Pagi ini aku bangun dari tidurku. Aku bergegas ke kamar mandi dan mulai membersihkan diriku. Setelahnya kukenakan pakaianku dan mulai merapikan diri. Kulihat dikaca. Betapa tampannya diriku, rambut raven yang lembut, iris onyx yang berkilau serta kulit putih mulus punyaku ini. Aku juga pintar dan cerdas. Buktinya, aku bisa berbicara lancar dan tidak cadel pada umurku yang baru 4 tahun ini. Huh.. tak heran banyak anak perempuan suka padaku. Aku pun tak bosan-bosannya menatap sosok tampan di cermin saat ini.
"Sasuke, ibu tahu kamu sudah bangun. Berhentilah mengaca, cepat turun dan makan sarapanmu. Jangan lupa panggil Anikimu juga untuk turun," teriak Ibuku dari arah dapur.
Aku pun mengehentikan ritual memperhatikan diriku dicermin dan berjalan menuju kamar Anikiku. Hendak mengetuk pintu, namun sudah terbuka terlebih dahulu.
"Otouto, ayo kita turun," ajak Anikiku dengan tersenyum padaku.
Aku pun mengikutinya yang melangkah ke arah ruang makan. Kalian tahu? Dia itu Anikiku. Uchiha Itachi. Sebenarnya aku malas mengakui kalau Anikiku itu lebih tampan, baik hati, pintar dalam segala bidang (bahkan dalam hal pekerjaan seorang ibu rumah tangga), keren, dan murah senyum, namun itulah kenyataannya. Tidak seperti aku. Walaupun aku tak kalah tampan dari Anikiku, tapi aku tidak suka menampilkan senyum yang menurutku hanya merepotkan saja.
Tidak butuh waktu lama, aku dan Anikiku sudah sampai diruang makan. Disana sudah ada Ayah yang sedang berkutat dengan korannya dan Ibu yang menyiapkan sarapan. Kami pun mulai duduk dan siap menyantap sarapan.
"Sasuke, karena hari ini ayah sibuk jadi yang akan mengantarmu ke sekolah adalah Anikimu. Kau pasti senang. Oh ya, hari ini TK mu mengadakan acara nginap bersama 'kan? Apa kau sudah mempersiapkan barang-barangmu?" tanya Ibuku dengan tersenyum.
"Hn," jawabku datar.
'Aku harap... hariku akan tetap tenang dan nyaman seperti ini.'
Hari-hari Sasuke
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasuNaru
Rate : T
Warning : Typo, Abal, Alur secepat kecepatan cahaya, AU, OOC, dll.
"Sasuke, kakak berangkat dulu ya. Kamu jangan nakal," ucap Aniki meninggalkanku sendiri di TK Konoha bersama dengan teman-teman sebayaku yang menurutku bodoh-bodoh.
"Hn," ucapku melihat Aniki yang mulai pergi menuju sekolahnya sendiri.
Aku pun masuk ke dalam TK ini dan mulai mencari tempat tenang untuk aku duduk. Dua orang sahabatku pun menghampiriku. Tidak seperti anak lain yang masih ingusan. Kedua sahabatku ini sama pintarnya denganku walaupun aku tetap jauh diatas mereka.
"Hari ini kau diantar sama kakakmu, Uchiha?" tanya salah seorang sahabatku yang memiliki rambut panjang walaupun sebenarnya ia itu laki-laki, Hyuuga Neji.
"Hn,"
"Huuwaahh... merepotkan," keluh Nara Shikamaru dengan menguap.
Di TK ini semua muridnya mengenakan pakaian bebas. Walaupun begitu, murid yang bisa masuk kesini hanyalah anak-anak yang pintar dan keuangan keluarganya diatas rata-rata alias kaya. Tidar perlu lama-lama seorang guru pun masuk kedalam kelasku. Semua anak kembali ketempat duduknya. Aku tidak peduli dan lebih tertarik untuk melihat kearah luar jendela sana.
"Pagi anak-anak," ucap guru itu ceria.
"Pagi Iruka-sensei," jawab serempak minus aku.
Guru itu pun mulai berbicara dan aku mulai mengabaikannya. Huh... aku bosan mendengarkan guru-guru itu mulai berbicara. Aku lebih memilih untuk menatap luar jendela kembali. Lihat disana, para burung mulai memakan makanan yang disebar oleh guruku di lapangan yang memang khusus untuk mereka. Langit pun hari ini tampak cerah dan tidak berawan. Menampilkan langit biru yang indah. Hah... hari ini cukup nyaman karena situasi yang cukup tenang.
"Kenalkan! Namaku Uzumaki Naluto, calam kenal," teriak seorang anak yang sontak membuatku terkejut. Karena suara cemprengnya itu, situasi tenang yang kusukai jadi hancur.
Aku pun mulai mengedarkan pandangan mataku untuk mencari sosok bersuaru cempreng itu. dan tatapanku pun tertuju pada seorang anak didepan kelas. Anak itu tersenyum dengan ceria dan terlihat... manis.
"Namamu Naruto?" tanya salah seorang murid perempuan dikelasku.
Sosok anak itu pun hanya mengangguk dengan senyuman masih menempel lekat diwajahnya.
"Kyyaa... Naru, kau itu anak perempuan yang manis sekali!" teriak gadis itu yang diikuti persetujuan dari murid lain. Nampaknya bukan aku saja yang berpikir begitu.
"Huuh... Nalu itu bukan pelempuan. Nalu itu laki-laki tau," ucapnya dengan memanyunkan bibir berwarna cherry-nya itu. Imut.
"Tapi kau benar-benar manis, apalagi ditambah pakaian lucumu itu," puji guruku yang tampaknya pujian itu tidak disukai oleh anak itu.
