Disclamer : Mashashi Kishimoto

Chapter I

Suara kicauan burung dipagi hari terdengar, sinar matahari perlahan-lahan mulai menyinari bumi. Dan mulai menyebarkan kehangatannya, disaat Jepang kini mulai memasuki musim gugur.

Sinar matahari jugalah yang kini mulai membangunkan sesosok pemuda yang sedang terlelap dengan selimut tebal yang menutupinya, secara perlahan pemuda berambut pirang itu membuka matanya memperlihatkan bola mata sebiru samudra. Dia pun hanya bisa mengerang karna tidur lelapnya tertanggu oleh secercah cahaya yang menyelinap masuk dari tirai jendela kamarnya.

Hiks... Hiks... Hiks...

Secara cepat dia langsung membuka matanya, karna mendengar seseorang menangis. Dia mencoba menajamkan pendengarannya, tapi betapa terkejutnya ia saat merasakan kasurnya sedikit bergetar dan suara tangisan itu terdengar jelas.

Secara perlahan ia memutar tubuhnya ke sebelah kiri untuk melihat disampingnya, dan betapa terkejutnya dia yang pertama kali ia lihat adalah rambut indigo panjang dan punggung polos tanpa sehelai benang. Dia langsung teringat apa yang telah terjadi, dan siapa orang yang berada disampingnya tersebut.

"Hinata?" Panggilnya.

Tak ada respon dari Hinata.

"Hinata?" Panggilnya lagi.

"Pergi Naruto." Ujar Hinata pada Naruto.

Naruto yang mendengar tersebut hanya bisa menurut dan memungut semua pakaiannya yang berserakan dilantai. Ia keluar dari kamarnya menuju kamar mandi yang berada disebelah kamarnya.

.

.

.

.

.

Sudah tiga puluh menit Naruto menunggu Hinata untuk keluar dari kamarnya, ia kini duduk di sofa ruang tamu apartemennya. Beruntung yang ditunggu akhirnya keluar juga, Naruto dengan cepat menghampiri Hinata yang berjalan perlahan keluar dari kamar Naruto.

"Hinata, a-aku..."

PLAAAKKK!

Belum sempat Naruto menyelesaikan ucapannya, sebuah tamparan keras dilayangkan Hinata ke pipi sebelah kiri Naruto

"Aku membencimu, Naruto." Bentak Hinata dan langsung berjalan cepat ke arah pintu apartemen Naruto.

Naruto hanya bisa memandang punggung Hinata yang menghilang dibalik pintu apartemennya.

'Apa yang sudah aku lakukan?' Tanya Naruto pada dirinya sendiri. Saat ini ia tengah berdiri didepan kamarnya dan melihat betapa berantakannya kasurnya, Naruto juga bisa membayangkan yang telah terjadi semalam.

Kini ia duduk kembali disofa ruang tamu merenungi apa yang telah terjadi semalam.

Flashback on!

Sore itu Jepang sedang dilanda hujan deras, ya tidak bisa dipungkiri Jepang sebentar telah masuk musim gugur. Udara dingin mulai terasa menyelimuti Jepang, membuat semua orang malas untuk melakukan berbagai hal diluar sana.

Tanpa terkecuali Naruto yang sedang asyik memandangi hujan yang jatuh membasahi bumi, sedang asyiknya ia melamun suara bel apartemennya berbunyi. Dengan malas ia berjalan ke arah pintu untuk mengetahui siapa yang bertamu.

"Selamat sore." Sapa orang yang memencet bel tersebut, sesaat setelah Naruto membukakan pintu.

Naruto sempat terkejut mengetahui siapa yang berdiri didepan apartemennya.

"Hinata, ada apa kemari?" Tanya Naruto pada Hinata.

"Apa aku tidak dipersilahkan masuk dulu?" Tanya Hinata balik sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ah... Silahkan masuk." Ujar Naruto.

Naruto mempersilahkan Hinata untuk masuk ke apartemennya, setelah ia melepas jaketnya Hinata langsung berjalan menuju ruang tamu. Naruto hanya bisa menatap punggung gadis tersebut dengan tatapan sedih.

