Hello All...ketemu lagi dengan author amatir,Ann Kei *kissbay *dibantai reader*

Kali ini, Ann punya cerita baru temuan otak Ann yang lain *emang otak ada berapa?*

Ok! Langsung aja ...

Declaimer : Naruto udah ada yg punya, Masashi Kishimoto-lah tentunya.

Story : Like A Barbie

Warnings : Typos, abal, OOC, etc/

Genre : Klasik *mungkin masih kurang *dichidori*

Alur : Mundur

Chara :

Yamanaka Ino : Tenang, agak pendiam, dan tidak terlalu berisik, 21 tahun.

Uchiha Sasuke : #Like the original character#, 22 tahun.

Haruno Sakura : Lumayan ramah *ditinju Sakura*, 21 tahun.

Uzumaki Naruto : Tidak terlalu berisik, 22 tahun.

"Sakura, apa keinginan terdalammu ketika kau mencintai seseorang?" tanya Ino pada manajernya yg juga sahabatnya, Sakura.

"Aku akan menyatakan perasaanku padanya. Dan bila ia menerimanya, aku nggak akan mengecewakannya, aku akan melakukan apa pun untuk membahagiakannya," jawab Sakura dgn senyumnya. Berharap, senyumnya dapat menghibur sahabat pirangnya yg tengah dilanda masalah.

Ia tau betul bagaimana perasaan Ino saat ini. Berusaha mempertahankan semua belah pihak, hingga menyiksa perasaannya sendiri.

Mendengar jawaban Sakura, lantas Ino mengambil langkah pergi dari bukit bunga tempat mereka bersembunyi dari kejaran para reporter tv.

"Ino, kau mau kemana?" suara Sakura seraya menghentikan langkah Ino. Angin bersemilir menyapu kedua wanita ini. Ino berbalik menatap Sakura.

"Aku akan pergi meminta restu Okaa-san," kata Ino dgn senyumnya. Namun, nampak sekali sorot matanya yg serius.

"Kau yakin?" tanya Sakura memastikan. Mimik mukanya tampak khawatir dgn keputusan sahabat yg dikenalnya lebih dewasa pribadinya dari pada dirinya sendiri.

Ino tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Sakura,
"Mungkin benar yg mereka katakan, aku mirip Barbie, tapi aku bukan Barbie. Aku ingin hidup sebagai Yamanaka Ino, bukan sebagai drama queen. Dan, jangan lupakan itu, Sakura."
Dengan itu, Ino pergi meninggalkan Sakura yg menatapnya khawatir.

"Kami-sama, tolonglah sahabatku," gumamnya.

#FLASHBACK : Tiga tahun lalu#

Koha High School adalah sekolah khusus putri yg terdiri mulai akademi hingga SMA. Koha High School adalah sekolah yg lebih mengarah ke etika. Kepala sekolahnya, Tsunade tak segan segan memberi hukuman bila salah satu siswinya melanggar peraturan sedikit saja.

Walau terkesan kejam, tapi kualitas sekolah tersebut tak dapat diremehkan.
Banyak wali murid yg mendaftarkan putri mereka sejak masih kecil di KHS karena ingin putri mereka menjadi gadis yg anggun nan pintar.

KHS juga menyediakan asrama bagi siswi yg berpotensi. Tapi, mereka masih dibiarkan memilih antara tinggal di asrama atau bersama orang tua.

"Ohayou, Ino!" sapa salah seorang siswi berambut pink pada temannya yg berambut pirang.

"Ohayou, Sakura!" Sakuralah nama gadis yg menyapa tadi. Ia berumur 17 dan termasuk salah satu gadis yg paling berprestasi di KHS. Hanya saja, ia tak memilih tinggal di asrama karena orang tuanya belum mengizinkannya. Berbeda dgn temannya yg berambut pirang yg juga seumuran dgnnya, bernama Ino, ia lebih memilih tinggal di asrama karena kedua orang tuanya yg telah tiada. Ino diadopsi kepala sekolah KHS semenjak orang tuanya meninggal beberapa tahun yg lalu ketika ia masih di akademi.

Tapi, walau menjadi putri kepala sekolah pun, Tsunade tak pilih kasih dalam memberi pelajaran ataupun hukuman padanya.

