Hope you like this fiction :)
"Satu dari empat orang adalah gay." Kata Baekhyun, membaca fakta itu di ponselnya.
"Waah berarti seperempat isi sekolah ini gay ya?" Chanyeol menimpali.
"Sepertinya benar, dari kita berempat saja ada satu orang ya gay kan?" Jongdae menambahkan.
Sementara orang yang dimaksud terlihat berpikir, "Aku harap Sehun salah satunya." Kata Jongin. Tapi semua hanya diam karena perkataan Jongin, "Kenapa? Sehun is cute."
Tetapi temannya malah menunjukkan ekspresi bosan, "Yang benar saja, dia kan sepupunya Yifan." Baekhyun mengungkapkan alasannya.
"Yifan kan sudah lulus dua tahun lalu, kenapa harus jadi alasan?" Jongin tidak mau kalah.
"Terserah, aku mau ke perpustakaan saja." Kata Jongdae, daripada menghadapi keras kepalanya Jongin kan lebih baik dia tidur di perpustakaan.
"Aku ikut Dae." Baekhyun mengikuti.
"Bye Jongin." Chanyeol pun meninggalkan Jongin.
Mereka berempat adalah siswa tingkat akhir di salah satu sekolah menengah yang biasa saja. Terlihat dari tingkat disiplinnya yang juga biasa saja sehingga murid disana bisa tidur di perpustakaan.
Yang membuat sekolah ini spesial adalah fasilitas untuk klub-klub kegiatan siswa yang bahkan lebih lengkap dari pada untuk pembelajaran akademis mereka. Kolam renang sekelas olimpiade untuk klub renang, lapangan futsal dan sepak bola masing-masing tiga lapangan, ruangan dance setara dengan ruang latihan dance di studio-studio terkenal, dan masih banyak lagi fasilitas lainnya.
Jongin, salah satu siswa yang aktif mengikuti klub dance. Di klub dance ini juga dia menetahui bahwa ada siswa bernama Oh Sehun. Sehun itu tidak pernah satu kelas dengan Jongin, jarang terlihat bahkan saat istirahat. Sehun juga hanya sekali berlatih dengan anggota klub dance lainnya. Auranya yang kurang bersahabat membuat banyak orang tidak berani mendekatinya. Sebenarnya Jongin salah satu dari orang-orang itu, dia tidak berani mendekati Sehun, tapi Jongin dengan lancangnya menyebut Sehun itu cute, duh yang benar saja.
Memikirkan Sehun membuat Jongin mengantuk, dia sudah menyukai Sehun dari tahun pertama tetapi sampai tahun ke tiga berkenalan dengan benar saja belum bisa. Dia hanya bisa bercerita pada teman-temannya kalau dia melihat Sehun begini, Sehun begitu hari ini. Maka dari itu teman-temannya memilih untuk meninggalkannya jika nama Sehun sudah keluar dari mulut Jongin.
Kalau teman-temannya lebih memilih tidur di perpustakaan, Jongin lebih memilih tidur di studio dance mereka. Hari senin begini tidak ada jadwal latihan, jadi studio akan sama sepinya dengan perpustakaan. Lagipula jam terakhir hari ini adalah kalkulus, Jongin lebih memilih bolos saja daripada ketiduran di kelas, kalkulus kan memang bukan keahliannya.
Jongin mempunyai spot tidur sendiri dalam studio itu, dia biasanya memilih kursi paling belakang di loker studio tersebut. Biasanya kalau ada orang lain masuk kesana tidak ada yang masuk sampai ke bagian paling belakang. Maka dari itu spot tersebut dinobatkan Jongin sebagai spot terbaik disekolah ini untuk tidur.
Jongin terbangun entah setelah berapa lama ia tertidur. Ada suara musik terdengar dari ruang latihan, tapi biasanya anggota klub akan berlatih menggunakan musik yang keras atau EDM, bukan musik klasik yang pelan seperti yang sedang ia dengarkan sekarang. Rasa penasaran membuat Jongin menghampiri asal suara.
Jongin akan berterima kasih pada apa pun yang membuatnya tertidur di tempat ini nanti. Pemandangan yang dilihat sekarang ini membuktikan bahwa bolos kelas kalkulus memang seharusnya dia lakukan dari dulu.
