Disclaimer : Masashi Kishimoto
Genre : Romance/Hurt/Comfort
Rate : T+
Main Chara :
Sakura Haruno
Sabaku Gaara
And also the other too
Warning : OC, OOC, GaJe, Semi-Canon
"…" Talk
'…" Mind Talk
.
Enjoy This Story
And
Give Me Review
.
.
.
Udara pagi hari ini sangatlah sejuk, langit di atas sana juga nampak sangat cerah. Berbagai kicauan burung menambah cerahnya pada pagi hari ini. Awan-awan yang bergumpal bak kapas itu berarak dengan pelannya mengikuti arah datangnya angin. Membuat bayangan di jalanan beralas tanah karena terlewati oleh awan bergumpal tersebut.
Sinar mentari pagi yang hangat menerpa kulit siapa saja yang berada di bawahnya. Menebarkan dan berbagi kehangatan pada makhluk bumi baik yang hidup maupun mati. Dan dari celah-celah jendela dengan gorden gradasi hijau-putih yang terbuka sinar hangat itu masuk, menerpa seorang gadis berambut cherry yang tengah duduk dengan menekuk lututnya di depan dadanya di atas tempat tidur miliknya.
Sebuah tempat tidur berukuran sedang dengan ukuran kamar yang juga berukuran sedang. Tempat tidur dengan diberi alas motif bunga lili putih nampak sangat rapi. Keadaan kamar itu pun nampak sangat terawat, menandakan bahwa pemilik kamar tersebut mencintai kebersihan dan kerapihan. Keadaan kamar yang rapi dan bersih mencerminkan kepribadian pemiliknya.
Wajah gadis itu bertumpu pada kedua lututnya. Raut wajah gadis itu seperti memikirkan sesuatu hal yang sangat berat. Beberapa kali bibir gadis itu mendesah kecewa dan juga bingung. Kedua mata emeraldnya menatap kosong pada sebuah figura dengan gambar photo team-nya di atas buffet kecil di samping tempat tidurnya. Gadis itu memandangi photo dirinya beserta kedua temannya dan satu guru pembimbingnya.
Tiba-tiba saja ingatannya kembali jatuh pada dua hari yang lalu. Hari dimana seseorang yang sudah lama disukainya berkata agak menusuk dan kejam.
'Hei! Bukankah sama saja arti dari kata menusuk dan kejam itu?'
"Hei! Diamlah inner kurang ajar! Aku tidak meminta pendapatmu," ucap gadis itu tiba-tiba pada dirinya sendiri. Tentu saja, karena tidak ada orang lain di dalam kamar itu selain dirinya seorang. Jadi, gadis itu berbicara pada seseorang yang berada di dalam kepalanya sendiri. Dengan kata lain sosok yang lain di dalam kepalanya, pikirannya lebih tepat.
"Lemah…" lirih gadis itu.
"Apa aku memang benar-benar lemah, Sasuke-kun?" Tanya gadis itu pada dirinya sendiri lagi. Kata 'lemah' yang dari tadi mengusik pikirannya dan mengganggu pikirannya sudah jelas terlontar dari bibir sang pujaan hatinya. Karena mana mungkin gadis berambut merah muda panjang itu akan menghabiskan waktunya hanya untuk merenungi ucapan pujaan hatinya.
Dan ingatannya kembali mengingat kata-kata apalagi yang terlontar dari bibir pemuda dingin dan bermarga Uchiha tersebut, pujaan hatinya itu berkata, "Kekuatan yang kau miliki kurang lebih sama dengan Naruto."
"Kurang lebih sama.." Gadis itu mengulangi ucapan yang di lontarkan sang Uchiha terakhir. Mengatakannya saja dia sudah merasakan bahwa dirinya kini tengah mengangkat sebuah batu besar di atas kepalanya. Bahkan inner di dalam kepalanya tersebut kini sedang berusaha mengangkat batu besar itu ketika pikirannya teringat kata-kata pemuda tersebut.
Dan satu fakta yang dia harus terima saat ini adalah dia 'sama' dengan Naruto. Bocah berisik dan selalu bertingkah bodoh dengan cengiran yang selalu menghiasi wajah berkumisnya itu. Ugh! Dia merasa sangat kesal dan tambah tak menyukai teman laki-laki se-team-nya tersebut. Masa' aku, Sakura Haruno yang cantik rupawan harus di samakan dengan bocah berisik itu.
"Aaarrgghh!" teriak gadis itu pada akhirnya. Dia langsung merebakan tubuh rampingnya di atas tempat tidur dengan sebuah bantal menutupi seluruh wajahnya. Entah kenapa dia sekarang jadi malas untuk keluar hari ini, padahal di luar sana kini tengah bercuaca sangat bagus.
Dia tak mau mood-nya yang sudah tak baik jadi berubah semakin hancur dengan bertemu bocah berisik itu. Beruntung jika dia bertemu dengan sosok pujaan hatinya, kalau tidak hancurlah luapan rasa senangnya.
"Sakuraaa! Cepat banguunn! Jangan tidur saja!" teriak seseorang dari lantai bawah kamarnya.
Dengan gusar gadis itu kembali bangun dari rebahannya di atas tempat tidur. Sedikit menggerutu kesal karena terganggu dengan teriakan seseorang itu akhirnya dia berjalan keluar kamarnya setelah sebelumnya merapikan sedikit atas tempat tidurnya yang sedikit kusut.
