Please, Let Me Go

Naruto © Masashi Kishimoto

Please Let Me Go Kamikaze Ayy/Arlinz

Pair : SasuSaku, ItaSaku, dll

Rated : M

Genre : Romance, Tragedy, Angst, Hurt/Comfort

WARNING: Mengandung unsur dewasa, EYD amburadul, Sakura centric, Typo(s) bertebaran, gaje, gak mutu dll.

DONT LIKE, DONT READ!

NO FLAME

Dedicated for My cute brother yang baru aja menjalani operasinya. "Ari Fando" .. Cepet sembuh ya, Sayang.. Mbak Ai' sayang kamu. ^_^

Happy Reading Minna ^,^/

.

.

Aku berlari . . .

.

.

.

Aku mengejarnya . . .

.

.

.

Aku ingin menggapainya . . .

.

.

.

Dia impianku . . .

Satu-satunya tujuanku . . .

Satu-satunya alasanku untuk tetap bertahan hidup . . .

.

.

Chapter : 1

"Jangaaaan... Bunuh aku saja, tapi jangan pernah kau sakiti putriku!" Seorang wanita paruh baya berteriak kencang seraya bersimpuh dan memeluk seorang gadis kecil yang sedang menangis ketakutan dalam pelukan ibunya.

"Haa..ha..ha.. Kami memang akan membunuhmu, tapi kami juga akan mengambil putrimu yg manis itu," sahut seorang lelaki bertubuh kekar seraya tersenyum mengejek dan menodongkan pistol kearah wanita tadi.

"Tidak! Jangan! Aku mohon... Jangan sakiti putriku," ucap wanita itu seraya semakin mengeratkan pelukannya pada putri kecilnya yang masih berumur tujuh tahun tersebut.

"Hiks..Hiks..Kaa-chan!" Gadis kecil itu menangis sesenggukan, ia tak tahu dengan keadaan yang ada dihadapannya sekarang, ia berharap lelaki yang sedang berdiri seraya menodongkan sebuah benda -yang ia sendiripun tak tau- agar segera pergi dari rumahnya.

"Saku-chan, berhentilah menangis! Kau harus terus bertahan hidup, sayang!" ucap wanita tadi seraya mencium lembut kening gadis mungil dalam dekapannya tersebut.

"Ayolah, sampai kapan drama murahan ini harus ku tonton? Tugasku masih banyak. Tenang saja, putrimu aman bersama kami. Ia akan menjadi salah satu maskot di mansion Uchiha," derai tawa kembali terdengar dari mulut pria tadi.

"Biarkan putriku hidup dengan kebebasannya sendiri, jangan kau libatkan dia ke dalam masalah pribadi keluarga kita, Uchiha brengsek!" teriak wanita tadi sambil memandang tajam pada pria lainnya yang sedang bersandar di tembok dengan santainya. Namun hening, tak ada jawaban.

"Ku mohon, biarkan putriku bahagia," sambung wanita tadi. Tangannya semakin mengencangkan pelukannya pada gadis kecil yang sekarang hanya bisa meringkuk pasrah dan ketakutan dalam dekapan wanita yang tak lain adalah ibunya itu.

Doooorr

Suara tembakan itu menjadi akhir bagi hidup wanita tadi. Sekaligus menjadi jeda kebahagian seorang gadis kecil yang melihat dengan mata mungil hijau cerahnya, ibunya tewas dihadapannya sendiri.

"Cih, lama sekali kau menghabisinya," gerutu seorang pria lainnya yang sedang bersender santai di pojok ruangan itu.

"Maafkan saya, Fugaku-sama!" ucap pria tadi.

"Ya sudahlah, ayo kita segera urus semua ini agar polisi tidak mencium pergerakan kita, dan gadis kecil itu, bawa dia! Akan kujadikan dia sebagai pelayan pribadi putraku!"

"Ha'i, Uchiha-sama."

~ Please, Let Me Go ~ Please, Let Me Go ~

"Mulai sekarang, kamu tinggal disini. Tugasmu adalah melayani segala keperluan tuan muda!" perintah seorang pria seraya menuntun–lebih tepatnya menyeret-gadis kecil berambut Pink sebahu untuk masuk kedalam mansion yang sangat megah.

"Tapi.. Kaa-chan, hiks..hiks.. Aku ingin bertemu Kaa-chan.." Sakura terisak, pergelangan tangannya memar karena cengkraman pria yang sejak semalam menggeretnya entah kemana. Muncullah seorang wanita yang sudah berumur dari balik ruangan yang sepertinya adalah ruang makan, karena jelas tercium berbagai aroma masakan.

