disukainya, namja itu Kim Jongin, baginya semakin lama di sekolah maka akan semakin menyiksa dirinya.

Pukul empat sore, ia baru bisa melangkahkan kakinya keluar dari gerbang sekolah, namun sekali lagi tiga orang yang tadi menghardiknya di koridor, Park Chanyeol, Wu Yifan, dan Lu Han. Tiga namja flower boy sekolah yang terkenal dengan ketampanannya namun juga kelakuan nakalnya karena orang tua mereka adalah penyumbang terbesar dana sekolah sehingga mereka suka sekali berbuat sesuka hati mereka. Menyiksa, membully, menghardik, membolos, merupakan kebiasaan mereka sehari-hari.

Bahkan para seongsangnim sudah jengah dengan kelakuan mereka. Sehingga lebih memilih untuk menutup mata daripada harus sakit kepala menghadapi ulah mereka.

"Heh pelacur, berapa tarifmu?" ujar pria itu Chan yeol. Laki-laki berpostur tubuh tinggi, tampan, namu memiliki bentuk telinga sangat lebar sehingga nampak menyeramkan. Mirip gajah.

"….." Jongin tak menyahut, ia hanya diam

" Kau tuli bocah" teriak chanyeol lagi.

"kau berbicara padaku?" tanya jongin mengangkat kepalanya. Menunjukan pandangan matanya yang polos.

" Tentu saja, bodoh"

" Mian" kemudian jongin melanjutkan langkahnya yang nampak terburu-buru. Ia tak ingin terlambat lagi. Chanyeol tampak menggeram marah melihat jongin meninggalkannya begitu saja.

Setelah sampai di rumah sederhananya ia segera masuk dan mengganti baju. Rumah itu nampak sederhana namun tetap bersih dan terawatt peninggalan paman dan bibinya karena Jongin telah yatim piatu sedari kecil sehingga ia di rawat paman dan bibinya. Namun empat tahun yang lalu paman dan bibinya mengalami kecelakaan setelah dirawat di rumah sakit selama satu minggu mereka berdua meninggal dunia meninggalkan dirinya dan kakak sepupunya.

" Hyung sudah makan?" tanya jongin pada kakaknya

"Hmm" jawab kakaknya yang masih duduk di ranjangnya.

" Hyung Jong pergi kerja dulu ne?"

" Eum" hyungnya hanya mengangguk

Setelah memastikan semua pintu terkunci, jongin segera menuju tempatnya bekerja. Tanpa di ketahuinya seseorang mengikutinya dari belakang. Jongin menuju sebuah bar, ia bekerja sebagai pelayan bar sekaligus penari di bar itu. Jam sekolahnya yang diperpanjang menyebabkan ia harus bekerja di tempat yang sebenarnya bukan tempatnya.

Pria yang mengikutinya tampak mengepalkan tangannya erat. Melihat jongin menuju tempat laknat menurutnya.

'Semuanya benar' lirihnya

Pria itu, park chanyeol sebenarnya sangat mengagumi sosok Jongin sejak lama, namun kabar yang sangat mengejutkan terdengar ketika ada siswa yang tak sengaja melihat jongin di peluk oleh ajhusi-ajhusi dalam sebuah bar membuat jongin menjadi bahan cercaan sampai saat ini. Chanyeol yang merupakan pengagumnya pun kini menjadi jijik terhadapnya.

'bodoh'lirihnya

Jongin bukan tanpa alasan bekerja disini, tak ada tempat lain yang menerimanya bekerja karena ia masih di bawah umur, sementara dulu ia sebernarnya bekerja di sebuah kafe muali pukul dua siang hingga Sembilan malam, namun karena jam sekolahnya kini diperpanjang pihak kafe tidak bisa membantunya lagi sehingga kini ia bekerja di sebuah bar.

Pagi hari menjelang, setelah membuat sarapan dan membersihkan rumah ia segera menuju sekolahnya.

"Berapa yang bisa kau layani semalam pelacur?" Chanyeol menghardik Jongin ketika sampai di depan kelasnya.

"…." Jongin diam, ia sudah terbiasa dipelakukan seperti ini.

" Berapa tarifmu? Aku akan bayar" Chanyeol mengeluarkan smirk andalannya yang sangat menyeramkan menurut siswa lain.

" Ah tapi tubuhmu terlalu kotor untuk bersentuhan dengan kulitku. Menjijikan " desisnya

" …." Jongin masih diam. Ia mencengkeram erat tas yang dibawanya.

Sementara itu, pria lain dibelakang Chanyeol nampak diam terus memperhatikan Jongin yang menunduk, ia dapat melihat bahwa Jongin meremas kuat tas yang dibawanya. Pria itu, Yifan selalu tampil dingin dan tenang, sulit sekali untuk melihatya berekspresi. Hanya wajah datar dan tenang yang akan di tampakkanya.