Di ruang latihan, Oh Sehun sedang menari. Bukan tarian yang biasa Jongin lakukan, Jongin sendiri bingung mendeskripsikannya. Sehun menari pelan sekali mengikuti ketukkan musik, detail gerakannya sangat terlihat karena Sehun hanya memakai kemeja putih seragam mereka, Jongin merasa dia seperti mengigau karena di penglihatannya Sehun seperti memiliki sayap. Well, bagi Jongin kan Sehun memang malaikat.
"Kamu mau menggunakan studionya?" Jongin bahkan tidak sadar musiknya sudah berhenti. Jongin juga masih belum tahu apa yang harus dikeluarkan mulutnya untuk menjawab pertanyaan Sehun. "Hey Kim Jongin." Sehun mendekati Jongin dan melambaikan tangannya di depan wajah Jongin.
"Tarianmu indah sekali." Malah itu yang dikatakan Jongin, padahal dia bisa bilang bagus, keren, tapi kenapa malah indah? Duh, Jongin akan belajar mengontrol dirinya.
Sehun mengernyitkan dahinya bingung, "Terima kasih. Hey, kamu belum menjawab pertanyaanku, kamu mau menggunakan studionya?"
"Hmm aku tertidur di belakang tadi dan terbangun karena mendengar suara musik yang kamu gunakan untuk berlatih." Sekali lagi Kim Jongin, kenapa gugup membuatmu idiot, pikirnya.
Sehun terlihat terkejut, lalu mukanya menunjukkan rasa menyesal, "Maafkan aku sudah membangunkanmu. Aku akan mengecilkan volume musiknya, kamu bisa tidur lagi."
"Bukan itu," kata Jongin panik, "selesai latihan ini mau makan denganku tidak?" Bodoh Kim Jongin bodoh, kelihatannya saja dari luar terlihat biasa saja, padahal dia panik luar biasa.
Tapi Tuhan memang Maha Baik, Sehun tertawa. Demi apa pun ini tawa terindah yang pernah dilihat Jongin. Begini keadaanya sekarang, Jongin itu baru bangun tidur, dia terpesona tarian Sehun dan mulutnya mengeluarkan kata-kata yang tidak nyambung, lalu tadi dia mengajak Sehun makan bersama dan Sehun malah tertawa. Bagus Kim Jongin, kau sudah seperti badut sekarang, pikir Jongin.
"Kalau aku tidak mengenalmu, aku pasti berpikir kamu sedang flirting padaku Jongin." Lalu Sehun tertawa lagi.
"Well, sebenarnya kalau dianggap flirting pun tidak apa-apa." Sehun terdiam, "Maksudku.. err kamu cute Sehun." Jongin berpikir kenapa dia mengeluarkan kata-kata itu. "Oh crap, maaf kalau aku menyinggungmu, maaf kalau kamu bukan gay juga sepertiku." Jongin tidak bisa menyembunyikan panik yang dirasakannya.
"Mungkin kamu bisa berusaha mengenal orangnya dulu sebelum mengajaknya makan bersama seperti tadi." Sehun beranjak dan membereskan barang-barangnya.
Jongin tambah panik, dia tidak ingin obrolan dengan Sehun ini berakhir dengan atmosfer yang canggung seperti ini. "Maafkan aku, auramu sangat menyeramkan," Sehun menghentikan kegiatannya dan menatap Jongin, "aku sangat ingin mendekatimu dari dulu, tapi kamu selalu bersama Yifan, bukannya aku takut, hanya saja kamu seperti tidak terjangkau."
Sehun menaikkan alisnya, "Jadi setelah Yifan lulus aku lebih terjangkau?"
Jongin bingung harus membalas apa, jadi dia menyerahkan ponselnya pada Sehun, "Tolong masukkan nomor ponselmu, aku akan menghubungimu saat aku lebih siap. Lihatlah sekarang, aku sangat gugup, berbicara denganmu pun salah terus dari tadi."
Tapi Sehun menolak, Sehun malah memberikan ponselnya pada Jongin, "Masukkan nomormu, aku yang akan menghubungimu kalau aku mau menerima ajakkanmu."
Tanpa buang waktu, Jongin langsung mengetikkan nomornya pada ponsel Sehun sementara Sehun mengambil tasnya.
