Title: Always Stay by Your Side (Sequel FOR YOU)

.

.

Cast :

Do Kyungsoo (namja)

Others EXO Member

.

.

Genre : Romance/Hurt/Comfort | YAOI

.

Rated: M

Warning : YAOI, Alur aneh, Diksi blur, Typo(s) bergentayangan, Cerita pasaran (mungkin), GaRing, Ejaan Tidak Baku, yang tidak suka dimohon jangan membaca. Jangan menghina karya saya. Tinggal Klik Icon "X" di laman masing-masing. Terima Kasih ^^

.

SUMMARY

Masih menceritakan Do Kyungsoo. Namja yang telah mengubah hidup seorang Kim Jongin yang kelam menjadi begitu berarti. Hingga suatu hari kematian memisahkan mereka. Cinta sejati keduanya harus pupus seiring dengan lenyapnya raga itu dari pandangan. Masih menceritakan Do Kyungsoo. Tentang kehidupannya setelah Jongin pergi. KAISOO/ YAOI

.

.

DISCLAIMER

D.O punya KAI. JONGIN punya KYUNGSOO. Walaupun demikian, ide cerita ini tetap sah milik saya, HyunChan2509.

.

NO COPAS

.

DON'T READ THIS FICTION IF U DON'T LIKE IT. I'VE TOLD U BEFORE !

.

.

.

^^EXO SARANGHAJA!

.

.

.


Di sebuah rumah yang terletak di salah satu kawasan perumahan Ibukota Korea Selatan, seorang namja tampak duduk termenung. Sesekali hembusan kuat terdengar darinya di sore hari itu. Manik kelam miliknya menatap hampa. Kumpulan bunga mawar dan hamparan rumput hijau bak permadani di hadapannya seolah tak berguna karena keindahan yang mereka miliki tak sanggup mengalihkan pikiran namja mungil itu. Wajah manisnya begitu sendu. Duduk sendiri memeluk lutut. Mengabaikan hembusan angin yang terus menerpa tubuhnya yang ringkih.

"Setahun sudah…" lirihnya mendongakkan kepala kelangit. Lembayung senja yang menyapa kedua orbsnya semakin memantulkan kilau kepedihan visual itu.

"Kyungie…Apa yang kau lakukan disana? Cepat masuk. Hyung membuat coklat hangat." Seorang namja tinggi tampak berucap sambil melongokkan kepalanya dari balik pintu.

"Ne, Hyung." Ujar sosok yang dipanggil Kyungie itu –singkat. Kemudian dengan perlahan berdiri dan segera melangkah masuk kedalam rumah, dimana namja tadi telah menantinya dengan 2 gelas minuman favorit mereka. Langkah namja itu nampak sedikit tersendat-sendat namun tidak terlalu terlihat jika kita tidak memperhatikannya baik-baik. Kaki yang dulu sempat 'mati' itu sekarang sudah berfungsi kembali –walau belum sepenuhnya.

.

.

Ada yang bertanya tentang mereka?

Tidak usah ku jawab juga kalian pasti sudah tahu.

Ya. Masih dengan nama yang sama, sosok yang sama, jiwa yang sama, namun dengan kehidupan yang berbeda. Setidaknya, sejak setahun yang lalu.

Do Kyungsoo

Seorang namja manis yang terperosok dalam keterpurukan hebat saat kehilangan orang yang ia cintai lebih dari dirinya sendiri. Setahun yang lalu.

Do Kyungsoo

Seorang namja manis yang tidak lagi punya keinginan untuk hidup saat mendapati kenyataan bahwa ia kembali sendiri di dunia ini. Setahun yang lalu.

Do Kyungsoo

Seorang namja manis yang sempat membenci kekurangan yang ia miliki sehingga tidak bisa melindungi orang yang sangat ia sayangi. Setahun yang lalu.

Ne, Do Kyungsoo yang sama yang dulu sangat dicintai dan mencintai seorang Kim Jongin lebih dari apapun.