"Bisakah kau diam, gadis bawel! Ibumu sudah ada di alam kubur. Kalau kau tetap mengumpat tak jelas seperti itu, nanti akan ku buat kau menyusul ibumu," gertak pria tadi yang sepertinya sudah cukup geram dengan isakan Sakura. "Tolong urus gadis ini! Setelah itu kau beritahu apa saja yang harus dia kerjakan disini!" Pria itu kembali berkata, namun kali ini ditujukan pada wanita tua di hadapannya.

"Serahkan saja padaku," jawab wanita tua tadi.

"Bagus." Dan pria itupun berlalu setelah melepas cengkramannya pada tangan Sakura.

"Nah gadis manis, siapa namamu?" ucap wanita tadi seraya sedikit berlutut mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan gadis kecil dihadapannya.

"Sakura," jawab gadis kecil itu dengan singkat.

"Nama yang indah. Namaku chiyo, kau bisa panggil aku dengan sebutan baa-chan! Aku mempunyai seorang cucu, ia seumuran denganmu, tapi ia sedang bersekolah di asrama, mungkin jika nanti ia sedang libur, ia bisa berkunjung kemari, dan kau bisa berteman dengannya," jelas nenek chiyo seraya tersenyum manis pada Sakura. Sakura hanya membalasnya dengan senyum hambar sambil mengusap sisa air mata yang mulai mengering di pipi ranumnya.

"Ya sudah, sebaiknya kau mandi dulu, lalu ganti baju. Ayo ku tunjukkan kamarmu, Sakura!" Nenek Chiyo pun menuntun Sakura ke arah dimana kamar khusus pelayan berada. Mereka kemudian masuk ke sebuah kamar minimalis berukuran sedang dengan sebuah ranjang, lemari kecil, meja rias dan beberapa boneka kecil yang sepertinya memang sudah dipersiapkan oleh pelayan Uchiha tersebut.

"Sekarang kau bersihkan dulu tubuhmu, kamar mandinya ada di pojok lorong itu," ucap nenek Chiyo

Sakura melangkah memasuki kamar barunya, ia membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya, lalu ia mengambil sebuah handuk berwana pink dan melilitkannya ditubuh mungilnya, kemudian ia berjalan ke arah kamar mandi. Setelah selesai, ia kembali ke kamarnya. Di atas ranjangnya, Sakura menemukan sebuah kaos santai berwarna merah maron, juga rok selutut berwarna hitam yang tampak manis bila digunakan. Mungkin nenek Chiyo yang sudah menyiapkannya. Entahlah, ia tak mau repot memikirkannya.

"Kau sudah selesai, Sakura?" tanya nenek Chiyo yang tiba-tiba telah muncul dari balik pintu kamar Sakura. "Kalau sudah, ayo kita berkeliling mansion, nenek akan mengenalkanmu dengan beberapa pelayan lain disini, sekaligus juga supaya kau bisa tau lebih jauh tentang keluarga Uchiha dan tuan muda yang akan menjadi majikanmu," sambungnya lagi seraya menghampiri Sakura yang sedang menyisir rambut pink sebahunya.

"Ha'i chiyo-baasan," jawab sakura dengan nada datar

~ Please, Let Me Go ~ Please, Let Me Go ~

"Nah yang sedang memasak itu adalah Ayame, kau harus sering-sering mencoba masakannya, dia sangat pandai memasak," ucap nenek Chiyo yang sedang memperkenalkan nama-nama pelayan lain yang juga bekerja di mansion Uchiha pada Sakura. "Lalu yang sedang menyapu halaman belakang itu adalah Rin. Nah, Sakura apa ada yang kau inginkan saat ini?" sambung nenek Chiyo lagi sembari terus berjalan menuntun Sakura. Sakura berusaha untuk merekam semua penjelasan nenek Chiyo padanya, meskipun kadang fokusnya terganggu oleh bayang-bayang kematian ibunya. Hal itu membuat Sakura menjadi murung. Nenek Chiyo yang menyadarinya segera membawa Sakura ke halaman belakang, dimana disitu ada danau dengan beberapa pohon dan semak yang mengelilingi hingga membuat kesan indah.

"Menangislah, Sakura!" ucap nenek chiyo seraya membelai kepala gadis manis yang sedang terdiam memandang kosong pada air danau di hadapannya. Namun yang diajak bicara tidak menanggapi sepatah kata pun. Nenek Chiyo menghela nafas pasrah, ia mengerti tentang keterpurukan Sakura.