" Apa aku boleh masuk kelas?" tanya Jongin lirih

"…" Chanyeol nampak tersentak mendengar jongin yang bertanya lirih kepadanya. Ia tak pernah mendengar jongin berkata lirih, hampir datar, nada yang dikeluarkan jongin dari bibirnya selalu bernada datar tapi kali ini terdengar berbeda, lirih sangat lirih.

"Kim Jongin, cepat masuk kelas" ujar Kim seongsangnim keras karena melihat anak didiknya masih berdiri di depan kelas dengan dua tiang diahadapannya #plak.

"Ne soengsangnim." Ujarnya kemudian masih kelas tanpa melihat kea rah chanyeol dan yifan lagi.

Kehidupan siswa kelas dua belas tidak ada yang indah, semuanya seperti biasanya duduk berjam-jam dikelas dengan berjuta rumus dan hapalan yang membuat kepala berdenyut sakit. Sangat melelahkan. Jogin berjalan terburu-buru menuju rumahnya, perasaannya tidak tenang sedari tadi setelah sampai di rumah ia segera membuka pintunya dan menuju kamar sang kakak.

"Hyung" teriaknya.

" Argh….. Lepaskan, Lepaskan"

" Hyung, tenang hyung" ujar jongin ikut panic

" Lepaskan…. Argh Lepaskan sakit Hiks… Hiks" hyungnya terus berteriak dan menjambaki rambutnya kasar, kamar itu tampak berantakan sekali,

" Hyung,… ini Jong hyung,…." Jongin nampak melelehkan airmatanya

" Jong,… Hiks… Jong" ujar hyungnya lirih sambil terus memeluk Jongin

"Jong ada disini, hyung tenang" ujar Jongin tenang meski sebenarnya hatinya amat perih dan sakit.

"Hiks" hyungnya terus memeluk Jongin erat hingga tertidur, jongin membereskan pakaian dan segala kekacauan di kamar itu. Setelah memastikan hyungnya tertidur dengan tenang ia segera mengunci semua pintu dan menuju bar tempatnya bekerja.

"Jong" sebuah suara memanggilnya

" …." Jongin tidak menjawab ia cukup kaget melihat salah satu teman sekelasnya ada disini, tempatnya bekerja. Pria itu Sehun, satu-satunya pria yang baik padanya saat disekolah.

" Berhentilah Jong" ujar sehun

" Kau tidak perlu ikut campur" ujar Jongin datar

"Biarkan aku membantumu Jong, jangan mempersulit dirimu sendiri Jong" ujar sehun

" Aku akan mempersulit diriku jika kau membantuku" Ujar jongin dingin.

Tanpa sepengetahuan mereka berdua, tiga orang pria nampak memperhatikan interaksi mereka. Jongin kembali melakukan pekerjaannya, sampai pada suatu ketika seorang ajhusi sempat melecehkannya, Jongin hanya diam, bukan karena menyukainya namun karena ia masih membutuhkan pekerjaan ini, apabila ia melakukan kekerasan kepada pelanggan di bar ini, maka sang manager akan memecatnya. Ia tidak mau hal itu terjadi.

Namun nampaknya hal itu di salah artikan oleh ketiga pasang mata yang melihatnya dari sudut bar. Salah satu pria melihatnya geram, yang lain hanya bertampang datar, dan salah satunya terus merapalkan kata murahan. Chanyeol sudah kehilangan kekagumannya pada jongin, ia begitu jijik melihat jongin seperti itu.

Chanyeol segera meninggalkan tempat itu, disusul Lu Han sementara yifan masih tetap duduk di kursinya memperhatikan setiap gerak gerik jongin. Pukul satu pagi jogin selesai dari bekerja, ia segera berjalan pulang ke rumah, namun nampaknya kasurnya yang hangat belum dapat ditemuiya karena pria dihadapannya ini memegang erat lengannya.

" Apa yang sunbae lakukan?" tanya Jongin.

" Apa begini kelakuanmu heh?' tanya pria itu Yifan

" Bukan urusanmu sunbae" ujar jongin datar

Yifan menggeram marah, jongin menyentakkan tangannya kemudian menuju ke rumahnya, namun alangkah terkejutnya dirinya begitu melihat kamar kakaknya yang bersimbah darah, kakak jongin, baekhyun nampak tergeletak dilantai dengan tangan yang masih mengucurkan darah.

Jongin berteriak, segera ia menelepon ambulance, tak berapa lama ambulance datang datang dan segera membawa tubuh baekhyun menuju rumah sakit, ia segera dilarikan ke ICU, sementara Jongin masih menunggu di depan ruang ICU dengan pandangan mata yang kosong,

Baekhun tidak boleh meninggalkannya, hanya baekhyun yang dia miliki sekarang, ia tak ingin kehilangan hyung satu-satunya yang masih tersisa, meski hanya sepupu, namun baekhyun sanga baik padanya sebelum sebuah kejadian buruk diterimanya. Ia diperkosa oleh adik kelasnya karena ia menolak menjadi kekasih adik kelasnya, ketika ia sedang berjalan pulang, ia menemukan adik kelasnya yang sedang mabuk hingga memperkosanya di taman dekat universitasnya. Seharusnya baekhyun kini tealah menduduki semester empat, namun karena kejadia itu, ia menjadi depresi ditambah kpergian orang tuanya membuat kondisinya memburuk.