Dia tetap diberi kesempatan hidup hingga detik ini karena Tuhan menghendakinya. Tangan-tangan Tuhan kembali menyapa namja manis itu dengan kebaikan-Nya. Seorang Polisi Mokpo yang waktu itu datang kerumah Kyungsoo dan Jongin benar-benar menepatinya janjinya. Seminggu setelah Jongin di kremasi, dia membawa Kyungsoo ke Seoul untuk operasi mata.

Kyungsoo sempat menolak. Namun, dengan sabar Wu Yifan terus membujuk Kyungsoo hingga akhirnya, disinilah mereka sekarang. Di kota yang tidak pernah tidur di Korea. Yifan atau yang akrab di sapa Kris itu juga memutuskan pindah tugas ke Seoul. Alasannya adalah karena dia juga ingin mengobati kaki Kyungsoo.

Teman satu divisi Kris, Chanyeol, sempat merasa aneh dengan semua keputusannya. Berkali-kali sahabatnya itu menanyakan hal yang sama padanya, namun Kris hanya bisa menjawab, "Hatiku merasa aku harus melakukannya."

Ne, benar-benar tidak logis. Namun sesungguhnya memang itu yang Kris rasakan. Saat pertama kali melihat kedalam mata hampa cahaya Kyungsoo, perasaan untuk melindungi dan menyayangi namja rapuh itu begitu kuat. Meluap-luap dari dasar hatinya hingga mampu menggerakkan anggota tubuhnya tanpa ia sadari. Melihat tangisan Kyungsoo membuat hatinya berdenyut nyeri. Mendengar isakan dari bibirnya membuat Kris serasa dirajam.

Perasaan macam apa itu?

Entahlah, hanya Kris dan Tuhan yang tahu.

.

.


"Hyung, tadi ada telepon dari Chanyeol hyung. Dia bilang ponselmu buang saja jika tidak pernah bisa dihubungi. Dia juga menyuruhmu untuk balik meneleponnya segera." Ujar Kyungsoo setelah menghabiskan coklatnya. Kris yang mendengar ucapan Kyungsoo terkekeh membayangkan raut frustasi sahabat "gila senyum" nya itu.

"Ponselku tadi memang sengaja kumatikan, baby. Ada rapat dengan para atasan. Biarkan saja jerapah itu mengamuk. Lain kali jika dia meneleponmu katakan saja salah sambung." Jawab Yifan masih dengan kekehannya.

"Kau ini, Hyung. Dia mengkhawatirkan keadaanmu disini, kau malah menertawakannya."

"Khawatir apanya? Paling dia hanya ingin bertanya tentang kado apa yang tepat untuk ulang tahun Baekhyun-nya bulan depan. Biasanya juga seperti itu."

"Mungkin dia merindukanmu, Hyung…."

'Trrak'

Kalimat Kyungsoo ini sukses membuat Kris menganga dan sendok kecil di tangannya terlepas. Rambut-rambut tengkuknya terasa meremang.

"Jangan mengucapkan hal menggelikan itu, Baby Soo. Aku merinding mendengarnya. Membayangkan si tiang itu berkata rindu padaku sungguh membuatku ngeri, kau tahu?

"Hahahahaha.."

Tawa Kyungsoo meledak seketika saat kalimat itu selesai. Menggelikan. Sungguh demi apapun, Kyungsoo juga membayangkan hal yang sama dengan yang Kris bayangkan dan itu membuatnya geli.

'Set'

"Eh?"

"Teruslah tersenyum dan tertawa, Soo. Karena kau tidak pantas untuk bersedih."

"Hyung…."

Kyungsoo dan Kris terdiam. Hanya jemari pemuda jangkung itu yang terus bergerak membelai lembut pipi Kyungsoo sedangkan raga mereka berdua kaku. Hanyut dalam pemikiran masing-masing.

"Naikkan barang-barangmu ke lantai 2. Setelah itu temui Hyung di bawah."

"…"

"Ya! Kau tak mendengarku? Berhentilah bersikap seperti itu karena mulai saat ini akulah yang akan mengurusmu!"