"Sampai bertemu lagi Jongin." Sehun berkata dengan senyumnya setelah Jongin menyerahkan ponselnya kembali.
"Tidak bisakah aku mengantarmu pulang?" Jongin berteriak karena Sehun sudah menjauh, Jongin terlalu terpesona dengan senyuman Sehun.
"Aku bawa mobil sendiri." Balas Sehun, berteriak juga.
Apa yang kulakukan tadi? Bisik Jongin pada dirinya sendiri. "Setidaknya tadi Sehun bilang dia mengenalku kan?"
"Kenapa baru pulang?" Tanya Yifan, begitu Sehun masuk ke dalam rumahnya yang dia tempati bersama sepupunya Yifan.
"Tadi aku latihan dance dulu di studio sekolah." Yifan mengangguk paham.
Orang tua Sehun dan Yifan tinggal di China. Jadi mereka hanya berdua disini. Kalau ditanya kenapa mereka tidak tinggal bersama kedua orangtuanya, mereka hanya mengangkat bahunya, tanda malas untuk menjawab. Atau kalau sedang beruntung mereka akan menjawab, "Sama saja dengan atau tanpa mereka."
"Tadi saat latihan ada yang menontonku. Tahu Kim Jongin kan Ge?" Tanya Sehun pada Yifan.
"Sebuah kemajuan kamu mau ditonton saat berlatih." Yifan mendengus sambil tetap memainkan ponselnya, "Anak di sekolah itu banyak sekali, mana aku bisa ingat yang mana Kim Jongin dan mana yang bukan?"
Sehun mendengus, memasukkan nomor ponsel Jongin ke kontaknya berarti Sehun akan terhubung dengan beberapa account media sosial Jongin yang lain, jadi Sehun membuka salah satunya dan memberikan ponselnya pada Yifan, "Yang ini Ge, kenal tidak?"
Yifan melihat sekilas, "Ingat waktu kamu kelas satu ada yang memperhatikanmu terus? Orang yang langsung menunduk kalau aku melihat ke arahnya? Nah itu dia orangnya."
Sehun tertawa kecil, "Beraninya dia mengajakku makan bersama lalu mengatakan auraku seram setelahnya."
"Memang auramu menyeramkan kok."
Sehun mendengus lagi, "Memang karena siapa auraku jadi begini?"
Yifan tidak terima dengan cara bicara Sehun yang seperti itu, "Jadi kamu menyalahkanku huh?" Yifan sudah memiting Sehun.
Begitulah kelakuan mereka sebenarnya. Diluar saja kelihatan dingin, tidak terjangkau, padahal aslinya tidak jauh berbeda dengan kakak beradik yang lain.
Sementara Jongin, "Kenapa kamu memandangi ponselmu terus?" Tanya kakaknya heran.
"Menunggu telpon." Kata Jongin singkat.
"Harusnya dari dulu ibu mendengarkanku untuk tidak menyekolahkanmu di sekolah itu, lihatlah sekarang, bukannya belajar seperti anak normal lainnya kamu malah menatap bodoh ponselmu, apa kamu bilang tadi, menunggu telpon huh?"
Jongin hanya mendengus mendengar omelan kakaknya. Belum sempat dia membalas perkataan kakaknya, ponselnya bergetar, tanda ada pesan masuk. Jongin sudah tidak memikirkan omongan kakaknya tadi, karena isi pesannya sudah cukup untuk menghilangkan kesalnya.
"Hey Jongin? Kenapa sekarang malah senyum-senyum sendiri?" Kakaknya itu kenapa tidak bisa berhenti mengomel sih? Tapi Jongin malas mendengar ocehan kakaknya lagi jadi dia memilih untuk masuk ke kamarnya dan membalas pesan tadi.
Kim Jongin, ini Sehun. Jumat nanti aku ada waktu kosong kalau ajakan makanmu masih berlaku.
Membalas pesan dari Sehun pun bisa membuatnya salah tingkah, duh padahal kan Sehun tidak ada di hadapannya langsung. Kenapa juga harus salah tingkah?
Aku juga punya waktu kosong hari jumat, jadi sepulang sekolah saja bagaimana?
Mereka terus bertukar pesan karena Jongin menanyakan hal-hal yang tidak penting untuk memperpanjang obrolannya dengan Sehun. Dengan begini kan Jongin bisa tidur nyenyak karena Sehun sudah menyetujui ajakannya.