Jadi, yah. Di sinilah mereka. Di kamar Ino. Setiap pagi, bila Sakura datang lebih dulu, ia selalu menjemput sahabat pirangnya ke kamarnya.

"Ready for school?" tanya Sakura tanpa basa basi. Ino tersenyum dan mengunci pintu kamarnya sebelum kembali tegak dan menatap Sakura.

"Ready."

Mereka pun berjalan beriringan menuju gedung sekolah. Tak ada canda tawa yg mengisi suasana mereka. Mereka sudah hafal dgn peraturan KHS yg melarang para siswi tertawa sambil berjalan. Para siswi hanya diperbolehkan tersenyum atau berbicara sewajarnya saja.

"Ino..," panggil Sakura yg sedikit memberi jeda, memastikan atensi Ino telah mengarah kepadanya.

"Ya?" tanya Ino.

"Mengingat kita adalah sahabat tapi juga rival, aku agak sulit mengakuinya," kata Sakura. Ia mencoba melihat ke arah lain selain Ino.

"Kau kenapa, Sakura? Katakan saja," kata Ino dgn nada yg melembut.
Sakura mengatur nafasnya.

"Kau..berubah, Ino. Kau mengalahkanku. Kau telah menjadi gadis yg anggun," jawab Sakura dgn senyumnya.

"Benarkah?" tanya Ino memastikan.

"Aku nggak bohong, Ino," jawab Sakura.
Sebersit rasa senang karena Ino berhasil mengalahkan rivalnya. Tapi hal itu, tidak lantas membuatnya sombong. Ino benar benar berubah. Ia tau benar, kesombongan tidak menghasilkan apa apa. Jadi, ia lebih memilih diam.

Tiba tiba terdengar suara seorang sensei yg tengah menegur salah satu siswi.

"Hei, kau! Berjalan yg tegap!"

Sakura dan Ino berhenti. Mereka mengamati kejadian itu. Memang berjalan dgn tegap merupakan salah satu peraturan KHS, jadi wajar saja seorang siswi mendapat teguran bila ia berjalan membungkuk sedikit saja.

"Kau juga nggak ingin mendapat teguran karena terlambat masuk kelas kan, Sakura?" tanya Ino yg mendapat anggukan serta senyuman dari Sakura. Mereka melanjutkan langkah mereka yg sempat terhenti ke tujuan awal mereka, ruang kelas.

#...#

Pelajaran yg begitu melelahkan telah usai. Tak sedikit siswi yg mendapat teguran karena pola sikap mereka yg salah. Tapi walaupun sering ditegur, tak ada siswi yg berani melawan karena mereka tau asalkan menurut, kelak mereka akan menjadi wanita yg anggun di masa depan.

Sakura maupun Ino juga merasakan lelahnya hidup di KHS. Tapi mereka tak ambil pusing karena sehabis seluruh jam pelajaran usai, mereka selalu mengikuti ekskul meditasi bersama Kurenai-sensei. Sebuah kegiatan yg menurut mereka dapat menghilangkan penat dan melatih ketenangan yg merupakan modal awal menjadi sosok yg anggun.

Kini, Kurenai sensei tengah memberi pengarahan pada anggota ekskul meditasi,
"Kali ini kita akan bermeditasi di dekat sungai belakang sekolah. Kalian bisa membawa baju
ganti. Kutunggu kalian dalam 30 menit," kata Kurenai.

"YAY! Kita meditasi di sungai," seru sebagian besar siswi meditasi. Bagi mereka, sungai adalah tempat terfavorit untuk bermeditasi. Selain sejuk, hanya suara arus sungai yg mendominasi sehingga tidak ada suara bising lain yg mengganggu. Suasana pun akan menjadi tenang.

"Ino!" panggil Sakura pada Ino. Ino hanya menoleh dan memamerkan senyumnya.

"Aku nggak tau kalau hari ini kita akan bermeditasi di sungai. Aku nggak bawa pakaian. Kau mau meminjamiku kan?" tanya Sakura.

"Tentu saja aku mau. Ayo, ke kamarku!" ajak Ino.