"Aku tidak pernah minta kau untuk mengurusku."

Di rumah yang tepat berada di samping kediaman Kris dan Kyungsoo, terlihat 2 orang namja muda yang tengah bersitegang. Sebenarnya aura pertengkaran itu tidak terlalu terasa, hanya saja kekakuan dan kecanggungan terasa kental sekali di antara mereka berdua. Kakak-beradik, Kim. Ya, kedua namja itu saudara kandung yang menyandang marga Kim di depan nama mereka.

"Apa maksudmu?" salah seorang dari mereka, Kim JoonMyeon, atau yang biasa di panggil Suho, bertanya penuh kegetiran pada namja yang berstatus adiknya itu.

"Tidak bosankah kalian mengatur hidupku? Setelah ini apa lagi yang akan kalian lakukan, eoh?" tanya namja itu datar dan dingin. Sorot matanya penuh amarah pada sang kakak, dan jika semakin di amati akan tampak kilat kesedihan dalam orbs kelamnya.

"Kami tidak pernah ingin mengaturmu. Ini semua demi kebaikanmu!" ujar Suho sedikit meninggi. Dia sudah frustasi menghadapi adiknya ini. 15 tahun tidak bertemu dan tiba-tiba harus serumah, memang terasa sangat canggung. Namun, ini adiknya. Dia harus mengurusnya walau dalam kondisi apapun. Terlebih almarhum kedua orang tua mereka telah mengamanatkan si bungsu itu ke tangannya. Tapi adiknya tak mengerti. Dia hanya tahu jika hidupnya terkekang.

Memang. Itu benar. Dari kecil si bungsu itu telah di nobatkan sebagai pewaris Nippon Kim Company –Perusahaan Keluarga Kim di Jepang– karena Suho si sulung sudah terlebih dahulu diamanahi mengurus perusahaan kakek-neneknya –Orland Coorporation– di Seoul. Si bungsu Kim itu tidak terima, namun dipaksakan hingga akhirnya dia membenci semua yang ada, termasuk keluarganya. 15 tahun hidup di Jepang, terpisah jauh dari Suho membuat mereka tidak memahami satu sama lain, dan…inilah tantangan yang harus Suho lewati. Dia harus bisa mendidik adiknya lebih baik lagi karena walaupun saat ini perusahaan NKC belum membutuhkan adiknya, namun tetap saja namja yang terpaut 4 tahun dibawahnya itu adalah pewaris resmi perusahaan berlabel internasional itu. Nasib ribuan karyawan disana bergantung pada kebijakannya di kemudian hari.

"Kebaikanku? Kebaikan kalian! Bukan aku!" Ucapnya lagi masih dengan nada dingin yang menyakitkan hati Suho. Dengan tenang dia menarik koper menuju kamarnya di lantai 2, melewati tubuh Suho begitu saja tanpa sepatah kata pun. Suho memejamkan mata, mencoba untuk tenang. Tangannya terkepal, namun ia tidak bisa marah lebih dari ini pada sang adik.

'Dia butuh waktu'

Itulah kalimat yang terus Suho rapalkan dalam hatinya. Tugas Suho semakin berat. Entah cara apa yang akan ia lakukan untuk merobohkan dinding es dalam hati itu.

.

.


22.00 KST

Aku benar-benar tidak mengerti. Apa yang sesungguhnya mereka rencanakan untukku? 15 tahun berlalu, aku benar-benar tidak menyangka akan kembali menginjakkan kakiku di kota ini. Aku muak! Appa, Eomma, semuanya tidak ada yang memikirkanku. Kukira aku akan mendapatkan kebebasan setelah mereka meninggal, ternyata…..

Aku menyayangi Appa dan Eomma. Sungguh. Aku juga sayang pada Hyung-ku. Satu-satunya saudara yang kumiliki. Jujur aku merindukannya. Sangat. Namun memikirkan hariku yang akan berjalan sama dengan kehidupan lamaku di Jepang membuatku kesal. Mereka tidak pernah berhenti mengaturku. Aku hanya ibarat boneka yang seeanaknya bisa mereka mainkan. Aku benci! Aku benci!