Dulu Naruto dan Hinata adalah sepasang kekasih, tapi telah berakhir tiga tahun yang lalu karna mereka berdua yang sama-sama keras kepala. Mereka sempat menjalin kasih selama dua tahun, saat mereka berdua sama-sama duduk dibangku sekolah menengah akhir. Sekarang mereka menjadi teman baik, ya setidaknya itu yang dipikirkan Hinata. Tapi berbeda dengan Naruto yang masih mencintai Hinata, sekarang Hinata telah memiliki kekasih baru. Betapa menyedihkannya Naruto yang mengharapkan seseorang, yang sudah memilik orang lain.

Naruto berjalan mengikuti Hinata yang kini telah duduk disofa ruang tamunya.

"Kau mau minum apa?" Tawar Naruto.

"Apa saja." Jawab Hinata.

"Baiklah, tunggu sebentar."

Naruto bergegas ke dapur untuk membuatkan teh untuk Hinata dan dirinya sendiri. Tak butuh waktu lama dua gelas teh telah siap, ia langsung membawanya ke ruang tamu ke tempat Hinata berada.

"Ada apa kemari?" Tanya Naruto sambil meletak dua gelas teh dimeja.

Sedangkan Hinata yang ditanya hanya tersenyum ceria.

"Tadi aku berjalan-jalan didekat sini, tapi tiba-tiba hujan deras turun. Aku ingat jarak apartemenmu yang dekat jadi langsung saja aku berlari kesini, hitung-hitung berteduh gratis." Jawab Hinata dengan senyum ceria yang masih setia bertengger diwajahnya.

Naruto yang mendengar jawaban dari Hinata, langsung menyipitkan mata.

"Pasti ada hal lainnya lagi?" Tanya Naruto lagi.

"Hehehe... Kau tahu saja. Jadi ada yang ingin ku beritahu padamu, Naruto."

"Apa itu?" Tanya Naruto penasaran.

"Sebenarnya aku, sebentar lagi akan segera bertunangan." Jawab Hinata dengan cerianya.

Bagaikan tersambar petir, betapa terkejutnya Naruto mendengar kabar yang menurut Hinata bahagia, tapi menyakitkan untuk Naruto.

"K-kau akan bertunangan?" Tanya Naruto memastikan.

"Ya, aku akan bertunangan." Jawab Hinata.

Cuaca dingin diluar sana tak mempengaruhi suhu tubuh Naruto, yang ia rasakan kini hanyalah panas, panas yang teramat sangat menyakitkan, hatinya sangat panas mendengar kabar tersebut. Ia menundukkan kepala dan mengepalkan kepalanya kuat-kuat berusaha meredam emosi, tapi semakin ia tahan hatinya semakin sakit.

Hinata yang melihat tersebut mencoba bertanya.

"Kau tidak apa-apa, Naruto?" Tanya Hinata sambil menyentuh pundak Naruto.

Naruto diam tak bergeming.

"Naruto?" Panggil Hinata.

Greepp!

Dengan cepat Naruto mencengkram pergelangan tangan Hinata, tatapan dingin ia layangkan ke arah Hinata. Hinata yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa terkejut dan berusaha melepaskan diri.

"Le-lepaskan aku, Naruto." Ujar Hinata sambil berusah menarik tangannya.

Tapi Naruto sama sekali tak merespon, malah cengkraman dipergelangan tangan Hinata semakin menguat.

"Sa-sakit Naruto, lepaskan aku. Kau membuatku takut." Pinta Hinata.

Jujur Hinata merasa takut karna ini pertama kalinya ia melihat Naruto seperti itu.

Dan kejadian selanjutnya sungguh mengejutkan, Naruto langsung mencium Hinata dengam brutalnya tanpa memperdulikan Hinata yang berontak berusaha melepaskan diri dari cengkraman Naruto. Setelah itu semuanya menjadi gelap seketika.

Flashback off!

Naruto kini hanya bisa menjambak rambutnya frustasi, mengingat kejadian semalam. Sebuah kesalahan yang tak seharusnya ia lakukan.

'Apa yang sudah kulakukan, aku telah memperkosanya.'

TBC!

Yoooo! Minna, ketemu lagi sama saya si author abal. Hahahaha...

Ini fic terbaru saya, asli dari otak saya yang biasa-biasa saja ini. Kalau ada kurang lebihnya saya mohon maaf.

Oke guys, minta REVIEEEWWW!