[06-Februari-17]|KNB|Kuroko T|Akashi S|Romance|Disc: Tadatoshi Fujumaki| Wachi-wa

.

.

.


Hei-hei kau tahu tidak?, sesaat pertandingan Winter Cup antara Rakuzan dan Seirin. Mereka berdua bertemu, saling menatap tanpa ingin mengatakan sesuatu?


"Apa kau sudah mendapatkan jawabannya?"

Kuroko duduk dengan pandangan kosong seperti biasa, menatap langit sore yang begitu tenang. Walaupun jiwanya kini terombang-ambing, ia hanya diam dalam kuluman selaga macam perasaan. Bibirnya mengatup rapat, wajahnya tertutup rambut biru langitnya. "Tidak untuk sekarang, tapi aku yakin…" serunya perlahan.

"Yakin dengan apa, Tetsu?" Akashi menatap rambut biru itu lamat-lamat. Mata heterokromatiknya menusuk tajam, seperti yang mereka duga, seperti yang mereka lakukan saat upacara kelulusan dulu, dan kini mereka saling bertemu lagi. Sudah sangat lama sesudah upacara itu, Akashi tak pernah melihatnya lagi. Sebuah kerinduan yang terbayarkan.

"Aku yakin dengan para Senpai dan teman-temanku…"

"Keyakinan yang tak berguna, bersiap-siaplah untuk kalah dan ikut denganku, Tetsu…"

Kuroko mengigit bibir, ia tak mau. Tak ingin meninggalkan Kagami, tak ingin meninggalkan Timnya, tak ingin meninggalkan semua yang ia bangun bersama-sama demi keinginan Akashi. Tapi ia tak punya kekuatan untuk melawannya. Akashi adalah kepastian…

Kuroko semakin dalam menunduk, tetapi tubuhnya bergerak. Ia beranjak dan hendak meninggalkan tempat itu, tetapi Akashi menahan tangannya. "Mau kemana kau?"

"I-ini sudah sore, dan tidak mungkin kita berduaan ditaman seperti ini, banyak anak-anak…" Kuroko tak ingin membuat Akashi marah, tetapi lelaki itu lebih dari sekedar marah untuk Kuroko. Nada intimidasinya sudah terasa dari pertama mereka bertemu.

Kuroko hendak melepaskan tangan Akashi, tetapi entah mengapa Akashi jauh lebih kuat darinya. Kuroko mundur perlahan, "Akashi-kun?"

"Tidak, aku ingin kau menemaniku makan, sudah lama kita tidak begini…" Akashi berubah lagi, ia mengelus rambut Kuroko dan mencium keningnya. Mata Kuroko membulat, semua ketakutan dan kengerian yang dirasakannya menguap. Mata sembabnya menatap Akashi dengan terkejut, dan kedua mata ruby itu…

Sebuah mata yang selalu menatapnya dengan penuh kasih sayang.

Kuroko ingin melihat mata itu, "Akashi-kun, bagaimana kalau kita melakukan perjanjian?"

"Apa itu, Kuroko?" Akashi menggandeng Kuroko dengan lembut, dan lelaki biru itu tersadar akan apa yang dilakukan orang yang dicintainya. Kuroko memeluk lengan Akashi,

"Jika Akashi-kun yang kalah, tetaplah seperti ini. Untukku…"

Ya, Akashi mengerti akan maksudnya. Tetapi apapun yang terjadi hanya ia yang akan menang, ia adalah kepastian. Tetapi, ia melihat senyum kebahagiaan pada Kuroko. Dan ia tak ingin membuatnya bersedih lagi, terlebih besok mereka akan bertanding. Dimana, ditempat itu kekasih pun bisa menjadi musuh. Akashi tertawa perlahan,

"Tentu saja…"

…..

...


…..

...

Akashi terdiam lama, ia menatap Kuroko yang bersorak bersama timnya. Inilah yang dinamakan 'Haiboku'. Kekalahan yang begitu brutal menusuk hatinya, Akashi menahan air matanya, dadanya sesak seakan meledak, kepalanya yang pusing begitu ekstrim. Apa ia bisa menjaga ketenangan hingga berbaris nanti?

"Kuroko, aku bersyukur karena bisa bermain basket, dan aku bersyukur bisa bertemu denganmu…"

Kuroko menjabat tangan Akashi, ia ingin memeluknya sekali saja. Mungkin, ini adalah kekalahan pertama baginya, mana mungkin ia bisa tenang menghadapinya.

Dan untuk sebuah alasan, pipi Kuroko mengembang senang, Akashi tak pernah mengingkari janji.