Door of Midnight

Chara & Pairing: Boboiboy, Yaya (BoYa), Fang, Ying (FaYi), & Gopal

Genre: Romance-Fantasy

Disclaimer: BoBoiBoy adalah milik Animonsta, Nii hanya meminjam karakter-karakternya saja

Warning: AU, Typo, Gaje, OOC, Abal-abal, Humor gagal, Judul mungkin nggak sesuai dengan ceritanya, dll.

Happy Reading~!

RnR please?

Prolog

'Secara resmi, besok kamu akan dinikahkan dengan Pangeran dari kerajaan sebelah.' Kalimat yang kejam itu keluar dari mulut ayah kandungnya sendiri. Hanya dengan sebaris kalimat, gadis itu merasa hidupnya hancur.

"Tap-Tapi Ayah-"

"Tidak ada tapi-tapian. Besok Ayah akan memanggil penghulu kerajaan ke istana untuk menikahkan kalian berdua. Kamu sudah harus menyiapkan gaunmu malam ini. Ayah akan memanggil seseorang untuk mendandanimu besok pagi," ucap sang ayah tanpa ampun.

"Ayahanda, saya belum mengenal dengan baik Pangeran itu. Hanya sebatas tahu nama. Saya tidak mau dinikahkan oleh orang yang belum saya kenal baik." Gadis berkerudung panjang berwarna merah muda itu menggigit bibirnya.

"Kamu sudah berani membantah Ayah ya, Yaya?" Nada suara dari sang ayah mulai terdengar tidak bersahabat, membuat nyali gadis itu ciut.

"Saya permisi, Ayahanda." Gadis itu membungkukkan badannya sekali sebelum kembali ke kamarnya dan menumpahkan semua kesedihan dan kekecewaannya pada bantal yang dipeluknya erat.

Setelah puas menangis, gadis itu berniat untuk mencuci mukanya di wastafel yang terletak di kamar mandi yang berada dalam kamarnya. Gadis itu tidak menyadari bahwa model pintu kamar mandinya berbeda dari biasanya dan langsung membukanya karena masih diliputi perasaan sedih dan kecewa.

Tiba-tiba iris karamelnya membulat saat melihat cahaya terang menghujam ke arahnya dari dalam pintu itu dan … ia tersedot ke dalamnya!


"Tidak mau! Pokoknya saya tidak mau!"

"Kamu masih tetap keras kepala seperti biasa? Bisa tidak kamu hentikan sikapmu yang kekanak-kanakan itu? Bisa membawa pengaruh buruk pada kerajaan kita!"

Obrolan makan malam itu tidak berjalan dengan mulus seperti malam-malam berikutnya. Seorang laki-laki yang awalnya memotong makanannya dengan tata krama yang baik, kini pisau dan garpunya saling berdentingan tidak keruan.

"Terang saja saya menolak. Ayah tiba-tiba hendak menikahkan saya dengan putri dari kerajaan sebelah. Bertemu saja saya belum pernah. Tiba-tiba saja langsung membahas tentang pernikahan? Siapa yang mau menerima?"

"Boboiboy!" sentak pria yang telah memasuki usia uzur itu. "Turuti kata Ayah! Jangan membantah!"

"Pokoknya saya tidak mau!" Laki-laki yang sudah lewat lama dari masa pubertasnya itu berdiri. Meninggalkan makanannya yang masih bersisa.

"Boboiboy! Kembali!"

Laki-laki itu membanting pintu kamarnya dengan kasar, membuat para pengawal yang berjaga di depan kamarnya agak kaget. Wajahnya terlihat tidak senang. Ia menghempaskan badannya ke kasur.

"Padahal aku masih ingin bebas …" Laki-laki itu menggigit bibirnya.

Tiba-tiba tebersit sebuah ide dalam benaknya saat melihat jendela yang terbuka lebar sehingga angin malam menembus masuk dan menerbangkan gorden berwarna merah maroon yang terpasang di jendelanya.

Setelah mengambil pedang kesayangannya, laki-laki itu dengan gesit melompat keluar jendela, meninggalkan kamarnya yang nyaman dalam istana. Samar-samar terdengar jeritan panik dari dalam kamarnya, mungkin pengawal yang menyadari kepergiannya, tapi ia tidak peduli. Ia terus berlari kencang.

Sudah satu jam berlari dari istana, laki-laki itu sudah jauh dari kota, apalagi istana. Ia memutuskan untuk mencari penginapan untuk malam ini. Sebenarnya ia tidak mengapa tidur di mana saja, namun ia malas kalau harus berurusan dengan para bandit yang berkeliaran. Sampai di sebuah rumah besar yang sepertinya penginapan atau guest house, ia mengetuk pintunya.

"Permisi? Ada orang? Saya hendak bermalam di sini."

Jawaban tidak kunjung datang. Jadi laki-laki itu memutuskan untuk memastikan apakah pintu itu dikunci atau tidak. Ia mencoba memutar gagang pintu itu dan … tiba-tiba saja semuanya menjadi terang …


"Mulai sekarang kamu harus diet!"

"Hah?! Kenapa, Yah?! Padahal saya oke-oke saja kan?!" ucap seorang pemuda gempal yang sedang mengunyah paha ayam, menu utama makan malamnya.

"Kamu? Baik-baik saja? Lihat badanmu! Bongsor gitu! Mind-set-mu harus diubah!"

"Tapi saya nggak mau dicuci otak Yah!" tolak pemuda itu mentah-mentah.