Kedua kaki jenjangnya menapaki satu persatu anak tangga dengan tak bersemangat. Dan kedua mata emeraldnya yang merupakan turunan dari Ibu-nya itu melihat Sang Ibu-Haruno Lili, yang tengah menyiapkan sarapan pagi untuk mereka berdua di meja makan.
Ya, hanya berdua. Sakura dan Lili saja, karena Ayah Sakura sudah lama meninggal tanpa dia tak tahu penyebab Ayahnya meninggal. Bagaimana dengan kakak? Tidak. Sakura sama sekali tak mempunyai saudara kandung. Dia anak pertama dan terakhir dari pasangan bermarga Haruno itu.
"Aku sudah bangun dari tadi, Bu." Sakura menjawab asal-asalan dan berjalan mendekati Ibunya di meja makan. Lantas setelahnya dia duduk dan menunggu Ibunya mengambilkan nasi untuknya.
"Lalu kenapa kau tidak turun dari tadi, eh?" Tanya Lili dan mengambil tempat duduk yang bersebrangan dengan Sakura. Kedua tangannya cekatan mencuil sesendok nasi putih dan menaruhnya pada piring kosong dan sesudahnya menyerahkannya pada Sakura.
Dengan sangat lesu Sakura menerima piring tersebut. Dan dengan tak bersemangat juga Sakura mengambil beberapa telur dadar gulung dan juga sebuah ikan, entah ikan jenis apa itu. Yang jelas tak penting untuk Sakura ketahui.
"Selamat makan.." ucapnya tak kalah lesu. Dia memotong telur dadar gulung itu kemudian memasukannya ke dalam mulutnya. Mengunyah dengan sangat pelan, setelahnya dia mengambil sesendok nasi putih untuk masuk ke dalam mulutnya.
Setelah Sakura mengunyah bahan makanan yang ada di mulutnya dia menelannya dan dengan segera mengambil segelas air putih dingin.
Sang Ibu yang dari tadi melihat gerak-gerik tak bersemangat Sakura hanya memandangnya sangat khawatir. Kegiatan makannya dia hentikan dan akan menanyakan perihal sikap anaknya yang tak biasa ketika suara anaknya sudah terlebih dahulu mendahului.
"Ibu… apa aku memang benar-benar lemah sebagai seorang Kunoichi?" Tanya Sakura dan menghentikan gerakannya tangannya ketika akan memasukan sepotong kecil telur gulung ke mulutnya. Kedua mata emeraldnya memandang sepasang mata hijau di depannya dengan mimik menuntut jawaban.
"Ke-kenapa kau tiba-tiba bertanya hal itu, Sakura?" Sang Ibu malah balik bertanya dengan raut wajah terkejut dan bingung. Ada nada takut dan keraguan apabila di dengar baik-baik ketika suara itu keluar dari bibir Nyonya Haruno.
"Entahlah.."Sakura terdiam sebentar, memikirkan kata-kata apalagi yang akan di keluarkannya.
Kedua bola sama berwarna hujau giok itu hanya memandang wajah Sakura dengan penasaran.
"Jika jawabanmu hanya 'entahlah' lalu kenapa kau bertanya, Sakura?" Tanya Ibu Sakura kembali dan mengambil telur gulung untuk di taruh di piringnya ketika suara anaknya mengagetkan dia kembali. Bukan. Bukan suara anaknyalah yang membuatnya kaget namun, lontaran pertanyaan yang di lontarkan oleh Sakura.
"Apa Ayah seorang ninja, Bu?"Tanya Sakura.
Pluk! Telur gulung itu jatuh begitu saja dari jepitan kedua sumpit yang di genggam oleh tangan Lili. Dengan sedikit tangan yang seperti gemetar Lili menaruh lagi telur gulung itu ke atas piringnya. Sakura yang melihatnya mengangkat sebelah aslinya tanda bingung.
Baru kali ini Sakura melihat Ibu-nya nampak gemetaran ketika membicarakan perihal Ayah-nya. Tapi, apa salahnya menanyakannya? Sakura hanya ingin mengetahui seluk beluk mengenai sosok yang samar-samat dia ingat di dalam ingatannya.
"Tak ada yang perlu Ibu katakan padamu." Lili pergi begitu saja dari meja makan tanpa memandang wajah sedih Sakura. Bahkan makanan di piringnya pun belum di sentuh sama sekali.
Sakura tak melihat jika kini di kedua pipi Ibunya tercipta sebuah aliran air mata yang berasal dari kedua mata emeraldnya.
"Ibu.." lirih Sakura.
'Ada yang di sembunyikan oleh Ibumu, Sakura,' ucap Inner Sakura di dalam pikirannya.
Kali ini tak ada sanggahan atau ucapan sarkastik apapun dari Sakura mengenai ucapan inner-nya sendiri. Karena dia menyetujui pemikiran dan kesimpulan inner-nya. Jika kini Ibu-nya tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Entah itu apa, namun yang pasti Sakura berpikir berhubungan mengenai sosok samar Ayahnya yang sudah lama meninggal. Persis apa yang di beri tahu oleh Ibu-nya.
.
.
.
Di ruang makan itu hanya tinggal sosok Sakura seorang saja, yang sedang menghabiskan sarapan pagi dengan tak bersemangat. Tetapi, walaupun tak bersemangat sekali pun toh Sakura berniat akan menghabiskan makanannya. Dia ingat pesan Ibu-nya 'jika tak boleh menyia-nyiakan makanan sebagaimana pun rasa makanan itu', begitu katanya.