"Ternyata rumah ini punya halaman belakang. Bagus juga…" aku mengedarkan pandangan menelusuri setiap sudut halaman belakang rumah yang cukup luas. Suho Hyung sepertinya merawat rumah ini dengan apik.

"Ahh, ada ayunan juga? Ckckck. Khas JoonMyeon sekali…." aku tersenyum sinis melihat benda bulat yang tergantung di sisi halaman. Sungguh kekanakan. Ternyata dia tidak pernah berubah. Tetap berjiwa anak-anak. Hyung ku itu walau berusia 4 tahun di atasku, tapi entah mengapa terlihat seperti berumur di bawahku. Raut wajah kanak-kanak dengan eyesmile lucu saat ia tersenyum, tubuh yang lebih pendek dariku dan kelakuannya itu. Sulit dipercaya jika dia Hyungku.

Dulu aku sangat menyayanginya. Mungkin sekarang juga masih menyayanginya. Hanya saja, 15 tahun terpisah tanpa pernah bertemu membuatku canggung menghadapinya. Ada rasa takut dan…..segan…mungkin. Entahlah.

Aku terus menelusuri halaman itu hingga ke pagar pembatas. Oh, ternyata pagar batas ini hanya setinggi bahuku, dan dari sini aku bisa melihat dengan jelas halaman belakang rumah sebelah. Pagar batas rumahku memang cukup tinggi, tapi pagar batas halaman rumah di sebelah ini lumayan rendah. Mungkin hanya sebatas pinggangku saja.

'Kebun yang indah…' aku berucap dalam hati. Mataku terpaku menatap hamparan mawar yang menghiasi bagian sudut halaman itu. Di belakang jajaran rimbunan bunga-bunganya terdapat sebuah kolam ikan kecil dengan air mancur di tengah-tengah. Aku berdecak kagum. Tak hanya bentuk rumahnya yang klasik, namun dekorasi halamannya juga benar-benar terlihat eksotis.

'Eh? Siapa itu?' Sudut mataku menangkap sosok tubuh mungil yang duduk berselonjor di teras. Sosok itu menatap lekat kearah depannya namun terlihat…..sedih?

'Diakah si pemilik rumah?'

Tanpa sadar aku terus memandanginya. Entah mengapa, mataku seakan enggan berpaling dari sosok berpiyama biru yang duduk sendirian di sana.

'Deg'

Hentakan kuat sesaat menghampiri jantungku membuat denyutan yang terasa menyesakkan.

Sosok itu…

Siapa?

Sinar bulan malam hari ini membuatku bisa melihat jelas wajah dan….manik kelamnya yang indah. Sebersit rasa rindu tiba-tiba menyeruak, membuatku ingin merengkuh tubuhnya yang mungil. Rasa hangat yang menjalar di tubuhku membuatku ingin menyentuh dan melindungi tubuhnya dalam pelukanku.

'Perasaan apa ini? Mengapa aku merasa…merasa…..begitu mengenalnya?'

'Siapa dia?'

'Mata itu?'

'Hei…mengapa kau menangis?'

Segala pertanyaan itu muncul begitu saja dalam hatiku dan terhenti di tenggorokan, membuatku tercekat. Oksigen paru-paruku seolah lenyap, membuatku sulit bernafas. Tanpa sadar tanganku naik mencengkeram erat dada kiriku. Aku tersentak.

'Siapa kau?'

.

.

.

"Apa yang kau lakukan disini?" Sebuah suara dan tepukan lembut mengembalikan kesadaranku kealam nyata. Aku berbalik dan menemukan Suho Hyung berdiri di belakangku dengan tatapan menyelidik.