Jongin sangat menyayangi hyungnya, ia tidak ingin kehilangan hyungnya.

"Jong" ujar sebuah suara

Jongin menolehka kepalanya, nampak Sehun memandangnya khawatir.

" Ada apa?' Tanya sehun kepadanya

" Baekhyun" hanya itu yang jongin ucapkan. Sehun sudah tahu kejadian yang menimpa baekhyun, sebelumnya karena Sehun dn Baekhyun cukup dekat dulu, namun ia sudah jarang lagi menuju ke rumah baekhyun karena jongin seperti tidak menginginkannya.

Jongin berusaha untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyakya agar ia dapat membiayai perawatan baekhyun yna tidak murah. Ia ingin melihat hyungnya kembali ceria seperti dulu. Baekhyun yang cerewet, baekhyun yang selalu tersenyum dan baekhyun yang senang menjahilinya. Tak terasa sudah 4 jam ia duduk di depan ruang ICU baekhyun berhasil diselamatkan meski kondisinya masih kritis.

Dokter menghampirinya dan menjelaskan kondisi baekhyun, sementara jongi hanya memandang kosong ke depan setelah dokter meninggalkan dirinya. Ia harus segere mendapatkan uang yang banyak untuk biaya terapi dan perawatan baekhyun, tapi ia tak tahu lagi harus berbuat apa untuk menghasilkan uang. Gajinya sangat tidak cukup untuk membiayai perawatan baekhyun, ia tak ingin baekhyun kembali depresi dan melakukan hal yang paling ditakutinya, bunuh diri. Ia terus memikirkan dan tak beranjak sedikitpun dari ruang tunggu rumah sakit sejak dini hari, meski perutnya lapar tapi baekhyun adalah prioritasnya saat ini.

Jongin melihat jam di pergelangan tangannya, sudah waktunya dia berangkat kerja, tapi tak mungkin ia meninggalkan baekhyun sendirian di rumah sakit.

"Pergilah" ujar Sehun yang melihat jongin nampak gelish memandangi jam tangannya.

"….."

"Aku akan menjaga baekhyun hyung, pergilah bekerja" ujar sehun yakin. " Tak usah berterima kasih" lanjutnya sambil tersenyum

Jongin tak mengatakan apapun selain berlari menuju gerbang rumah sakit untuk menuju bar tempatnya bekerja. Ia nampak tak focus bekerja saat ini, beberapa kali ia nampak melamun saat mengantarkan minuman.

"Hi,… manis. Kau lumayan juga" ujar seorang ajhusi yang duduk di samping jongin.

"….." jongin tidak menanggapinya

" 3 juta won, bagaimana?" ujar ajhusi itu

Jongin tersentak, 3 juta won adalah nominal yang sangat besar bahkan itu adalah total gajinya selama enam bulan. Ia sangat membutuhkan uang itu saat ini hingga ia tak memikirkan akal sehatnya lagi.

"Baik kalau masih kurang ku tambah, jadi 5 juta won jika kau bisa memuaskanku." Ajhusi itu kembali merayunya.

Jongin memang bukan anak baik-baik, tapi ia juga bukan anak berandalan yang berhubungan badan sesuka hatinya, bahkan sampai saat ini ia belum pernah melakukannya sama sekali. Namun tawaran ajhusi itu seperti jalan keluar yang dapat membawa kembali senyum baekhyun yang hilang.

Ia mengangguk.

Dengan segera ajhusi itu melingkarkan tangannya pada pinggang milik jongin tanpa tahu tatapan marah milik seseorang tengah menghujamnya.

"Ia milikku" desisnya merebut jongin dari pelukan ajhusi tua tersebut.

"Hei anak muda, aku sudah menawarnya mahal." Ujar ajhusi itu marah

" Terserah" ujar pria itu, Yifan segera menarik jongin menuju lantai dua bar itu, jongin masih terkejut, ia hanya menurut tak mengerti.

Brukk

Yifan melemparkan tubuh jongin pada kasur di kamar itu.

" Kau memang Jalang" ujar Yifan sembari membuka seluruh baju miliknya.

" Mwo,.." Jongin terkejut ketika Yifan juga menarik dan merobek bajunya

"Andwe…. Hentikan" Jongin berteriak mencegah tangan Yifan yang berusaha mengoyak bajunya

Ya!

TBC

Chingu review ne,... kamsahamnida

bow