"Sakura… kau sudah selesai?" Tanya Lili tiba-tiba kembali ke ruang makan setelah sepuluh menit yang lalu meninggalkan meja makan dan sarapan paginya bersama Sakura.
Sakura mendongakan kepalanya dan kemudian mengangguk. Sebelah tangannya terulur mengambil segelas air putih yang tinggal setengahnya saja. Dia meminumnya sampai tandas dan beranjak berdiri, membawa piring dan gelasnya juga menuju dapur untuk mencucinya. Namun, langkahnya terhenti ketika sebelah pundaknya di tahan untuk tak pergi.
"Tolong belikan bahan-bahan makanan untuk toko kue kita!" ucap Ibu-nya dan langsung menyodorkan selembar kertas kecil yang berisi tulisan daftar-daftar bahan mentah yang harus di beli nanti, dengan sejumlah beberap lembar uang Ryo. "Biar Ibu saja yang mencucinya."
Tanpa banyak bicara Sakura menaruh kembali piring dan gelas di meja makan, bekas dia tadi makan dan menerima daftar belanjaan beserta uangnya.
Sakura berjalan menuju pintu keluar ketika suara Ibunya terdengar mengucapkan kata 'hati-hati di jalan' yang dibalas jawaban 'iya' dari Sakura.
"Aku tak ingin kau mengetahui siapa Ayahmu sebenarnya, Sakura. Kau tak pantas menganggap penghianat Konoha itu sebagai Ayahmu," batin Lili dan tersenyum miris.
"Aku harus melakukan sesuatu agar aku tak dianggap 'lemah' lagi oleh Sasuke-kun," gumam Sakura di sepanjang jalan menuju toko-toko atau kedai yang menjual bahan-bahan makanan yang di perlukan olehnya.
'Tapi apa?' ucap Inner Sakura.
"Entahlah.." jawab Sakura.
Mungkin jika orang lain dengar bahwa Sakura berbicara sendiri akan menganggap dia mengalami gangguan kejiwaan. Hm. Untung saja jalanan pada pagi hari ini cukup lengang, tak banyak orang yang berlalu lalang saat ini. Berbanding jika siang nanti mungkin akan sangat sulit berjalan santai seperti Sakura kini, sebab pasti akan berdesak-desakan saking penuh dan ramainya.
Kedua mata emerald itu menyapu ke sekeliling toko-toko kecil, dan sesekali matanya melihat daftar belanjaan. Dan ketika kedua mata emerald itu memandang ke depan dia nampak sangat terkejut karena ada seseorang di depannya.
Brukk!
Sakura menabrak seseorang itu sampai dia sendiri terjatuh dengan pantat yang membentur cukup keras tanah yang menjadi pijakannya terlebih dahulu. Rintihan sakit terdengar samar-samar dari bibir kecil Sakura. Wajah Sakura merah padam karena menahan malu sebab ada beberapa orang yang tertawa atau cekikikan melihat dia terjatuh dengan sangat tak elit itu.
Dengan segera Sakura mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang di tabraknya atau yang menabraknya. Luapan amarah terlihat jelas dari kedua mata emeraldnya dan siap memuntahkannya pada orang di depannya. Namun, Sakura harus menelan ludah dan mengurungkan niatnya untuk marah setelah melihat wajah orang yang di tabraknya.
"Ma-maaf." Justru Sakura lah yang meminta maaf terlebih dahulu bukan orang yang di depannya.
Sakura menelan ludah sekali lagi karena takut menatap sepasang mata jade yang dari tadi terus menerus melihatnya dengan tatapan tajam. Bahkan Sakura berpikir jika tatapan yang di berikan pemuda di hadapannya ini lebih dingin, tajam, memabukan dan menyeret siapa saja yang melihatnya jauh ke dalam ke sebuah dimensi lain dari pada tatapan kedua mata onyx, sang pujaan hatinya.
Tak ingin berlama-lama di tatap oleh pemuda itu dan tak menunggu tanggapan darinya Sakura melesat pergi meninggalkannya begitu saja. Yang penting dia sudah mengucapkan kata 'maaf' walaupun dia sama sekali tak salah, sebab orang itu tiba-tiba saja muncul di hadapannya dan berdiri mematung seperti membiarkan dirinya di tabrak.
Bersamaan dengan Sakura yang melewati pemuda itu angin berhembus kecil menerpa keduanya. Seketika aroma harum bunga mawar keluar dari tubuh Sakura membuat kedua mata jade itu melirik wajah Sakura yang memerah.
'Hei, Sakura… dia tampan,' komentar innernya dengan mata berbinar.
Sedangkan Sakura hanya diam tak berniat menanggapi komentar innernya yang sedang berseri-seri ria.
Sakura meraba bagian dadanya yang tiba-tiba merasakan debaran yang aneh di jantungnya. Rasanya sedikit sesak namun di saat yang bersamaan terasa nyaman. Dia pernah merasakan yang seperti ini ketika kedua mata emeraldnya bertemu dengan kedua mata onyx milik Sasuke. Dan sekarang dia merasakan kembali namun ketika kedua mata emeraldnya bertemu dengan kedua mata jade milik pemuda yang tadi di tabraknya.
'Kau jatuh suka pada pemuda tadi?'
"Akh, rasanya tak mungkin. Aku dan orang tadi baru saja bertemu. Lagi pula aku sama sekali tak mengenalnya, ia nampak asing di Desa Konoha ini.