"Baiklah, jika kau mau, kau bisa bermain-main dulu disini, aku akan kembali untuk membawakan makanan kecil untukmu. Tunggu sebentar ya, Sakura!" nenek chiyo pun berjalan meninggalkan Sakura, namun beberapa saat kemudian ia kembali dengan membawa keranjang makanan. Lalu nenek Chiyo menggelar tikar, kemudian mengeluarkan beberapa macam sushi, origini dan biskuit juga sebotol penuh orange jus lengkap dengan sebuah gelas.

"Sakura, kemarilah! Kau masih belum makan, sekarang kau makanlah, aku akan menyelesaikan pekerjaanku dulu," ucap nenek Chiyo yang dibalas anggukan pelan oleh Sakura.

Sepeninggal nenek Chiyo, sakura hanya mengambil sepotong origini, menggigitnya sedikit lalu meletakkannya kembali. Ia tampak lebih tertarik memandang hamparan air danau yang indah dan memberikan nuansa damai. Sejenak, Sakura kembali mengingat tentang ibunya yang selalu mengajaknya berlibur setiap weekend, ia dan ibunya pernah pergi mengunjungi sebuah danau yang indah di Konoha. Memikirkannya, membuat setitik air mata kembali mengalir di pipi ranumnya lagi. Entah harus dengan bagaimana ia menjalani kehidupannya setelah ini seorang diri tanpa ada lagi sosok ibu yang selalu menuntun dan membimbingnya. Sakura memejamkan matanya dan beberapa detik kemudian kembali membukanya, menampakkan sepasang permata Emerald bening yang datar, hampa dan kosong bagaikan tak ada kehidupan lagi disana.

Ssraaak... Ssraak...

Sakura sedikit kaget mendengar bunyi goresan semak yang diperkirakannya berasal dari semak di sebelah kanannya. Reflek, ia pun berdiri dan memandang siaga ke sekelilingnya. Dengan sedikit ragu, ia pun beranjak menghampiri rerimbunan semak tersebut, lalu berjingkit dan melihat melalui celah daun apa yang ada di balik sana. Emeraldnya melebar taktala melihat seorang anak laki-laki yang mungkin seumuran dengannya sedang meringis seperti menahan sakit, tangannya memegangi lututnya yang berdarah. Darah? Sakura langsung berlari memutar semak dan menghampiri anak laki-laki tadi, entah karena apa, yang pasti ia tak tega melihat orang lain kesakitan. Sesampainya ia di belakang anak tadi, Sakura menghentikan langkahnya, timbul sedikit rasa takut pada hatinya. Tampaknya anak laki-laki tadi tak menyadari adanya keberadaan Sakura di belakangnya. Sakura pun segera melangkah menghampiri anak laki-laki tadi setelah mendengar suara ringisan kecil yang dilirihkan oleh objek yang sedang diamatinya, Sakura berlutut lalu ia mengeluarkan sapu tangan pink dari saku bajunya. Sakura mulai membersihkan jejak darah yang mengalir di lutut anak laki-laki tadi. Sesekali muncul suara ringisan anak itu taktala Sakura secara tidak sengaja menekan lukanya terlalu keras. Setalah selesai membersihkan darahnya, Sakura mendongak menatap wajah anak yang telah ditolongnya itu. Dan, ia mendapati wajah tampan, manis dengan tatapan Onyx kelam yang sangat rupawan, betapa rupa itu bagaikan telah dipahat dengan sempurna oleh Tuhan. Sejenak, Sakura terpaku menatap anak laki-laki itu, Emeraldnya bahkan seperti lupa berkedip. Berlebihan memang, apalagi mengingat usia Sakura yang masih tujuh tahun. Namun itulah kenyataannya, Sakura bahkan baru pertama kali ini berada dekat dengan seorang anak laki-laki, karena selama ini, ia hanya berada pada lingkungan sosialisasi rumahnya saja, Sakura bersekolah dengan sistem home schooling. Jadi wajarlah ia tampak begitu terpaku pada sosok di hadapannya ini. Jika kalian berpikir Sakura jatuh cinta pada pandangan pertama, itu salah. Hey ingatlah, Sakura masih terlalu dini untuk mengerti perasaan semacam itu, ia hanya sedikit terkejut saja.

"Hei, bisakah kau menyingkir." Suara itu, terdengar jelas di indra pendengaran Sakura. Jelas dengan nada pedas dan dingin, membuat Sakura sedikit mengernyit geram.

"A..ah, gomen!" Sakura pun segera beringsut mundur dari duduknya semula. Kemudian anak laki-laki tadi berdiri seraya menatap tajam pada Sakura.