Mereka pun pergi ke asrama putri dimana kamar Ino berada. Namun, belum sempat mereka menjauh dari gedung sekolah, panggilan kepala sekolah melalui pengeras suara menarik perhatian mereka. Mereka berhenti sejenak.

"Bagi para siswi yg namanya saya sebut, harap menuju auditorium sekarang juga,"

Terdengar bisik bisik para siswi berkenaan pengumuman itu.

Mereka menduga pengumuman itu ditujukan pada sepuluh siswi berpotensi yg akan menjalankan studypair.

Studypair adalah sebuah sistem pembelajaran yg diadakan oleh KHS yg bekerja sama dgn sekolah lain untuk menempatkan beberapa pelajar dari kedua sekolah di sebuah gedung yg sama. Mereka akan saling berinteraksi untuk menyelesaikan tugas yg dibebankan pada mereka. Mereka juga akan saling menilai lawan mereka baik dalam tingkah laku, cara berpikir, maupun kekompakan tim.

Studypair hanya diadakan sekali dalam setahun, tepatnya pada musim semi seperti ini. Waktu untuk studypair hanya satu minggu, sehingga pelajar diharapkan dapat menyelesaikan tugas yg mereka emban dalam waktu yg telah ditentukan.

"Kira kira siapa yg terpilih ya?"

"Iya, kira kira siapa ya?"

"Tapi, apa kalian yakin pengumuman ini tentang Studypair?"

"Menurutku sih begitu,"
Begitulah sebagian besar perbincangan yg tengah terjadi di KHS.

Dan suara kepsek pun menjawab pertanyaan mereka,
"Hyuuga Hinata, Yamanaka Ino, Ama Tenten, Haruno Sakura, Umino Rin, Ume Shion, Aka Tayuya, Akai Karin, Uzumaki Yuhi, dan Inuzuka Hana," kata Tsunade memberi jeda.
"Harap segera menuju auditorium untuk mendapat pengarahan Studypair,"

Mendengar semua itu, membuat Sakura terkejut tak percaya. Tangannya reflek menutup mulutnya.

Ia memang sering disebut siswi yg dipandang para guru, tapi tak disangka juga ia dapat menjadi kepercayaan sekolah untuk mengikuti Studypair.

"Ino! Aku tak percaya namaku dipanggil untuk Studypair, AAA..senangnya," pekik Sakura yg hampir saja melompat, tapi urung ia lakukan karena hal itu tidaklah sopan.

"Syukurlah, kau senang," berbeda dgn Sakura. Ino hanya melempar senyum manisnya, pertanda bahwa ia ikut senang juga.

"Ayo, kita ke auditorium!" ajak Ino yg mendapat anggukan semangat dari Sakura.

Mereka berjalan beriringan menuju auditorium. Tak jarang, beberapa siswi menyapa mereka serta memberi mereka semangat.

Bagi para Studypair merupakan suatu kehormatan namun juga suatu tugas yg berat. Harga diri serta nama baik sekolah dipertaruhkan. Oleh karenanya, beberapa siswi yg memang merasa tidak mampu, lebih memilih berdoa agar ia tidak terpilih untuk mengikuti Studypair.

Beberapa saat kemudian, Sakura dan Ino telah sampai di auditorium. Ternyata di sana telah bersiap beberapa siswi yg tadinya ikut terpanggil dan beberapa sensei KHS.

Merasa semua atensi mengarah pada Sakura dan Ino, mereka berdua pun segera mengambil tempat yg tersisa di samping siswi siswi lain kalau mereka tak mau mendapat teguran karena terlalu berlama lama.

"Baik. Karena semua telah berkumpul, akan saya beri sedikit informasi mengenai Studypair ini," Tsunade memulai.

"Studypair kita tahun ini akan berpasangan dgn Konoha High School. Karena kebanyakan siswa Konoha High School adalah laki laki, kuharap kalian mampu menjaga diri ketika tinggal dalam satu atap bersama mereka," Tsunade mengambil jeda.

Beberapa siswi pilihan KHS terlihat gugup ketika mendengar lawan main mereka adalah laki laki. Tapi sebagian besar terlihat santai. Mungkin mereka sudah terbiasa dgn laki laki kecuali yg sama sekali atau jarang sekali bertemu laki laki yaitu siswi yg memilih tinggal di asrama dan tak boleh keluar asrama kecuali hanya setahun sekali, seperti Ino.