Apa dia pendatang baru? Tapi aku merasakan chakra yang dimilikinya seperti milik seorang ninja pada umumnya.
Jadi, dia ninja dari desa lain? Sebab, kalau pun ninja dari Desa Konoha aku pasti mengenalnya dari hitai-ate di kepalanya.
Berbicara soal hitai-ate aku sama sekali tak melihat dia mengenakannya di kepalanya atau di mana pun. Yang aku lihat hanya sebuah guci besar entah berisi apa yang berada di punggungnya.
Dan satu fakta lagi yang aku dapatkan jika pemuda tadi memiliki aura yang dapat membunuh musuhnya dalam jarak dekat," batin Sakura nampak berpikir keras sambil kedua kakinya melangkah entah kemana tanpa dia sadari.
Kedua mata jade itu masih menatap punggung Sakura yang kian menjauh dari pandangannya. Dia memegang kepalanya yang nampak berdenyut tiba-tiba ketika gadis itu melewatinya begitu saja. "Gadis itu.." gumam pemuda berambut semerah darah itu.
Namun, seketika dia menarik ujung bibirnya berlawanan arah membentuk sebuah seringai dan kemudian menjilat bibirnya sendiri. Selang beberapa detik tercipta sebuah gumpalan pasir di sekeliling tubuhnya dan ketika angin berhembus kencang ke arahnya, sosok pemuda itu menghilang. Seperti ikut terbawa oleh angin.
##Kimi o Mamotte, Kimi o Aishite##
"Naruto nii-chan!" teriak seorang bocah laki-laki sambil berlari mengejar seseorang yang di panggilnya barusan. Bocah anak laki-laki itu nyengir dengan lebar sehingga deretan giginya yang masih belum rapi dan masih ada bolong-bolongnya terlihat. Sosok dua orang yang satu gadis kecil dan anak laki-laki nampak ikut mengejar dari belakangnya.
"Konohamaru?" ucap seorang anak laki-laki berambut kuning jabrik dengan nada bertanya setelah dia tengokan kepalanya ke belakang, untuk meliat siapa gerangan yang sudah memanggilnya dengan lantang.
"Naruto nii-chan.. ayo main ninja-ninjaan!" ajak bacah laki-laki yang di panggil dengan sebutan 'Konohamaru' oleh Naruto.
"Sebaiknya kita berlatih jurus saja, Konohamaru-kun," ucap satu-satunya perempuan di sana.
Dan nampak ucapan gadis itu di setujui dengan bocah laki-laki lain yang sebaya dengannya hanya dengan anggukan kepala.
"Huh! Aku tidak mau."
"Konohamaru… dengarkan ajakan teman-temanmu!" ucap Naruto dan menasehatinya sok dewasa. Dia mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Konohamaru dan memegang kedua pundaknya.
"Akh! Sakura nee-chan?" panggil Moegi tiba-tiba dan melambaikan tangannya ke arah belakang punggung Naruto. Sebuah senyuman manis dia perlihatkan sehingga menampilkan gigi-gigi kecilnya yang juga masih banyak yang bolong-bolong, karena terlalu memakan coklat atau pun permen.
Seketika itu juga ada perubahan raut wajah drastis yang di alami oleh Naruto. Mukanya bersemu kemerahan dan nampak malu-malu. Konohamaru yang melihatnya hanya cekikikan dan menyeringai jahil.
"Moegi… selamat pagi," sapa Sakura ramah. Akh, ternyata kedua kakinya membawanya ke tempat ini bukannya membawanya ke tempat penjualan bahan-bahan makanan yang dia perlukan.
"Pagi… Sakura nee-chan," balas Moegi tak kalah ramah.
Kedua mata emerald itu memandang sekeliling dan dahinya sedikit berkerut melihat sosok berambut kuning yang paling tidak ingin di temuinya, dan malah bertemu secara tak sengaja di sini. Benar-benar sial hari ini, piker Sakura.
Namun, di paksakannya juga sebuah senyuman dan menyapa rekan satu team-nya. Karena bagaimana pun juga Sakura masih mempunyai hati untuk tak mengacuhkan temannya sendiri. "Pagi… Naruto," ucapnya.
"Ehehehe… pagi juga, Sakura-chan," balas Naruto dan tak lupa sebuah cengiran sebagai ciri khas dirinya di perlihatkan. Kedua tangannya dia taruh di belakang kepalanya dan sebuah semburat merah tipis tercipta di pipinya yang berkulit tan.
Namun, tiba-tiba saja ucapan seorang pemuda dingin terngiang kembali di dalam pikiran Sakura. Membuat dirinya kembali bad mood dan menatap Naruto dengan tatapan menusuk dan ingin membunuh. Lambat laun tercipta sebuah atmosfer awan gelap di belakang punggung Sakura.
Naruto sama sekali tak sadar dan tak tahu jika Sakura kini menatapnya dengan hawa penuh membunuh, yang siap kapan saja bisa di lakukannya. Konohamaru yang melihat wajah Naruto hanya cengengesan tak jelas menarik-narik ujung bajunya hendak membisikan sesuatu.
"Sakura-chan… kenapa kau menatapku seperti itu? Aku 'kan jadi malu," batin Naruto sangat polos atau mungkin bodoh tak menyadari arti dari tatapan membunuh yang dikeluarkan oleh kedua mata emerald di depannya.
