Hinata Senpai
Disclaimer : Naruto bla bla bla bla bla bla bla Masashi Khisimoto.
Genre : Romence / Franship (Genenre selalu bisa berubah tanpa disadari, jadi jangan terlalu terpaku dengan genre ini)
Rated : T
Pairing : Uchiha S & Hyuuga H
Warning : Ooc parah, abal banget, typo masih banyak yang lolos, dan seabrek kegajean lainnya.
Ngak suka pair atau author yang (aku ngak mau njelek-njelekin diriku sendiri) jadi...
Don't like don't read
Sasuke Uchiha, seorang anak baru di Senju High School adalah seorang anak yang bisa dikatagorikan sebagai anak nakal. Hari-harinya disekolah ini ia gunakan untuk berkelahi.
Sudah tak terhitung berapa kali ia terlibat perkelahian didalam maupun diluar sekolah yang menyebabkan ia sekarang menjadi legenda. Legenda jalanan yang mengatakan dirinya adalah setan yang tak terkalahkan. Dialah red the devil.
Red sebutan untuk matanya yang selalu berubah menjadi merah saat berkelahi, The devil adalah sebutan untuk sifatnya yang takkan pernah membiarkan seorangpun lolos saat ia sudah mengincarnya. Bukan hanya itu saja yang legenda katakan soal ia, legenda juga menyebutkan kalau ia pria kejam berkepribadian kasar. Tapi sebenarnya ia bukanlah orang seperti itu karena sebenarnya berkelahi bukanlah kegemarannya. Ia berkelahi karena ia ditantang ataupun menolong seseorang, jadi bukan keinginannya sendiri untuk berkelahi melainkan keadaanlah yang membuatnya harus berkelahi. Ironis memang tapi itulah dia, legenda dan kenyataan bukanlah hal yang bisa dipadukan dalam sebuah realita.
0o0o0
Musim gugur akan segera berganti dengan musim dingin, hawa dingin yang biasanya tidak terlalu dingin itu mulai berubah menjadi hawa yang lebih dingin. Orang-orang yang menyadari perubahan suhupun mulai menganti pakaian yang tadinya berbahan tidak terlalu tebal menjadi bahan yang sangat tebal sehingga suhu dingin takkan pernah bisa menembus kulit mereka. Tapi hal itu tidak berpengaruh untuk seorang Sasuke. Karena meskipun banyak murid lain yang melapisi tubuh mereka dengan mantel hangat, tapi Sasuke tidak melakukan hal itu karena sekarang dirinya berjalan kesekolah hanya mengenakan seragam musim dinginnya berupa kemeja putih didalam serta jas hitam dibagian luarnya tanpa mengenakan apa-apa lagi meski itu adalah syal sekalipun.
"Teme apa kau tidak merasa dingin karena tidak memakai mantel ?" tanya pria berambut kuning bermodel durian bernama Naruto yang berada disamping belakang kanan Sasuke.
Sasuke tidak memberi respon malah hanya diam saja sambil memandangi langit pagi yang terlihat cerah meski hawa dingin terasa sekali bagi sebagian orang.
"Teme !" kesal Naruto karena sedari tadi tidak dipedulika oleh teman baik itu.
"Langitnya biru" ucap Sasuke datar sambil menghembuskan nafas panjang sebelum dirinya kembali melihat arah depan.
"Langitnya ... biru ... apa maksudmu itu Teemeee... !" Naruto semakin berteriak keras saat dirinya tak mengerti akan ucapan temannya itu.
0o0o0
Disaat perjalanan mereka yang awalnya menuju kesekolahan mereka berjalan dengan lancar-lancar saja, tiba-tiba saja keadaan itu berubah saat dari arah depan mereka berjalan munculah beberapa orang berpakaian preman berdiri menghalangi jalanan yang akan mereka lewati. Penampilan orang-orang itu acak-acakan jadi bisa disimpulkan jika orang-orang yang menghadang mereka sekarang bukanlah orang-orang yang membagikan brosur iklan pada setiap orang yang lewat.
"Kalian bukan penyebar brosur kan ?" Sasuke bertanya dengan bloonnya saat ia sekarang sudah berada didepan orang-orang itu.