"Yang mau nyuci otakmu itu siapa? Diet itu ya, perubahan mind-set. Yang awalnya kamu menganggap makanmu itu harus lima kali sehari, menjadi tiga kali sehari sudah kenyang!"

"Jadi itu artinya saya dilarang makan dong?"

"Siapa yang melarangmu makan? Ayah hanya melarangmu makan berlebihan. Makan untuk hidup! Bukan hidup untuk makan!"

"Terserah Ayah! Intinya Ayah tidak senang aku makan bersama Ayah kan?!"

"Maksud Ayahmu bukan itu Nak. Dia hanya ingin kamu menjadi anak yang sehat." ucap sang Ibu.

Tapi ucapan sang ibu tidak terdengar oleh anaknya karena pemuda itu langsung melesat ke dapur. Membuat para koki-koki yang sedang bekerja, memasak makanan untuk para penghuni istana, kaget.

"Pangeran sedang apa disini?"

"Hem?" Pemuda itu melirik para koki sengit. "Sekarang juga aku perintahkan kalian keluar dari dapur ini!"

Titah dari mulut pangeran itu membuat para koki heran.

"Tapi Pangeran, kami sedang memasak-"

"Pokoknya keluar!" perintahnya lagi, dengan nada yang lebih keras.

Para koki pun tidak punya pilihan selain pergi meninggalkan dapur setelah mematikan kompor dan segalanya lalu keluar dari dapur, meninggalkan sang pangeran sendirian di dapur. Pemuda itu mendengus lalu membuka pintu kulkasnya yang besar. Berniat mengambil makanan tanpa menyadari pintu kulkasnya berbeda dari biasanya. Cahaya terang segera menghujam dan menyeretnya ke dalam pintu.

"Ahhhh!"


Seperti biasa, gadis itu berdiri di balkon kamarnya. Menatap bintang-bintang yang bertaburan, menghiasi langit malam, menemani sang bulan yang bersinar di tengah-tengah kegelapan. Saling melengkapi. Gadis itu menggigit bibirnya dan melirik sengit ke arah seorang laki-laki yang dengan santainya duduk di pagar balkon dengan rambut landaknya yang berterbangan diterpa angin malam.

"Sampai kapan kamu mau disini?"

"Hm?" Laki-laki itu mendelik. "Ini juga bukan kemauanku kok. Kalau para orangtua tidak semaunya menjodohkan kita, aku tidak akan berpura-pura peduli padamu."

"Hoo?" Mata gadis itu menyipit. "Kenapa harus berpura-pura? Kamu bisa sekalian saja terang-terangan menunjukkan ketidak-setujuanmu atas pertunangan ini! Atau-oh! Maaf, aku lupa. Bukankah menipu dan berpura-pura itu memang keahlianmu?" Gadis itu tersenyum merendahkan.

Laki-laki itu menghela napas. "Yah, terserah. Aku memberitahumu agar kamu tidak salah-paham."

"Jangan harap." Gadis itu memalingkan mukanya sebal.

Angin malam kembali berhembus kencang. Membuat gadis itu memeluk lengannya sendiri, berusaha menahan dinginnya angin. Gaun biru berendanya berkibar belan.

Pluk! Sebuah kain yang agak tipis tiba-tiba berada di punggungnya. Walaupun hanya selembar, tapi kehangatannya menjalar ke seluruh tubuh gadis itu.

"Ka-Kamu pikir, dengan begini bisa membuatku sedikit menentang perjodohan itu?" ucap gadis itu dengan muka merah sambil melirik sengit ke arah laki-laki yang melemparkan kain itu padanya.

"Aku nggak pernah bilang begitu." jawabnya seakan tidak peduli. "Aku tidak bisa membiarkan seorang gadis mungil yang sok kuat kedinginan di balkon tengah malam."

"Huh! Pokoknya jangan salah-paham dulu!" Gadis itu membalikkan badannya, tanpa bermaksud mengembalikan kain yang sekarang melekat di atas gaun birunya. Ia membuka sebuah pintu yang membatasi antara balkon dengan kamarnya tanpa menyadari perbedaan pada pintu itu sebelumnya.

Begitu membukanya, sebuah cahaya terang menghujamnya.

"Ying!" Laki-laki yang tadinya masih duduk santai di pagar balkon, langsung melompat dengan gesit dan meraih tangan mungil gadis yang tertarik oleh cahaya itu. "Ukkhh …" Walaupun sudah semenjak kecil berlatih pedang dan bela diri, tapi kekuatan yang ia peroleh ternyata belum cukup untuk menyelamatkan gadis itu dari dahsyatnya isapan cahaya itu. "Uwaaaahhh!"

Tanpa laki-laki itu sadari, mereka berdua sudah termasuk ke dalam pintu itu.


ini … dimana?

dan … kalian siapa?

~To Be Continued~

Hiatus dari fanfic Choose! dan Choice!, jadi Nii sedikit menumpahkan rasa kebosanan Nii dengan mengetik fanfic absurd lainnya. Door of Midnight, awalnya sih mau dibuat one-shot aja, tapi kok kayaknya maksa banget ya? Jadi mungkin bakal jadi lima chapter atau lebih, atau mau jadi seri panjang kayak sebelumnya? X'D (woi, lo banyak utang TwT). Fanfic ini terinspirasi dari lagu 'Mayonaka no Door', ending song anime lama yang Nii suka, Demashita! Powerpuff Girls Z! w

Hope you enjoy this :3