"Tatapan wanita itu mengerikan, seperti akan membunuh Naruto nii-chan saja," batin Konohamaru dan dia melihat wajah Naruto yang sudah memerah tak karuan. Seketika dia menarik kesimpulan seenaknya sendiri dan dengan gusar menarik-narik ujung baju Naruto lagi.
"Naruto nii-chan… wanita itu apakah, ini?" Konohamaru bebisik pada Naruto dan mengacungkan jari kelingkingnya sambil menatap wajah Sakura. Jari kelingking yang diacungkan Konohamaru itu bisa berarti ada hubungan khusus atau dengan kata lain kekasih.
"Hehehhe…" Naruto hanya tertawa senang mendengarnya tanpa ada niatan menyanggahnya. Berbanding terbalik dengan tanggapan shock Sakura.
"Apa yang tadi kau bilang, hah?" ucap Sakura mulai marah. Dan terdengar bunyi 'krek' beberapa kali ketika Sakura mengepalkan kedua tangannya yang berasal dari jari-jarinya sendiri.
Seketika Naruto menelan ludah karena agak takut sedangkan Konohamaru hanya menatap Sakura ngeri. Moegi dan Udon yang melihatnya hanya saling merapatkan diri pada Konohamaru.
Buggh! Selanjutnya yang terjadi adalah tubuh Naruto terlempar cukup jauh karena dipukul habis Sakura di sebelah pipinya yang kanan. Tubuh Naruto menabrak papan di sepanjang pembatas jalan kecil itu dan dari mulutnya keluar sebuah cairan merah kental.
"Naruto nii-chan… kau tidak apa-apa?" Tanya Konohamaru dan berjalan mendekat meninggalkan Moegi dan Udon yang semakin ketakutan melihat ekspresi marah Sakura sekarang ini.
"Uhuk.. uhuk.." Naruto terbatuk karena tenggorokannya terpenuhi oleh darahnya sendiri. Ternyata pukulan Sakura sangatlah kuat sampai-sampai membuat Naruto terluka seperti ini dan membuat lubang di papan kayu pembatas itu . Ck. Ck.
"Apa yang kau lakukan? Dasar wanita jelek!" hardik Konohamaru dan mengepalkan tinjunya pada Sakura.
"Kau berani padaku, anak kecil?" ucap Sakura dengan penuh penekanan pada setiap suku katanya. Dia mengepalkan kedua tangannya masing-masing lagi di depan dadanya. Beberapa helai rambut depannya sedikit terangkat akibat hembusan angin yang menerpa wajahnya. Menambah kesan menyeramkan di wajah Sakura
Krek! Satu suara yang berasal dari kepalan tangan Sakura membuat Konohamaru menciut.
"A-apa yang mau kau lakukan?" Tanya Konohamaru gugup. Naruto yang sudah agak baikan keadaannya ikut merinding takut dan berdiri hendak meninggalkan tempat itu.
Krek! Satu suara lagi yang terdengar membuat wajah Konohamaru berubah menjadi membiru dan memucat.
"Awas kau!" ucap Sakura dan jika Konohamaru maupun orang-orang yang ada di sana melihat. Tepat di atas kepala Sakura muncul innernya dengan sama-sama mengepalkan tangan dengan backround api yang membara.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Tiga pukulan sudah cukup membuat Konohamaru diam. Dan tampak karya seni Sakura yang berbekas di kepala Konohamaru membentuh tiga buah gundukan besar yang juga mengeluarkan asap-asap kecil menandakan betapa terasa panasnya akibat luka itu.
"Huh!" Dengus Sakura dan berjalan pergi meninggalkan Konohamaru dan semuanya dengan wajah memerah karena kesal.
Konohamaru mengusap-usap pelan kepalanya yang benjol dan sebuah makian keluar dari bibirnya. Dia tak sadar dan lihat situasi jika sosok Sakura masih ada di dekat situ. "Dia monster.. bukan wanita," ucapnya.
Langkah Sakura terhenti begitu saja dan dengan sangat pelan menolehkan wajah horornya pada Konohamaru. "Apa kau bilang?" tanyanya dan berlari mendekati Konohamaru dan semuanya.
"Gyaaaaaaa~" teriak Konohamaru. Bukan hanya dia, tetapi Udon dan Moegi yang dari tadi hanya jadi penonton saja juga ikut berteriak dan berlari bersama Konohamaru beserta Naruto.
"Jangan lari kalian!" teriak Sakura menggelegar.
Konohamaru yang mendengarnya mengambil langkah seribu dengan berlari sangat cepat dan kencang meninggalkan Naruto dan yang lainnya di belakang, tanpa melihat jika ada orang di depannya.
Bruk!
Sungguh tak sempat di hindari oleh Konohamaru sendiri dia menabrak seseorang di depannya, namun serasa menabrak tembok besar yang kokoh. Tubuhnya yang kecil jatuh terduduk keras di tanah.
"Sakit tahu," komentar orang yang di tabrak oleh Konohamaru bukan rintihan sakit dari Konohamaru sendiri yang notabene-nya yang jatuh terduduk. Wajahnya terlihat menyeramkan dengan banyak garis-garis melintang berarna ungu dan tubuhnya yang besar membuat nyali Konohamaru ciut seketika.
"Konohamaru… kau tidak apa-apa?" teriak Naruto karena jaraknya cukup jauh dari sosok Konohamaru. Dan di belakangnya ada Sakura yang segera mencoba mendekat ketika di rasanya akan ada masalah yang muncul.