Tanpa menghiraukan pertanyaan bodoh Sasuke itu, salah satu dari orang-orang itupun menunjuk kearah salah satu sudut gang yang berada didekat tempat mereka untuk menunjukkan bahwa mereka ingin mengajak Sasuke dan Naruto ketempat itu.
"Ayo kesana" ajak orang itu yang sepertinya adalah pemimpin orang-orang yang menghadang itu.
"Kau mau mengajakku kesana ?" pemimpin itu menganggukkan kepalanya sekali sambil menunjukkan senyum kejamnya pada Sasuke yang sepertinya tidak mempan sama sekali untuk membuatnya takut.
"Apa boleh buat" lanjut Sasuke mengikuti orang-orang itu menuju kearah gang tempat mereka akan menghabiskan waktu.
"Kau duluan saja Dobe, aku akan menyusul setelah ini berakhir" Sasuke melihat kearah Naruto yang mengikutinya dari belakang.
"Kau yakin ?" nada Naruto ragu.
"Ya, aku tak mau kau ikut terlambat. Sana pergi" perintah Sasuke membuat Naruto menghentikan langkahnya sambil membalikkan tubuhnya.
"Terserah kau sajalah" Naruto lalu berjalan kembali menuju arah sekolah.
0o0o0
Hinata Hyuuga, seorang gadis berambut indigo panjang berponi rata adalah seorang gadis yang sekarang sedang menjalani tahun ketiganya di Senju High School. Dengan wajahnya yang imut dan juga sifatnya yang baik hati, tak bisa dipungkiri lagi kalau disekolahnya ia adalah salah satu primadona yang diincar banyak pria meski sampai sekarang belum ada yang bisa mendapatkan hatinya. Bukan hanya itu saja kelebihan yang dimiliki oleh Hinata karena keaktifannya dibidang sosialisasi, sakarang ia menjabat sebagai anggota osis semenjak ia berada dikelas X dan menjabat sebagai ketua klub memasak semenjak ia naik kekelas XI. Sebenarnya dulu ia bisa saja menjadi ketua osis disekolahnya, tapi karena ia sudah menjadi ketua diklub memasak makanya ia tidak bisa menjabat menjadi ketua osis.
Itulah aturan yang diterapkan disekolah ini seorang ketua osis tidak diperkenankan untuk menjabat sebagai ketua diklub lain asalkan dirinya mengundurkan diri dari jabatannya terlebih dahulu. Tapi karena Hinata berpikir kalau klub memasak lebih membutuhkan ia dibanding osis, maka ia lebih memilih bertahan menjadi ketua klub memasak.
Ting ... !
Suara oven terdengar nyaring diseluruh penjuru ruangan yang berukuran sama dengan satu kelas itu.
Hinata pov
Aku mendengar suara oven yang memanggang kue buatanku telah matang, aku yang dari tadi sedang memandang langit pagi hari dari jendela ruang klubpun langsung mengalihkan pandanganku menuju oven tempat kueku kupanggang serta bergegas menghampirinya sedetik kemudian.
Aroma harum yang manis tercium begitu kuat saat aku membuka oven.
"Hmm... sudah matang" ucapku senang saat melihat kue buatanku berubah warna menjadi kecoklatan.
Kumasukkan kedua tanganku kedalam oven yang masih terasa panas itu meski aku sudah mengenakan sarung tangan untuk mengambil kue buatanku.
Pagi ini aku membuat kue kering untuk meluangkan waktu. Pasalnya guru yang harusnya mengajar dijam pelajaran pertama ini sedang mendapatkan halangan untuk mengajar, jadi kelas sekarang dibiarkan kosong begitu saja tanpa tugas satupun sehingga membuat teman-temanku pergi menghabiskan waktu luang mereka dengan berbuat gaduh didalam kelas. Aku yang berfikiran mungkin masih sempat untuk membuat kuepun akhirnya berakhir disini, didalam ruang klub memasak dengan tangan yang masih memasukkan kue kering buatanku kedalam sebuah kantung plastik berwarna merah.
"Aku harap teman-teman menyukainya" harapku sambil membayangkan wajah teman-temanku senang saat memakan kue-kue ini. Pasti menyenangkan.