Hari yang ditunggu akhirnya tiba, Sehun sengaja tidak membawa mobil hari ini karena Jongin meminta untuk berangkat bersama ke café yang dituju dari sekolah. Jadi disinilah Sehun, menunggu Jongin di gerbang sekolah mereka. Jongin sedang mengambil motornya dulu tadi.
"Sehun." Panggil Jongin. Sehun pun menghampiri Jongin, "Pakai dulu helmnya." Kata Jongin. Sehun pun menuruti Jongin dan naik ke atas motor Jongin, "Sudah siap?" Tanya Jongin.
"Sudah." Jawab Sehun.
Jongin menikmati perjalanan mereka walau pun mereka tidak mengobrol sama sekali. Sedangkan Sehun yang memang tidak begitu suka mengobrol sebenarnya bingung bagaimana membuka percakapan dengan Jongin, setiap kali ingin berbicara ada saja mobil atau motor lain yang lewat, jadi dia mengurungkan niatnya.
Mereka sudah sampai ditempat yang dituju dan sudah memesan makanan masing-masing.
"Sebenarnya aku penasaran, kenapa akhirnya kamu memutuskan untuk menerima ajakanku?" Tanya Jongin.
"Sebenarnya tidak ada alasan untuk menolak ajakanmu Jongin. Lagi pula aku juga tidak ada kerjaan lain."
"Aku menyesal tidak mengajakmu keluar dari dulu." Jongin berkata gugup.
Sehun tertawa, "Tolong jangan bahas yang kemarin-kemarin lagi, kamu kelihatan gugup sekali kalau membahas yang kemarin itu. Bukannya kamu sudah mempersiapkan dirimu supaya tidak gugup lagi?"
"Ah iya juga. Habisnya aku tidak percaya kalau aku benar bisa mengajakmu keluar begini. Kamu tahu Baekhyun? Dia menertawakanku karena tidak percaya akhirnya aku bisa mengajakmu keluar."
"Berhenti disitu, kamu mulai gugup lagi. Omonganmu mulai kemana-mana. Bukannya aku tidak suka, tapi aku yakin kamu pasti akan menyesal karena mengeluarkan perkataan yang tidak nyambung begitu." Sehun masih tertawa.
"This is so awkward Oh Sehun, please bear with me."
Melihat Jongin yang sangat gugup membuat Sehun menghentikan tawanya, "Oke, bagaimana kalau kamu menanyakan sesuatu padaku, lalu aku akan menjawab dan balas bertanya padamu? Kamu bilang ingin flirting denganku kan?"
Jongin mengangguk semangat, "Boleh aku mulai duluan?" Sehun hanya mengangguk, "Apa kamu juga gay sepertiku?"
"Iya, aku juga gay." Sehun tersenyum, "Kamu masih tinggal bersama kedua orangtuamu?"
"Iya, apakah itu terdengar buruk?" Kebanyakan temannya memang sudah memilih untuk keluar dari rumah dan mempunyai apartment sendiri karena mereka juga sudah memulai bekerja part time.
"Tidak, aku tidak tinggal bersama kedua orangtuaku, apa itu terdengar buruk?"
"Tidak juga sih, lalu kamu tingal dengan siapa?"
"Dengan Yifan Ge." Jongin hanya mengangguk, "Apakah menurutmu Yifan Ge menakutkan?"
"Kalau aku jawab iya apa kamu akan melaporkanku padanya?"
Sehun tertawa, "Kamu kalah Jongin, harusnya kamu jawab dulu baru bertanya balik. Lagi pula aku tidak akan melaporkanmu pada Gege, dia kan menyebalkan."
Kalau Jongin tidak tertidur di studio sore itu, mana dia tahu kalau perkataannya Sehun is cute itu nyata. Sehun ternyata suka sekali tertawa. Jongin boleh berharap tidak kalau Sehun begini hanya dengannya?
"Oh Sehun, kamu mau tidak jadi kekasihku?" Kenapa aku selalu tidak bisa mengontrol kerja sama mulut dan otakku jika sudah di depan Sehun? Jongin merutuki dirinya lagi.
"Eh kamu serius?" Tanya Sehun.