"Minta maaf!" perintah orang yang di tabrak oleh Konohamaru tersebut dan menarik kerah bajunya ke atas sampai kedua kaki Konohamaru sudah tak menapak di atas tanah lagi. Seorang gadis berambut pirang dengan kunciran empat buah di kepalanya itu hanya tersenyum menyeringai dan meremehkan tanpa ada niatan mengentikan aksi temannya.
Rintihan kesakitan karena serasa lehernya tercekik terdengar dari bibir Konohamaru. "Uhuk… uhuk!"
"Apa yang kau lakukan pada Konohamaru?" Tanya Naruto dan berwajah kesal. Dia tak banyak berpikir segera berlari mendekati sosok orang asing itu berniat melayangkan pukulan untuk membebaskan Konohamaru. "Lepaskan dia!"
Sebelah tangan orang asing itu terutama jari-jarinya nampak bergerak-gerak dan seketika itu juga sebelah kaki Naruto terangkat ke depan menyebabkan keseimbangannya goyah, dan Naruto jatuh dengan punggung terlebih dahulu mencium tanah.
Rasa kesal, terkejut dan penasaran tercipta di wajah berkumisnya. "Tadi itu apa?" gumam Naruto.
Sakura memperhatikan penampilan kedua orang itu yang nampak asing di matanya. Yang satu, seorang pria dengan wajah sangar memakai pakaian serba hitam dan menggendong sesuatu, entah itu apa di punggungnya. Yang kedua, seorang wanita sedikit dewasa berambut pirang dengan empat buah kuncir yang mengikat rambutnya. Dan warna mata wanita itu mengingatkannya pada orang yang tadi pagi di tabrak olehnya.
Sakura melangkah maju mendekati sosok kedua orang itu,"Tolong maafkan kami! Tadi kami hanya bermain kejar-kejaran dan tak sengaja terlalu berlebihan," ucap Sakura mencoba bersikap ramah. Karena Sakura yakin jika kedua orang di hadapannya ini adalah seorang ninja juga. Seorang ninja yang kemampuannya jauh di atasnya.
"Huh!" laki-laki berwajah sangar itu mendengus meremehkan. Dia hendak melayangkan sebuah pukulan pada Konohamaru ketika ada sebuah batu kecil menghantam punggung tangannya yang mencengkram kerah baju Konohamaru, sehingga Konohamaru bisa terlepas dari cengkramannya dan berlari mendekati Naruto.
Laki-laki berpakaian serba hitam itu sedikit merintih sakit karena punggung tangannya berdarah. Di lihatnya siapa yang menyerangnya. Dan dia melihat ada seorang anak-laki berambut emo yang tengah duduk di salah satu dahan pohon dengan melempar-lemparkan batu kecil di tangan kanannya. Sakura dan Moegi yang melihatnya langsung berteriak histeris menyeruakan nama pemuda tersebut.
"Kyaaaa~ Sasuke-kun."
"Konohamaru… apa aku terlihat lemah?" Tanya Naruto dan berjongkok mensejajarkan tingginya setinggi badan Konohamaru.
"Jika di bandingkan dengan Sasuke nii-chan jelas lebih kuat dan keren Sasuke nii-chan dari pada Naruto nii-chan," komentar Konohamaru.
Dan seketika itu juga gumpalan awan itam menyelubungi kepala Naruto.
"Hei! Bocah. Turun kalau berani!" ucap orang tersebut yang di lempari batu oleh pemuda berambut emo tersebut.
"Huh! Tak perlu kulakukan hal seperti itu. Cepat pergi dari sini sebelum aku mengahancurkanmu seperti ini," Sasuke berucap dengan tegas dan menggenggam erat batu tersebut di kepalan tangannya sampai remuk, hancur sampai tersisa serpihannya saja.
"Lumayan keren juga bocah ini," batin Temari dan ada semburat merah tipis di kedua pipinya.
"Sombong sekali kau, bocah!" teriak orang itu lagi dan menurunkan sebuah benda yang dari tadi berada di punggungnya.
"H-hei, Kankuro… kau serius mau menggunakannya?" komentar wanita berambut pirang itu akhirnya.
"Diamlah, Temari! Bocah sombong seperti dia harus diberi pelajaran."
"Ta-tapi…"
"Hentikan, Kankuro!" Sebuah suara berat dan dingin menyeruak terdengar dari arah samping Sasuke berada.
Kedua mata onyx milik Sasuke melebar sepenuhnya karena terkejut melihat bahwa ada orang lain di pohon yang dia duduki. "Aku sama sekali tak merasakan kehadirannya tadi," batinnya dan memandang orang yang di sampingnya dengan tatapan tajam dan waspada.
"Ga-Gaara.." ucap orang yang di panggil Kankuro tadi.
Sedangkan seorang pemuda yang berambut merah darah itu hanya menatap tajam pada Kankuro. Dia berdiri terbalik di dahan pohon dengan kepala di bawah dan kaki yang di aliri chakra menapak pada batang pohon tersebut. Kemudian kedua mata jade miliknya melirik pada onyx Sasuke di sampingnya. Bergantian pada Naruto, Konohamaru, Moegi, Udon yang berada di bawahnya. Kedua mata jadenya berhenti sebentar ketika mendapati seorang gadis dengan warna rambut merah jambu.
