"Arghh...!" erangku tak tahan.
Sebuah katana berhasil menembus ulu hatiku. Aku hanya diam mematung seiring tubuhku jatuh telentang. Katana tersebut telah berhasil menembus tubuhku yang terlindung. Aku akui sasaranmu tepat sekali. Aku memang sengaja tidak melindungi beberapa bagian tubuhku. Meskipun sepertinya terlindung, tapi sebenarnya aku hanya melapisi tubuhku dengan jaket kulit hitam.
Aku merasakan tangan kecilmu masih sama seperti terakhir aku menyentuh kulitmu. Tapi dengan tangan kecil ini juga, nyawaku teregang. Tangan halus nan lembut ini membelai rambutku. Mengecup bibirku perlahan sambil menitikkan air mata perpisahan. Aku hanya diam tak berkutik melihat wajah manismu ternoda darahku. Ingin sekali rasanya aku menghapus air mata dan darah yang menodai wajahmu. Tapi, tangan ini sudah tak lagi menurut dengan tuannya. Mungkin kamu mengira bahwa aku telah tak bernyawa, kurasakan bibirmu berbisik di telingaku.
"Gomen atas luka yang kuberikan."
"Aishiteru, Sakura-chan."
Aku berusaha membalas tapi mulut ini sudah mati rasa, hanya pandanganku saja yang masih berfungsi meski mulai kabur. Lagi-lagi tangan kecilmu bergerak, tapi kali ini bukanlah untuk menyentuhku melainkan mengambil senjata yang tergantung di pinggangmu.
Dor!
Tak kusadari telingaku masih berfungsi. Suara memekakan itu sebagai tanda bahwa teman masa laluku sudah pergi dan akan menemuiku di lain tempat. Mungkin kamu berpikir bahwa akan menyusulku, tapi sebenarnya sebentar lagi aku yang akan menysulmu. Selama beberapa menit terakhir aku mengingat kisah kita dahulu. Surai pirangmu, tawamu, teriakanmu, tangisanmu, curhatanmu, semuanya. Rasanya kuingin putar lagi waktu untuk menghabiskan waktu yang singkat ini untuk memperbaiki hubungan kita.
"Sa-yo-na-ra" kata terkahir yang berhasil kuucapkan.
.
.
.
Disclaimer by Masashi Kisimoto
Warning : Gaje,OOC,nggak mutu
.
.
.
Sinar mentari pagi mencari celah menuju ruangan 10x7 bercat dongker dan oranye. Waktu menunjukkan pukul 08.00, sudah saatnya gadis berambut permen kapas ini membuka mata dan mengawali kehidupannya. Dengan sedikit malas gadis ini mengulurkan tangan untuk mematikan weker yang sedari tadi berdering. Dengan segera dia berdiri dan berjalan menuju ruangan di ujung kamarnya. Sambil bersenandung dia mengambil handuk dan mengikat surai pinknya ke atas. Hanya beberapa menit gadis ini menghabiskan waktu untuk melakukan ritual paginya. Dia tidak seperti gadis biasa yang sering menghabiskan waktu berjam-jam di kamar mandi.
"Ohayou, onii-chan"
"Ohayou, Sakura-chan"
"Tumben Gaara nii-san di rumah?"
"Iya, nii-san kesini cuma disuruh kaa-san nganter kamu sekolah"
"Ngapain? Kan ada sopir, lagian Gaara nii-san juga harus kuliah kan?"
"Nggak tau, Okaa-san kok yang nyuruh, nii-san lagi bolos kuliah"
Gadis yang bernama Sakura itu hanya memanyunkan bibir membentuk "o" dan segera menuju meja makan untuk sarapan. Itu tadi adalah percakapan Sakura dengan Gaara yang bisa dibilang lumayan panjang. Kebiasaan Tou-sannya yang irit bicara menurun pada anak-anaknya. Suasana rumah yang sepi ini sudah terbiasa bagi Sakura. Tou-san dan Kaa-sannya memiliki perusahaan yang berbeda yang menjadikan mereka selalu sibuk. Dari kecil Sakura dan Gaara selalu ditinggal oleh kedua orang tuanya. Tou-san dan Kaa-sannya akan pulang jika mereka memiliki waktu luang, itu pun kalau ada, kalau tidak mereka akan memberi anak-anaknya uang yang mereka transfer ke rekening masing-masing. Kalau dulu mereka masih dibantu pelayan mereka untuk menghabiskan uang itu dengan baik, tapi sekarang mereka sudah bisa mengelola uang itu sendiri. Beberapa teman Sakura bilang jika rumahnya ini ramai. Iya sih ramai, tapi ramai oleh pelayan. Sekarang Gaara sudah kuliah. Kuliahnya saja di luar Jepang. Pertukaran pelajar onii-sannya semakin membuatnya kesepian. Dulu saat onii-sannya terpilih menjadi siswa yang mengikuti program tukar pelajar Sakura hanya ikut bahagia dan tidak berpikir tentang ke depannya. Sekarang ia malah meratapi nasib sendiri.
"Sakura-chan ayo berangkat"
Suara bariton Gaara membuyarkan lamunan adiknya. Seperti biasa Sakura memasang wajah (sok) ceria dan mengikuti langkah nii-sannya menuju garasi. Di sana terparkir mobil lamborghini Huracán LP 610-4 hitam bermodif milik Gaara.
"Lho kok mobilnya di sini?"
"Nggak tau, tadi malam kaa-san bilang suruh pakai mobil yang ada di garasi"
"Bukannya mobil ini dibawa nii-san ke Cambridge ya?"
"Hn"
Sakura langsung menghentikan percakapannya karena Gaara sudah mengatakan kata-kata jitunya, yaitu "hn". Jika dia sudah mengatakan itu,itu berarti dia sudah tak ingin bicara lagi. Sakura memasuki mobil dengan diam. Di dalam mobil gadis ini langsung mengambil tumpukan album musik. Dengan lincah tangan gadis musim semi ini mencari album dari band favorit mereka. Karena hanya ini satu-satunya cara agar mereka berdua bisa melakukan hal bersama. Gaara hanya menggelangkan kepala saat melihat tingkah imotounya. Sakura hanya nyengir kuda dan memasukan lempengan CD ke lubang mp3 di depannya. Terdengar alunan musik yang biasa disebut heavy metal dari mp3 yang ada di depan mereka. Sakura memulai aksinya dengan menyanyikan lagu yang diputarnya. Dia sengaja memilih lagu yang divokali oleh perempuan. Ignorance-Paramore yang sedang diputar. Gaara tak tinggal diam, dia juga beraksi dengan mengetuk-ngetukkan tangannya di setir mobil mengikuti ritme lagunya. Mereka bersenang-senang sampai tidak menyadari bahwa mereka hampir sampai dengan tujuan mereka.
"Bye, onii-chan."
"Hn, bye Sakura."
Sakura sudah ada di gerbang Konoha International Junior High School. Dia berjalan dengan santainya. Tiba-tiba sesosok gadis bersurai pirang menghampirinya dan...
.
.
TBC
.
.