"Apa yang kau lakukan disini? Kau tidak tidur?" Suho Hyung kembali mengulang pertanyaannya. Dengan malas aku berjalan melewatinya begitu saja, masuk kedalam rumah. Aku enggan menjawab kalimat-kalimat itu karena akan menambah emosiku padanya. Aku tidak mau menyakitinya lebih dari ini. Walau bagaimanapun dia saudaraku dan aku menyayanginya. Sekilas aku melihat Suho Hyung terdiam, kemudian ikut menyusulku masuk.

Sepanjang langkahku menuju kamar, aku terus memikirkan sosok yang tadi kulihat. Pertanyaan yang sama terus menerus berulang seperti kaset rusak di kepalaku. Siapa dia?

"Tidurlah, besok kau akan mulai masuk kuliah." Aku kembali mendengar suara Suho Hyung sesaat sebelum aku menyentuh handle pintu kamar.

"Ne." jawabku singkat dan langsung menutup pintu kamar. Aku memang merasa harus tidur. Karena rasa 'kebosanan' besok pasti akan sangat menguras habis tenagaku. Saat memejamkan mata, paras sosok itu kembali menyapa. Membuatku merasakan sesuatu yang janggal. 'Hangat dan nyaman'. Membuatku tersenyum sebelum menyapa alam mimpi.


Kau tidak pernah tahu betapa berharganya dirimu. Kau indah. Melebihi apapun. Kedamaian yang kau bawa membuat siapapun terbuai. Kau berikan kehangatan pada semua orang yang kau temui. Kau suguhkan rasa nyaman bagi orang-orang yang membutuhkan kasihmu. Kau bagaikan malaikat. Yang tersesat dalam fananya duniaku.


.

.

"Kau bisakan pergi sendiri? Hyung ada rapat mendadak pagi ini. Jika kau ingin menggunakan mobilmu, kuncinya ada di atas lemari. Kau ambil saja."

"…"

"Kapanpun kau mau kau bisa menghubungi Hyung, dan…oh ya, nanti malam kita ada undangan makan malam. Di tempat sahabat baik Hyung. Kau jangan pulang terlambat, ne…"

"…."

Masih tidak ada jawaban. Suho seolah berbicara dengan patung di meja makan itu. Sungguh suasana sarapan yang benar-benar membuat sesak siapapun yang melihatnya. Tidak ada senyuman dan canda tawa seperti pada umumnya. Hanya kecangguan dan kebisuan yang hadir sampai yang tertua memutuskan memulai percakapan. Namun, ternyata tetap tidak membawa perubahan apapun.

"Hyung tidak tahu sampai kapan kau akan seperti ini. Hanya saja, perlu kau tahu, Hyung sangat menyayangimu."

"…"

"Hyung pergi dulu. Sampai jumpa nanti sore."

Suho melangkah gontai meninggalkan meja makan menuju pintu utama. Desahan nafas lelah terdengar dari bibirnya. Sungguh dia benar-benar bingung menghadapi adiknya saat ini. 'Apa yang harus kulakukan? Appa…eomma….?'

.

.


Aku menelusuri jalan setapak yang ada dihadapanku. Entah kemana aku menuju, yang jelas saat ini aku benar-benar malas. Untunglah semua berjalan lancar di kampus baruku tadi. Jika tidak, mungkin aku sudah melarikan diri. Hufh~

'Pukul 2 siang. Apa yang akan kulakukan? Pulang?'

Malas

Kuputuskan untuk pergi mengikuti naluri hingga tibalah aku disini di sebuat tempat pemberhentian bis dengan sebuah papan peta besar menancap di belakangnya. Rute tempat-tempat wisata di Seoul.

Aku terpaku menatap peta itu. Kedua orbs ku menangkap satu tulisan yang membuatku tertarik. Sebuah tempat yang bagiku terasa menyenangkan jika pergi kesana.

Hangang Park.