Bagaimana tidak imut. Lihat dirinya. Kulit tan bagai karamel yang manis, iris biru yang mangalahkan langit saat ini, tiga buah goresan kecil dimasing-masing pipi kenyal itu, serta rambut pirang cerahnya yang tertutupi keredung jaket oranye yang ia kenakan dengan hiasan telinga kucing. Dia benar-benar imut. Walaupun suaranya yang nyaring itu.
"Bukan keinginan Nalu untuk pakai baju ini. Kaa-san yang memakaikannya," ujarnya.
"Baiklah kalau begitu, hari ini Naru duduk disamping... ah, Naru, kamu duduk disamping Sasuke saja ya," ucap guruku dengan menunjuk kearahku.
"Sasyuke?" tanya anak itu.
'Apa tadi dia bilang? Sasyuke? Apakah namaku begitu sulit untuk dieja?' pikirku.
Setelahnya anak itu berjalan kearahku dengan cerianya.
"Halo Sasyuke," sapanya dengan tersenyum manis. Ugh, aku ingin langsung memeluknya, namun kegengsianku sebagai seorang Uchiha masih dapat menahan.
"Dasar bodoh, menyebutkan namaku saja tidak bisa, Dobe!" sindirku.
"Ih.. Nalu tidak bodoh. Nalu bisa menyebutkan namamu dengan benal kok. Sa-syu-ke, benal 'kan? Lagipula nama Nalu itu bukan Dobe, tapi Naluto," protesnya dengan pose imut.
Setelahnya ia pun mulai bercerita dengan riang padaku dengan lafal cadelnya itu. Dan dia masih saja memanggilku dengan Sasyuke. Hah... nama kerenku diubah seenaknya saja olehnya. Aku hanya menanggapinya dengan dua huruf andalanku dan dia terlihat sebal dengan jawabanku yang hanya dua huruf itu. walaupun begitu dia tetap saja bercerita terus, terus dan terus, hingga jam pelajaran hari ini pun berakhir. Dan siang menjelang sore dimana matahari mulai terbenam.
"Nah, anak-anak, karena hari ini kita mengadakan acara menginap bersama, maka malam ini kalian akan tidur disini," ucap guruku.
Semua anak pun mulai merapikan tempat tidur mereka sendiri. Yah, tujuan diadakannya acara ini untuk melatih kemandirian. Tapi aku sudah tidak perlu hal itu karena aku sudah mandiri. Aku 'kan seorang Uchiha.
Setelah makan malam bersama kami pun memulai sebuah games. Semua tampak senang. Begitu pula dengan si bocah pirang berisik itu yang entah mengapa sudah bisa akrab dengan anak-anak yang lain. Dia itu sepertinya tipe anak yang mudah berteman.
"Ugh.." keluh guruku yang kemudian duduk dan menyentuh kepalanya.
"Kenapa Iluka-sensei?" tanya Naruto yang disusul pertanyaan-pertanyaan yang sama dari anak-anak yang lain.
"Ah.. pala Sensei hanya sedikit pusing," ucap guruku tersenyum.
Semuanya pun langsung berwajah khawatir.
"Kalau begitu, Sensei aku belikan kue ya," ucap Naruto yang kemudian langsung berlari pergi menuju warung didepan TK-ku.
"Ah, Naruto! Yah... sudah pergi. Kalau begitu ... Sasuke, tolong susul Naruto ya," ucap guruku.
Aku pun tak menyahut apa-apa dan berjalan keluar menuju si pirang itu.
"Oh ya, Sasuke, kalau boleh, Sensei titip sebuah koyo ya," pinta guruku.
"Hn," jawabku singkat dan melangkah pergi.
Sesampainya diluar aku sudah melihat Naruto sedang berdiri diwarung seberang sana dan mencari-cari sang pemilik warung itu.
'Mumpung dia sudah ada di sana, lebih baik aku teriaki saja kalau Sensei ingin dibelikan koyo,' pikirku.
"Naruto!" teriakku.
Dan sosok bocah pirang itu pun menoleh kearahku. Dari gerak bibirnya sepertinya ia bertanya 'ada apa?'
"Disana ada koyo?" teriakku cukup pelan karena aku berpikir ia pasti bisa mengerti bila melihat gerak bibirku 'kan.
Setelahnya aku lihat wajahnya memucat dan berlari dengan kecepatan penuh yang langsung memelukku dengan erat. Tubuhnya bergetar dan seperti ... ketakutan.
"Ada apa Naruto?" tanyaku khawatir.
Masih dengan memelukku ia mulai bergumam.
"Na-nalu.. ta-takut," lirihnya.
"Takut kenapa?" tanyaku lagi.
"Ada pocong," jawabnya masih dengan memelukku.
Mendengar jawaban itu, aku hany bisa heran.
"Mana ada pocong Naruto," ucapku.
"Ta-tapi ta-tadi Sasyuke bilang sendiri padaku 'disana ada pocong'," jawab Naruto.
"Kau itu benar-benar Dobe! Aku tuh tadi nanya 'Disana ada koyo?'," jelasku.
"Bukan pocong?" tanyanya yang langsung memandangku lekat.
"Tentu saja," jawabku yang kemudian disambut sebuah jitakan kecil dikepalaku. Naruto menjitakku.
"Dasal Teme! Bikin Nalu takut aja," ucapnya sebal dan pergi meninggalkanku.
'sepertinya kehidupanku tidak akan pernah tenang.'
Tbc
Pasti ceritanya gak jelas... maaf :'( *menunduk
Ini cerita pertamaku, aku ingin meminta saran dan kritik kalian, review juga boleh XD #plllaakkk
Makasih udah membaca^^