"Maafkan ketidaksopanan kami," ucap Gaara dengan suara yang berat. Secepat kilat ketika semacam pasir mengelilingi tubuhnya sosok pemuda berambut merah itu berpindah ke samping Kankuro. Semuanya kecuali Kankuro dan Temari dibuat tercengang dengan kemampuan ninjanya.
"Ayo pergi!" ucap Gaara singkat. Temari dan Kankuro segera mengikuti Gaara dan berbalik pergi meninggalkan mereka semua namun, ada sebuah suara yang jernih mengehentikan langkah mereka seketika.
Kedua mata jade itu melirik pemilik suara itu dan berbalik menatapnya. Sekali lagi kedua mata jade dan emerald itu bertemu. "Tunggu sebentar! Kalian bukan berasal dari desa ini. Lalu kalian ninja dari mana?" Tanya Sakura. Sedikitnya dia takut untuk menanyakannya namun dia beranikan diri ketika tak ada seorang pun yang bertanya.
"Kami dari Desa Sunagakure," jawab Temari.
"Sunagakure? Bagaimana bisa kalian dengan begitu mudahnya masuk ke dalam desa ini?"
"Kau tidak tahu?" Tanya balik Temari.
"Tidak. Karena itu aku bertanya."
"Dengar… kami ke sini karena akan mengikuti Ujian Chuunin," ucap Temari dan memperlihatkan identitasnya.
"Ujian Chuunin?" gumam Naruto dan nampak berpikir.
Setelah menjawab hal itu ketiganya kembali berbalik pergi meninggalkan Sakura yang belum puas mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Namun, lagi-lagi ada sebuah suara yang menghentikan langkah mereka, kali ini agak dingin.
"Siapa namamu?" Tanya Sasuke dan 'huup' dia turun dari atas dahan pohon dan mendarat sempurna di tanah.
Temari langsung berbalik dan menunjuk dirinya sendiri,"Maksudmu aku?"
Sasuke menggeleng, dan jari telunjuknya mengarah pada orang yang berada di samping Temari. "Bukan kau… tapi laki-laki yang berambut merah itu," ucapnya.
Gaara membalikan badannya menghadap Sasuke. Dengan tatapan dingin dan suara yang berat dia menjawab. "Sabaku no Gaara. Kau?"
Sasuke menyeringai dan menjawab. "Uchiha Sasuke."
"Kalau namaku…"
"Tidak tertarik," potong Gaara cepat ketika Naruto akan mengucapkan namanya.
Sungguh malang nasib Naruto, dia selalu tak di anggap.
Gaara membalikan badannya namun masih sempat kedua mata jadenya melirik sekilas seorang gadis berambut merah muda yang menatap penuh kagum pada sosok Sasuke. "Huh!" dengusnya.
Ketiga ninja dari Sunagakure itu akhirnya pergi secepat kilat dengan jurus yang mereka miliki. Meninggalkan Team 7 dan Team Konohamaru di jalanan yang mulai ramai itu.
"Sebaiknya kita menemui Kakashi-sensei," usul Sakura dan menatap Naruto juga Sasuke bergantian.
"Tapi Ujian Chuunin itu apa? Kau tahu, Sakura-chan?" Tanya Naruto dan memimpin berjalan di depan. Sosok Sasuke dan Sakura berjalan tak jauh dari dirinya. Lalu bagaimana dengann Konohamaru dan teman-temanya? Mereka bertiga sudah pergi juga untuk menemui Ebisu-sensei.
"Itu adalah semacam ujian yang di adakan lima tahun sekali khusus untuk seorang Genin seperti kita agar naik tingkat menjadi seorang Chuunin," jawab Sakura dan menundukan kepalanya.
"Benarkah? Hebaaatt!" komentar Naruto dengan mata yang berapi-api semangat.
"Hn." Sasuke hanya berkomentar pendek.
Naruto dan Sasuke sama sekali tak melihat perubahan wajah Sakura yang menjadi murung.
##Kimi o Mamotte, Kimi o Aishite##
Gadis berambut merah muda itu kembali merenung sendiri di dalam kamarnya yang didominasi cat hijau. Tubuhnya terbaring begitu saja di atas tempat tidurnya dan kedua mata emeraldnya nampak menatap kosong langit-langit kamarnya.
Pikirannya kembali melayang pada kejadian tadi siang. "Ujian Chuunin, eh?"gumamnya tak bersemangat.
Sakura kembali teringat percakapan yang dia alami dengan rekan satu teamnya dan guru pembimbingnya. Percakapan bahwa gurunya itu mengikutsertakan ketiga murid didikannya untuk mengikuti Ujian Chuunin. Reaksi Naruto sangatlah senang dan bersemangat, sebab hal itu merupakan satu langkah untuk dirinya diakui oleh desanya. Lalu, reaksi Sasuke juga sangatlah tak terduga, dia tersenyum kecil menanggapi perihal dirinya didaftarkan di Ujian Chuunin, alasannya karena sebagai laki-laki dia merasa tertantang, ditambah ini adalah salah satu jalan untuk menjadikannya lebih kuat.
Kemudian reaksi dirinya sendiri sangatlah berbanding terbalik dengan rekan satu teamnya. Dia merasa takut, bimbang, resah. Alasannya hanya satu, yaitu dia tak percaya diri dengan kemampuan ninja yang dia miliki sendiri. Dia merasa apa yang di katakan oleh Sasuke tempo hari yang mengatakan dirinya lemah adalah benar adanya.