Dan….bingo! Ternyata tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah. Baguslah, jadi aku tidak perlu khawatir untuk pulang. Aku memang tidak membawa mobilku karena, yah, lagi-lagi aku malas. Walau aku tahu jalan mana yang harus kutempuh namun rasa malas mengalahkan segalanya. Lagipula di Jepang aku sudah terbiasa naik angkutan umum sehingga aku tidak terkejut saat harus berdesak-desakan dalam bis. Seperti saat ini, dalam perjalananku menuju Hangang Park. Tidak terlalu lama. Hanya dalam waktu kurang dari 20 menit aku sudah tiba di tempat itu.

Hangang Park. Tempat yang ternyata cukup ramai. Tempat yang banyak dijadikan kaum muda-mudi beraktivitas. Olahraga, bersepeda, bahkan berkencan. Aku tersenyum tipis.

'Well. Not bad'

Aku berjalan mengikuti alur jalan setapak. Melewati kumpulan namja yang bermain basket. Beberapa orang yang bersepeda melintas di sisiku. Tak jarang, aku berhenti jika melihat sesuatu yang menarik. Seperti sekarang, aku melihat sebuah pohon Mapple cukup besar tak jauh dari tempatku berdiri. Daunnya yang mulai menguning terlihat indah. Aku tanpa sadar melangkah mendekat.

Pohon itu cukup besar, membuat tubuhku terlihat begitu kecil, tersembunyi oleh kayunya yang kokoh. Aku semakin mendekat, ingin menyentuhnya namun aku mengurungkan niatku saat sudut mataku menangkap helaian hitam yang bergoyang di baliknya. Perlahan aku mendekat dan aku melihat sesosok namja tengah duduk santai di balik pohon itu. Namja itu duduk beralaskan rumput dengan kedua telinga yang tertutupi headphone. Matanya terpejam.

'D –dia….'

'Apa yang dilakukannya disini?'

Aku tercekat saat mengenali sosok yang kini dapat kulihat jelas wajahnya.

Namja itu….

Namja yang kulihat kemarin malam di sebelah rumahku.

Dia….

Aku terdiam. Tidak berani untuk lebih dekat lagi. Sosok yang tampak begitu tenang itu tak menyadari keberadaanku yang tak jauh di sampingnya.

'Deg'

Lagi-lagi….rasa hangat itu menyapa. Denyutan ini semakin menghentak manakala sebulir krystal bening jatuh dari mata yang tengah terpejam itu.

'Grep'

Aku kembali mencengkeram dadaku. Sakit. Melihat sosok itu menangis membuat dadaku sesak. Begitu menyakitkan hingga aku ingin berteriak.

'Apa yang kau tangisi?'

.

"nae nuneul bogo malhaeyo dwidora uljin marayo
honjaseoman apahaesseotdeon geudae gyeote ijen naega itjanha

nunmuri gyesok chaoreulttaemyeon gogae dolliji malgo
naege angyeoseo nae pum gadeukhi ureodo doendago

saranghanda malhaedo bogo sipda malhaedo
geudae maeumeul nan deureul su eobseo
jom deo gakkai deo dagawa nae nun bogo malhaejwo
geudae sarangdo jeonbu deullil suga itdorok

nae gameun du nun sairo geudaega utgo inneyo
nunmureul heulligo itjiman bunmyeonghage haengbokhan useumijyo

han beondo ijeun jeogi eobseotjyo uri majimak sungan
gaseum teojil deut apahan kkeute unmyeongi doen saram

saranghanda malhaedo bogo sipda malhaedo
geudae maeumeul nan deureul su eobseo
jom deo gakkai deo dagawa nae nun bogo malhaejwo
himdeun sesangdo seoroman isseumyeon cheongukgatdago wo

ijen geudae daesin apeulge i son jeoldae nochi anheulge
yeongwonhi geudae gyeote isseulge

saranghanda malhamyeon bogo sipda malhamyeon
geudae maeumeul nan deureul su isseo
jom deo gakkai deo dagaga angyeojugo sipeun mal
nae sarang geudae.. naegen geudaemani deullyeoyo"

(OST."Can You Hear My Heart")

.