0o0o0
Dengan tangan yang membawa sebuah bungkusan merah berisi kue buatanku, aku berjalan dengan santai menuju kelasku sekarang. Kelasku berada dilantai tiga sekolah ini seperti tingkatan akademikku sekarang, sementara ruang klub memasak berada dilantai satu. Jadi sekarang aku berjalan menuju kearah tangga yang akan membawaku kelantai tiga.
Awalnya sih saat aku melewati tangga yang akan membawaku kelantai dua tidak ada hal-hal khusus terjadi, namun disaat aku ingin menaiki tangga yang akan membawaku kelantai tiga tempat kelasku berada, sorot mataku tak bisa menghindari sesosok pria yang sedang duduk ditengah anak tangga serta menyandarkan tubuhnya ditembok pembatas tangga sambil mengobrak-abrik tas sekolahnya untuk mencari sesuatu didalamnya.
End Hinata pov
0o0o0
Sasuke pov
Sudah kuduga setelah menghadapi perkelahian tadi waktu perjalananku menuju ke sekolah menjadi bertambah sehingga saat aku telah sampai didepan kelasku, pelajaran telah dimulai sejak tadi. Aku yang sering terlambat masuk dihari-hari biasanya pastinya sudah mengerti akan apa resikonya jika terlambat yaitu tidak akan diizinkan masuk kedalam kelas. Dari pada mendapat cacian dan tetap akan disuruh keluar kelas, maka aku memutuskan untuk pergi saja dari sini.
Tujuanku adalah atap. Ya... atap sekolah adalah pilihan terbaikku untuk menghabiskan waktu luangku pagi ini. Mungkin dengan tidur dicuaca yang cerah ini. Ya... itu ide yang bagus, tidur.
0o0o0
Disaat aku sedang menaiki tangga menuju atap, aku merasakkan ada cairan hangat mengalir dari pelipis kananku. Penasaran akan apa yang mengalir dipelipisku itu, aku kemudian mengusapnya dengan punggung tangan kananku.
Merah... darah... itulah yang menempel dipunggung tanganku sekarang. Mungkin ini darah dari luka yang dihasilkan oleh pukulan keras dari orang-orang tadi yang membawa kayu. Pengecut memang mereka, mereka berenam dengan menggunakan senjata lengkap ditangan masing-masing sedang aku hanya sendirian dengan tangan kosong tanpa menggunakan apa-apa.
Merasakan darah terus saja mengalir tak henti-hentinya, akupun memutuskan untuk berhenti sejenak ditengah-tengah anak tangga untuk menghentikan pendarahan ini.
Ah sial aku baru ingat kalau aku tidak memiliki sapu tangan disaku maupun didalam tas. Tapi mungkin saja didalam tasku ini ada sesuatu untuk mengganti sapu tangan.
Kubongkar semua barangku yang ada didalam tas satu persatu namun aku tak mendapat apapun selain buku tulis maupun buku paket.
Apa boleh buat kalau begitu. Aku kemudian menyobek salah satu halaman buku tulisku lalu membentuknya seperti sapu tangan. Cukup efektif memang saat aku mengusapkannya kedarahku meski membutuhkan banyak kertas.
End Sasuke pov
0o0o0
Hinata menatap pria itu lekat-lekat. Pria berambut reven dengan luka dikeningnya yang sedang mengalirkan darah segar. Darah yang mengalir dari keningnya dia usap dengan secarik kertas yang ada didalam tasnya.
'Apa dia tidak memiliki sapu tangan untuk membersihkan lukanya' pikir Hinata melihat kejadian itu.
Merasa tidak tega melihat pria itu merawat lukanya sendiri dengan alat yang seadanya, Hinata akhirnya memutuskan untuk mendekati pria itu agar ia dapat membantunya.
"M-maaf, apakah kau membutuhkan bantuan ?" Namun pria itu tidak menjawab melainkan hanya menatap wajah Hinata dengan tatapan bingung.
Tak ada jawaban yang keluar dari mulut pria itu membuat Hinata berinisiatif sendiri untuk membantu pria dihadapannya. Ia letakkan terlebih dahulu bungkusan kue yang ia bawa disamping tempatnya duduk dan memulai mengambil saputangan yang ada didalam saku roknya untuk memulai membersihkan luka yang ada dikening pria itu.