"Persiapkan diri kalian karena Studypair akan dilaksanakan tiga hari lagi. Dan ingat! Jangan pernah mengkritik teman baru kalian nanti. Kuharap kalian mampu menjaga nama baik kalian sendiri dan nama baik sekolah,"

Para siswi pun bertepuk tangan sebagai penghormatan. Dan Tsunade pergi setelah menyerahkan penjelasan lain kepada staf sensei lainnya.

"Baik. Akan saya beri penjelasan mengenai tugas kalian nanti di sana. Bagi yg ingin bertanya, silahkan angkat tangan," Shizune mengambil alih tugas.

"Tugas kalian adalah membuat karya drama dgn mengambil tokoh yg sudah pernah ada.
Cerita dapat kalian rundingkan dgn teman baru kalian nanti. Kalian hanya diberi waktu satu minggu untuk menyelesaikannya. Dan jangan lupa untuk membuat laporan berkenaan tentang pasangan kalian masing masing nanti. Form laporan akan saya berikan setelah acara ini," Shizune berhenti kemudian melanjutkan,

"Ada yg perlu ditanyakan?"
Karin, siswi kelas tiga berkaca mata, bertanya,

"Dimana karya kami nanti akan dipamerkan?"

Shizune tersenyum, kemudian menjawab,
"Pertanyaan bagus. Karya kalian akan dipamerkan baik di KHS maupun di Konoha High School. Masih ada yg ingin ditanyakan?"
Shizune memberi kesempatan bertanya sekali lagi.

Karena tak ada respon sama sekali yg berarti tidak ada pertanyaan lagi, Shizune menutup acara,

"Baik, bila tak ada pertanyaan lagi, saya akan membagikan lembaran perintah serta form laporan dan kalian boleh kembali pada kegiatan masing masing,"

#...#

Setelah mendapat pengarahan, Sakura dan Ino segera mempersiapkan diri untuk meditasi mereka. Waktu tiga puluh menit yg diberikan Kurenai-sensei telah usai, dan kini mereka tengah duduk bersila di bebatuan besar di dekat sungai.

"Duduk tegap, tutup mata, atur nafas, dan kosongkan pikiran kalian! Cukup rasakan dan dengarkan apa yg ada di sekitar kalian!" perintah Kurenai-sensei.

"Kali ini waktu kalian tiga puluh menit. Jadi, lakukan dgn sebaik baiknya," lanjutnya.
Kurenai-sensei bukan tipe orang suka memberi keringanan. Setiap ia mengambil sungai atau tempat tempat nyaman lainnya, ia tak tanggung tanggung untuk memperlama waktu meditasi.

Dan seperti kebiasannya membina ekskul meditasi, Kurenai-sensei selalu berjalan mengelilingi para siswi untuk mengamati kesalahan yg mungkin dibuat siswi siswi itu, sekitar lima menit atau sepuluh menit. Kemudian, ia sendiri mengikuti apa yg juga dilakukan para muridnya, bermeditasi.

Tiga puluh menit telah berlalu. Semua anggota ekskul meditasi mengganti seragam mereka dgn pakaian yg mereka bawa lalu menceburkan diri mereka ke sungai di depan mereka.
Sesi seperti inilah yg mereka tunggu tunggu, bermain air di sungai setelah bermeditasi sungguh menyenangkan.

"Ino, bagaimana perasaanmu setelah terpilih mengikuti Studypair?" tanya Sakura di tengah permainan air mereka.

"Haha.. Biasa saja tuh," jawab Ino di tengah tawanya karena Sakura yg terus menyerangnya dgn percikkan air.

"Benarkah? Lalu bagaimana dgn teman baru kita dan tugas kita nanti?" tanya Sakura lagi. Kini justru Sakuralah yg diserang air oleh Ino. Mereka tampak senang sekali.

"Aku nggak tau, Sakura. Aku nggak mau memikirkannya sekarang," jawab Ino.
Mereka terus bersenang senang hingga waktu yg menggantikan aktivitas mereka.

#...#

Hari yg ditunggu tunggu itu akhirnya tiba juga. Para siswi pilihan telah sampai di sebuah area yg akan mereka tempati dalam waktu seminggu ini bersama pelajar sekolah lain.