Alunan lirih dari bibir itu membuat sesuatu di dadaku makin berdenyut nyeri. Mataku memanas. Ingin menangis dan memeluknya. Ingin merebahkan kepalanya di dadaku, ingin melindunginya dalam dekapan lengan ini. Betapa ingin aku melakukannya.

'Tes'

Airmata pertama jatuh. Aku melangkah mundur. Aku tidak kuat jika harus menatapnya lebih lama lagi. Pada sosok yang kini menyembunyikan wajah di antara dua lututnya yang tertekuk. Bahu mungil itu berguncang pelan.

'Tidak!'

'Kumohon jangan menangis!'

'Hentikan airmata itu!'

'Kumohon...siapapun...hentikan tangisannya!'

Rasa sesak yang menyakitkan semakin terasa hebat. Membuatku mencengkeram lebih keras dadaku. Mengapa seperti ini? Aku bahkan tidak mengetahui siapa dia, tapi...melihatnya menangis membuatku sakit.

Dengan cepat aku berlari menjauh dari tempat itu. Kupacu kakiku secepat yang kubisa sebelum aku benar-benar kehabisan nafas melihatnya.

"AAAAAHHHH!"

Aku berteriak sambil terus berlari. Aku hanya ingin segera sampai dirumah dan membasuh kepalaku dengan air dingin. Berharap rasa sakit di dada ini menghilang dengan segera hingga tak lagi membuatku kesakitan.

'Siapa kau?'

'Siapa?'

.

.

.


Airmatamu membuatku merana, senyummu bagai penawar kepedihan hingga tanpa sadar aku terus menginginkan lengkungan delima itu merekah di wajahmu. Janganlah bersedih karena aku akan selalu bersamamu. Kan kujaga kau selamanya hingga kau tak mampu lagi bernafas.


'Brak!'

"Ah, kau sudah pulang. Syukurlah. Cepat bersiap-siap. Teman Hyung sudah menunggu kita." Baru saja aku masuk mengatur nafas, Suho Hyung telah menyambut tepat di depanku dengan dandanan kasualnya.

"Eh?" Aku mengerutkan alis menatapnya bertanya.

"Kau tidak lupa ucapan Hyung tadi pagi 'kan? Sahabat Hyung mengajak kita makan malam hari ini. Sekalian aku ingin mengenalkanmu padanya." Ujar Suho Hyung santai sambil membantu melepas tasku dan menaruhnya di sofa ruang tengah.

"Air mandimu sudah kusiapkan. Mungkin sudah agak dingin, kau atur saja lagi. Cepatlah bersiap. Kutunggu disini, ne." Tanpa sempat mengeluarkan kata menolak, aku sudah didorongnya menuju tangga. Wajah kekanakannya mendelik menyuruhku agar bergegas. Tanpa suara, aku langsung saja menuruti semua yang ia katakan tadi. Mandi dan bersiap-siap.

Tapi...mau kemana? Entahlah. Aku juga malas menanyakannya.

.

.

40 menit kemudian

Aku sudah siap. Dengan sweater rajut biru tua dan jeans hitamku lengkap dengan mantel abu-abu dan syal warna senada yang membungkus apik tubuhku. Jangan lupakan sepasang sepatu kets putih yang terpasang manis di kaki.

Kulihat Suho Hyung membulatkan matanya, melongo. Adakah yang salah dengan penampilanku? Kukira ini biasa saja.

"Hei, mengapa kau berpakaian seperti itu? Kita hanya pergi kerumah tetangga. Tak perlu menggunakan mantel. Lepas! Lepas!"

Giliran aku yang melongo mendengarnya. Apa katanya? Kerumah tetangga? Tetangga?

"Kau tidak perlu mantel ini, syal ini juga. Ah, sarung tangan ini juga lepas." Satu persatu Suho Hyung mulai menanggalkan benda-benda yang menurutnya tidak penting di tubuhku. Aku terdiam. Bukan karena aku pasrah, tapi karena aku masih memikirkan kalimatnya tadi. Tetangga? Mungkinkah...