"Oh tolonglah Sehun, aku bahkan ingin mendekatimu dari tahun pertama tapi tidak punya cukup keberanian, aku mengumpulkan keberanian untuk mengatakan ini dari tahun pertama, berlatih di depan kaca setiap aku mendapat kesempatan."
"Baiklah, tidak baik membuatmu menunggu lagi kan?" Kata Sehun sambil meminum milkshakenya yang baru datang.
"Baiklah apa?" Jongin bingung.
"You're my first boyfriend Kim Jongin, please bear with me."
"Emm Sehun, boleh tidak aku memanggilmu sayang?"
Sehun mengangguk, "Aku bukan orang yang picky, kamu boleh memanggilku apa pun kok."
"Sehun sayang." Kata Jongin pelan, kata yang selama dua tahun ini ingin Jongin ucapkan tapi belum bisa karena Sehun belum menjadi miliknya.
"Jongin?" Panggil Sehun, "Kenapa rasanya seperti ada banyak kupu-kupu di perutku ya?" Kali ini giliran Jongin yang tertawa karena Sehun.
Yang tidak diketahui Jongin, Sehun itu sassy. Very sassy.
Pernah suatu hari minggu saat Jongin terlambat bangun, Sehun mengomel sepanjang pagi karena Jongin tidak membalas juga pesannya.
"Gege benar masalah tidak seharusnya aku berpacaran dengan orang dari sekolah kita, you can't trust them for shit." Saat Sehun mengeluh begini biasanya Yifan yang akan jadi korbannya.
"Told ya." Yifan sebenarnya sudah malas menanggapi, tapi kan kasihan kalau didiamkan saja.
"Never mind, he texted back." Sehun kembali normal lagi dan Yifan menyesal memberi tanggapan tadi. Membuang energinya saja.
Cara Sehun mengungkapkan rasa cintanya pada Jongin juga selalu membuat Jongin tidak habis pikir.
Kalau pasangan lain, Yifan dan kekasihnya misalnya, setiap dia bilang I love you pada kekasihnya, kekasihnya akan menjawab I love you too.
Tapi ini Sehun, pernah suatu sore Sehun berkata, "Jongin, I hate you and I want to spend the rest of my life hating you."
"Bukankah lebih baik kalau hatenya diganti love Sehun?" Tanya Jongin.
"Duh, bukan itu intinya, intinya ada di bagian I want to spend the rest of my life with you Jongin. Masa yang begitu saja harus dijelaskan sih?" Jongin sudah tidak tahu harus bagaimana menanggapinya kalau begitu kan?
"Sehun, ada penelitian yang bilang kalau mencium seseorang selama satu menit akan membakar 2,6 kalori. Kamu mau membakar kalori bersamaku Sehun?" Jongin hanya ingin terlihat romantis dan pintar, oke?
Tapi sekali lagi, ini kan Sehun, "Apa kamu mau bilang kalau aku gendut huh?"
"Tidak Sehun, maksudku.."
"Bilang saja kalau aku gendut, mengajakku membakar kalori segala."
"Duh." Sekali lagi Sehun tidak tahu harus bagaimana kalau sudah begini. Jadi Jongin langsung saja mencium Sehun karena gemasnya.
"Jongiiiiiin." Teriak Sehun kesal, "Lakukan lagi." Katanya pelan setelah itu, Jongin dengan senang hati melakukannya.
Kelakuan Sehun kadang membuat Jongin terheran-heran, gemas, sampai tidak habis pikir, kenapa Sehun bisa berbuat begitu. Salah satunya saat Jongin ulang tahun.
"Happy birthday Jongin." Kata Sehun sambil memeluk Jongin, dia melonggarkan pelukannya, "Ini kadomu." Sehun memberikan kado berukuran sedang berbentuk persegi panjang.
"Waah terima kasih Sehun, boleh ku buka?" Sehun mengangguk setuju.
Jongin membukanya dan terheran melihat isinya, "Sehun, ini fotomu?" Tanya Jongin.
"Benar sekali, only the best for you, Jongin sayang." Kata Sehun lalu mengecup pipi Jongin.
Aneh begini juga kan pacarku, pikir Jongin.
How?
Next chapter will tell you more about Jongin and Sehun relationship, please bear with this fiction :)