"Ayo, teman teman. Kita masuk!" ajak Tenten, si ketua tim.

Para gadis itu berjalan menuju sekumpulan orang yg berjajar tepat di halaman depan.

Terlihatlah sepuluh anak laki laki berseragam sama yg mereka duga adalah pelajar dari Konoha High School. Di depan sepuluh pelajar laki laki itu terdapat seorang pria paruh baya, dan seorang wanita yg berdiri di dekat pria paruh baya tadi.

Ino bersama teman temannya segera ikut mengambil posisi di belakang jajaran murid Konoho High School.

"Baik. Karena kalian semua telah berkumpul, perkenalkan, aku Mitarashi Anko, pembina kalian di sini. Dan di sampingku ini, Tuan Morino Ibiki sebagai pengawas harian kalian,"
Anko serta Ibiki secara bergantian memberi pengarahan pada peserta Studypair.

Dari dua puluh peserta, sepuluh peserta akan menempati gedung yg berbeda dgn sepuluh peserta lain. Dan sepuluh peserta tersebut terdiri dari lima laki laki dan lima perempuan.
Selain itu, setiap individu akan berpasangan dgn individu lain dari sekolah lawan untuk saling menilai dan dijadikan laporan yg diminta.

"Kalau kalian saling cocok, kalian bisa menjadi teman sepulang dari Studypair ini," kata Anko dgn senyumnya.

"Yamanaka Ino, Ama Tenten, Haruno Sakura, Umino Rin, dan Inuzuka Hana. Kalian mendapat gedung utara bersama Uchiha Sasuke, Hyuuga Neji, Uzumaki Naruto, Hayate Izumo, Senju Kai," lanjut Anko.

"Ume Shion, Aka Tayuya, Hyuuga Hinata, Uzumaki Yuhi, dan Akai Karin. Kalian mendapat gedung selatan bersama Hatake Takushi, Rock Lee, Inuzuka Kiba, Shimura Sai, dan Nara Sakai," Anko memberi jeda sebelum kembali melanjutkan.

"Kalian boleh menuju gedung kalian masing masing. Dan jangan lupa untuk ke aula besar yg berada di gedung tengah untuk makan malam bersama. Kalian dismissed!"
Mendengar perintah seperti itu, seluruh pelajar segera melangkah menuju tempat yg disediakan.

Ino berjalan sambil mendongak memandang gedung Studypairnya. Tiga buah gedung kecil yg cukup untuk dua puluh dua manusia. Mungkin justru masih sisa.
Pandangannya melembut ketika angin semilir menerpa kulit wajah dan rambutnya. Matanya tertutup demi menikmati hembusan angin yg menyejukkan baginya.

"Perhatikan langkahmu ketika berjalan," seseorang menegurnya dari belakang.
Ino lantas menoleh ke sumber suara dan bertemulah aquamarine dan onyx dalam pandangan yg sulit mereka artikan.

'Matanya..begitu kelam,' pikir Ino.

"INO! Kenapa berhenti? Kutinggal lho..," teriak Sakura dari pintu masuk gedung utara.*sepertinya salah satu pemain kita lupa akan peraturan sekolah untuk tidak berteriak teriak, saudara saudara*dibantai Sakura*

Ino kembali tersadar. Ia membungkuk pada Sasuke. Tak lupa ia juga mengucapkan 'maaf' sebelum berbalik dan memenuhi panggilan Sakura.

Sasuke terus memandang punggung Ino hingga siluet pemilik rambut pirang itu termakan oleh pintu masuk.

"Hei! Teme!" pukulan Naruto pada pundak Sasuke menyadarkannya dari dunia bawah sadarnya.
Sasuke berseringai.

"Hh..aquamarine yg tenang," gumamnya.

"Kau bicara apa, Sasuke?" tanya Naruto yg merasa telah mendengar sebuah suara dari teman satu timnya ini.

"Hn,"

"Itu bukan jawaban, Teme," gerutu Naruto.

TBC

Bagaiumana? Bagaimana? Bagaimana? Ada yg sudah tahu mau kemana cerita ini? Atau ada yg mau nambahin cerita ini mau dikemana-in?

Mind to R n R