"Aku tak akan berterimakasih kepadamu. Aku tak pernah memintamu mengobati lukaku." Dan sosok anak tadi pun melangkah meninggalkan Sakura yang terdiam seraya berusaha mencerna maksud ucapannya. Anak ang angkuh, sombong dan tak tahu berterimakasih. Itulah yang kesan pertama yang ada di benak Sakura tentang anak itu. Lama Sakura terdiam hingga ia baru tersadar bahwa sosok anak laki-laki tadi telah menghilang dari pandangannya. Sakura menghembuskan nafas pasrah, ia memejamkan matanya. Ibunya selalu menasehatinya agar selalu perduli dan membantu orang lain jika ada orang lain sedang kesusahan. Tapi kenapa setelah ia berbuat baik, balasan yang ia terima hanyalah uacapan ketus nan dingin. Sadar dari lamunannya, Sakura segera berdiri lalu menepuk roknya guna menghilangkan daun-daun kering yang menempel karena bekas duduk tadi. Ia lalu melangkah pelan menuju mansion.

"Sakura..." terdengar suara nenek Chiyo yang sedang memanggilnya dari arah teras belakang. Sakura menoleh lalu menganguk kecil, kemudian ia segera berjalan menghampiri nenek Chiyo.

"Sakura, kamu sudah tau kan apa saja tugasmu disini?" tanya nenek Chiyo seraya mengusap lembut surai merah jambu milik Sakura sesaat setelah gadis kecil itu tiba di hadapannya. Sakura hanya menganguk menandakan iya sebagai jawabannya. Nenek Chiyo pun tersenyum lembut.

"Sekarang kau ke ruang keluarga, disana ada Uchiha-sama beserta istri dan anak-anaknya yang salah satunya nanti akan menjadi tuanmu," ucap nenek Chiyo, sedikit sayu ia memandang Gadis kecil itu, betapa ia masih kecil namun sudah harus menjalani cobaan berat.

"Ya, aku tau." Sakura segera melangkah menuju ruang keluarga. Nenek Chiyo hanya bisa menatap sayu dari kejauhan. "Bertahanlah, Sakura. Kau harus tegar, nak!" Yah, wanita lanjut usia itu mulai menyayangi Sakura, bahkan sebagai cucunya sendiri.

Sakura berjalan semakin mendekati ruang keluarga, ia adalah gadis cerdas, dengan berbekal ingatan tentang penjelasan singkat dari nenek Chiyo tadi saat ia diajak berkeliling mansion, Sakura bisa dengan mudah menemukan kembali ruang yang dicarinya. Ketika sampai, Sakura mulai melangkahkan kakinya masuk, raut mukanya datar tanpa emosi. Emeraldnya memandang tajam namun tampak kosong. Disana tampak seorang lelaki dewasa berwajah keras dan tegas sedang duduk di kursi utama, dan kedua anak lelaki yang sepertinya bersaudara, sedang duduk diam mendengarkan apa yang sedang diucapkan oleh pria dewasa tersebut. Kehadiran Sakura membuat semua yang ada di ruangan itu menoleh padanya. Sakura sedikit terkejut saat bertatap pandang dengan salah seorang anak laki-laki yang tadi ditolongnya saat berada di pinggir danau, anak yang bahkan tidak mau mengucapkan terimakasih atau barang berkata lembut pada orang yang telah menolongnya. Namun Sakura tetap memasang tampang datarnya dengan angkuh, mengingat salah seorang lelaki di ruangan itulah yang telah membunuh ibunya.

"Masuklah..."

.

.

Aku ingin menggapainya . . .

.

.

Dia impianku . . .

Satu-satunya tujuanku . . .

Satu-satunya alasanku untuk tetap bertahan hidup . . .

.

.

To Be Continued

.

.

A/N:: Wew? Apa'an ini? Ya ampun, tolong maafin saya karena udah menuh-menuhin FFn dgn fic gaje nan abal milik saya ini. Saya udah lama di FFn, tapi masih baru dalam menjajaki dunia Author.. xD jadi maaf kalau ficnya masih berantakan. Gimana nih menurut senior-senior dan senpai-senpai sekalian tentang fic Ayy ini? Jelekkah? Gajekah? Gak mutu? T,T #udh pesimis duluan nih.. mohon kritik dan saran membangun yah,, utk semua yg udah baca, mbak-mbak, mas-mas.. tolong tinggalkan jejak review kalian tentang fic ini. Perlu dilanjut kah? Atau perlu didelete aja? Chap dua ntar mulai menyoroti kisah awal SasuSaku, chap ini Cuma sekedar perkenalan aja. ^,^a maksih yah bagi yang udh mau baca #peluk readers satu-satu.