"Apa ini" akhirnya pria itu tersadar akan lamunannya saat Hinata menyentuh keningnya yang terluka.
"Tenang saja aku hanya ingin membantumu" jelas Hinata yang masih membersihkan darah pria itu yang mengalir.
"Oh" hanya itu respon yang diberikan oleh pria itu.
0o0o0
"Kenapa kamu bisa terluka seperti ini ?" tanya Hinata yang hampir menyelesaikan tugasnya.
"..." pria itu diam saja yang membuat Hinata memutuskan untuk kembali berucap.
"Apa karena berkelahi ?" tebak Hinata mengenai asal dari luka yang sedang ia tangani sekarang.
Mengangguk, meskipun lama Hinata masih dapat melihat pria itu mengangguk pelan dihadapannya.
"Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi apakah dengan berkelahi bisa menyelesaikan masalah ?"
"Tapi bukan aku kok yang memulai perkelahian" bela pria itu saat merasa dirinya sedang dipersalahkan oleh Hinata tentang luka yang ia alami.
Sekiranya luka yang sedang ia bersihkan sudah tidak akan mengeluarkan darah lagi, Hinata tentu saja langsung menghentikan aktifitasnya serta menyimpan kembali sapu tangan bernoda darah yang ia gunakan kedalam saku roknya.
"Aku percaya" Hinata lantas menempelkan plester yang ia miliki keluka pria itu secara hati-hati agar tidak menimbulkan rasa sakit saat plester itu ia tempelkan.
"Karena aku tau kau adalah orang yang baik. Hmm... " lanjut Hinata sambil tersenyum cerah dihadapan pria itu.
0o0o0
Sasuke pov
Dia bilang aku orang yang baik. Apa aku tidak salah dengar akan apa yang baru saja ia ucapkan.
Aku, aku yang setiap hari selalu berkelahi ini dibilang orang baik. Pasti dia salah.
"Aku ini orang baik. Apakah kau tidak salah ucap ?" tanyaku memastikan.
"Tidak, aku tidak salah ucap kok. Kau ini orang baik" dia tersenyum lagi saat mengucapkan itu.
"Kenapa kau bisa menilaiku seperti itu ?"
Dia lalu beranjak dari tempat duduknya dan mulai menepuk-nepuk rok bagian belakannya untuk membersihkan debu yang menempel disaat dia duduk.
"Karena setiap orang itu pastinya memiliki kebaikan didalam dirinya meski itu sedikit. Dan aku bisa melihatnya didalam dirimu, kebaikan itu" dia lalu berjalan meninggalkanku naik keatas "Aku tau itu karena aku tidak merasa takut saat berada didekatmu" lanjutnya sebelum melenggang pergi.
"Tunggu !" teriakku menghentikan langkahnya "Siapa namamu ?"
"Hinata, Hyuuga Hinata. Kau ?" giliran dia bertanya padaku.
"Sasuke, Uchiha Sasuke !" teriakku agar terdengar olehnya dengan baik.
"Salam kenal Sasuke-kun" dia tersenyum mengatakan itu.
"Salam kenal juga, Hinata-senpai"
0o0o0
Setelah Hinata pergi meninggalkannya sendiri, Sasuke mendapati bungkusan merah yang tergeletak disalah satu anak tangga. Dia sudah dapat menduga kalau bungkusan itu adalah milik Hinata yang tertinggal.
Dia lalu meraihnya dan membukannya dengan perlahan untuk mengetahui isi dari bungkusan itu.
Kue, kue kering dengan berbagai bentuk yang lucu. Bintang, bulan, pohon cemara, tapi bukan bentuk itulah yang pertama diambil oleh Sasuke karena kue yang pertama ia ambil adalah kue kering berbentuk hati.
Hati, apa ini sebuah pertanda. Pertemuan tak terduga, langit yang cerah, serta kue kering berbentuk hati yang pertama ia ambil. Apakah ini adalah sebuah pertanda jika ia betemu kembali dengan Hinata maka ...
dia akan mendapatkan kue geratis lagi.
"Ya benar, ini adalah sebuah pertanda ... pertanda yang bagus" gumam Sasuke sambil mengunyah remuk kue berbentuk hati yang tadi ia pegang.
00000oEndo00000