Sakura merasa menopang beban berat di kedua pundaknya ketika didaftarkan dalam Ujian Chuunin. Sebenarnya dia ingin sekali menolak untuk ikut serta, namun karena Sasuke.
Ya, karena kehadiran laki-laki yang disukainya itu ikut serta juga, mau tak mau dia harus ikut. Karena jika tidak dia akan merasa tertinggal dan tak 'sejajar' dengan Sasuke lagi. Dia akan merasa sangat 'kecil' di hadapan Sasuke. Dia akan dikira lemah oleh Sasuke. Dia akan dikira penakut oleh Sasuke. Dan dia akan dikira gadis cengeng yang tak bisa berbuat apa-apa.
Namun, Sakura kembali berpikir jika semua yang dikatakannya adalah benar. Dia lemah, penakut, cengeng, dan tak bisa berbuat apa-apa.
"Jika saja aku punya 'kekkei genkai' dalam darahku," ucap Sakura.
"Kau memang punya, Sakura. Dalam darahmu mengandung kekuatan miliknya," batin seseorang di depan pintu kamar Sakura. Seseorang itu adalah Ibunya sendiri. Kedua mata hijau teduhnya menatap sayu dan miris sosok Sakura. Tak dapat dicegah air mata itu turun membasahi kedua pipinya. Dia menutup mulutnya sendiri yang akan mulai mengeluarkan sebuah isakan. Dengan segera Lili meninggalkan pintu kamar Sakura sebelum tangis kesedihannya pecah dan disadari oleh Sakura.
'Hei, kau seperti bukan Sakura saja,' komentar innernya yang dari tadi lama terdiam.
"Memangnya aku yang biasanya bagaimana?" Tanya Sakura.
'Sakura yang biasanya akan selalu bersemangat dan tegar dalam menghadapi masalah apapun.'
"Aku takut untuk mengikuti ujian itu asal kau tahu."
'Kau takut?'
Sakura mengangguk dan menutup sebelah wajahnya dengan tangannya.
' Hei, kuberi sebuah nasihat.'
"Apa?"
'Lebih baik mencoba tapi gagal, daripada gagal mencoba.'
Sakura menyerngitkan alisnya bingung dengan perkataan innernya sendiri. Dia berusaha berpikir mencari arti dan maksud dari kata 'Lebih baik mencoba tapi gagal, daripada gagal mencoba'.
"Apa maksudmu… aku tak boleh menyerah semudah itu sebelum mencoba hal itu?"
'Kurang lebih seperti itu.'
"Kau benar… setidaknya aku harus mencoba dulu. Apapun hasil yang akan kudapat nanti entah itu berhasil atau gagal tergantung seberapa usaha diriku sendiri untuk menghadapi rintangan tersebut."
'Beginilah Sakura yang biasanya.'
Sakura tersenyum dan mulai menutup kedua mata emeraldnya karena sudah merasa lelah. Dia membalikan badannya ke kanan mencoba mencari posisi yang nyaman untuk tidurnya. Dia bahkan lupa untuk menutupi jendela balkon kamarnya yang sekarang tengah terbuka dengan lebarnya. Menghantarkan sebuah semilir angin malam dan menggerak-gerakan gorden kamarnya sendiri.
Dia juga tak menyadari jika ada sesosok orang yang berdiri dibalik jendela kamarnya. Sosok itu diam berdiri tak bergeming sedikitpun dan kedua matanya terpancang pada wajah Sakura yang mulai menjelajahi alam mimpi. Sedetik kemudian sosok itu berjalan mendekat untuk masuk ke dalam kamar Sakura.
Angin yang berhembus masuk sedikitnya menggerakan selendang putih yang menggantung di pinggang sosok itu yang menggendong sebuah benda seperti guci. Rambutnya pun nampak bergerak-gerak sedikit terhembus oleh angin. Di bibirnya terlukis sebuah seringai menyeramkan ketika memandang wajah Sakura. Kedua mata jadenya nampak menatap wajah di depannya dengan pandangan berbahaya. "Kau adalah 'mainanku'," ucapnya dan seketika sosoknya lenyap setelah ada gumpalan pasir yang menutupi seluruh tubuhnya. Ikut terbawa angin yang menerpa tubuhnya yang diselubungi pasir.
Tsudzuku
Kyaaaaaaa~ apa'an ini….hahahahahaha
Sebuah fic yang kubuat untuk ikut meriahkan Sakura Birthday. Chara Kunocihi satu-satunya kesayanganku. Hm. Meskipun terlmbat buat pub-nya.
Dan maaf q bukan membuat pair SasuSaku sbgai chara utama di sini. Melainkan pair GaaSaku.
Dan alasan lainnya… karena Q Nge-Fans banget ma Gaara…wkwkwkwkkwkw. Aaaahhhh~ Gaara kenapa dikau keren banget sich…*mata love-love-an*
.
.
Ehm.. ok, di sini q ngambil bebrapa adegan yang ada di Naruto. Dan yang lainnya q ngarang. Fic nie Semi-Canon pertamaku, krn biasanya q buat fic
Trus yng di kutip satu itu inner Sakura yg bicara. Dan mengenai 'Kekkei Genkai' itu adalah semacam garis keturunan. Misalkan Keturunan Hyuuga yang darah keturunanya menurun pada sesama anggota keluarga, dengan Jutsu Byakugan, sama halnya Sharingan ataupun Renegan.^^
Mohon kritikannya..
Sweet Greetings
Miko-chan^^.
Reviews