"Nah...seperti ini lebih baik. Wah..wah. Kau benar-benar tampan. Kajja! Kita berangkat!"

Suho Hyung menarik tanganku, menuntunku keluar rumah. Aku tampah terperangah saat melihatnya yang tidak berniat menggunakan kendaraannya. Terus menarikku berjalan, keluar dari pagar rumah kami dan melangkah menuju arah kanan. Rumah berdesain klasik itu. Rumah itu!

'Tep'

"Kenapa? Ayo masuk. Kris Hyung menunggu kita di dalam..." Suho Hyung heran melihatku yang terdiam di depan pintu pagar rumah yang kami tuju.

"A-Aku..."

"Ayo masuk."

Tanpa bisa menolak, Suho Hyung kembali menyeretku masuk. Dia tidak membunyikan bel sama sekali, langsung menerobos menyusuri halaman depan rumah yang ternyata juga dipenuhi mawar. Aku tak pernah melihat ini karena di kelilingi pagar yang tinggi. Hanya halaman belakang yang memiliki pagar yang rendah.

"Hyung, kami datang..." Suho berteriak girang saat sampai di depan pintu, dan tak perlu menunggu lama, sesosok tubuh tinggi –lebih dariku– membukakan pintu untuk kami.

"Suho...selamat datang, ayo masuk ke –KAU?"

"Kris Hyung, wae?"

"D –dia...dia..."

"Ah, kenalkan Hyung. Inilah adikku yang waktu itu kuceritakan padamu. Dia akhirnya mau tinggal disini bersamaku. Hei, perkenalkan dirimu..." Suho Hyung menarik lenganku agar maju kedepan sejajar dengannya. Dia terus berucap riang tanpa sadar dengan raut wajah namja jangkung itu yang menegang. Dia terus menatapku dengan ekspresi terkejut. Mata sipitnya membulat lebar.

'Hei, aku cukup tersinggung ditatap seperti itu. Apa yang salah denganku?'

"Perkenalkan dirimu..." Suho Hyung tiba-tiba menyenggol pelan lenganku. Memutus kontak mata antara aku dengan namja tinggi di depannya. Namja yang tadi di panggil Kris itu menggeleng kuat. Berkali-kali. Membuatku semakin bingung.

"A –ah...ne. Annyeonghaseyo. Aku adiknya Kim JoonMyeon, namaku Kim –"

"Waaa...Suho Hyung selamat da –"

" –Jongin ibnida..."

" –tang"

'Brugh'

"Kyungsoo!"

.

.

Apa kau percaya? Aku tidak akan pernah meninggalkanmu

.

.


TBC


Annyeong teman-teman...Apa kabar kalian? Semoga baik-baik saja, ne...

Sekuel ini kubuat sebagai permintaan maafku untuk kalian semua. Banyak yang bilang jika FOR YOU chapter ending kemarin buat mereka nangis 'n aku benar-benar minta maaf. Juga untuk reader yang baca FF FOR YOU sampai 'potek' di sekolah. Maafin aku ya. #deepbow m(_ _)m

Sekuel ini rencananya hanya kubuat 3-4 chapter. Aku harap kalian suka. Semoga gak bikin 'banjir' lagi. Tapi, sungguh aku benar-benar senang dengan segala respon teman-teman di FOR YOU. Kalian buat aku semangat, low. Makasih ya semuanya...^^

Special XOXO to:

kyungie22, setyonight, blackwhite1214, chanbaekxoxo, opikyung0113, yeolrascal, Me and myself, vherakim, agaa, zhiewon189, SooBaby, Guest, Kaisooship, Lean fujoshi hunhan shipper, Guest, Kainsoo, Guest, Lalala Kkamjong, ChangChang, kyeoptafadila, dhee, Guest

Serta para readers lainnya.

Terimakasih buat semangat yang kalian berikan padaku. Semoga berkenan untuk memberi semangat lagi ^^

Sampai Jumpa...

LOVEXO, LOVE KAISOO, HAPPY EXOTICS, HAPPY EXOSTAN

WE ARE ONE