Title : Untraveling Time
Genre :Family/Adventure (Angst for Prologue)
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning : OOC, misstypo dkk
.
Sosok Pemuda misterius yang tampak muncul di masa Minato masih hidup tampak mencoba untuk menculik Kushina sebelum Naruto lahir. Tabrakan antara jurus Hiraishin dengan Kamui milik pemuda itu tampak menyebabkan peristiwa yang mengejutkan untuk semua orang.
{1}
Prologue Part 1, Return of The Hero
{1}
Suara dentuman keras tampak terdengar di salah satu sisi bangunan Konoha. Gerakan yang cukup susah untuk dilihat tampak berhantaman di dekat kantor Hokage saat itu. Suara decakan terdengar, sang Yondaime Hokage Minato Namikaze tampak berada di salah satu sisi bangunan, sementara sang lawan tampak berada di sisi lainnya.
"Siapa kau—"
"Apakah penting?"
"Kalau kau berusaha untuk menculik istriku, tentu itu adalah hal yang paling penting," mengeluarkan kunai tiga cabang miliknya, dan bersiap untuk menyerangnya. Pria di depannya, memakai topeng spiral yang memiliki lubang hanya pada mata kirinya itu menatapnya dengan mata sharingan, "apa yang kau inginkan."
"Apakah harus kukatakan? Aku bukan membutuhkan istrimu, aku membutuhkan Kyuubi—" Minato membulatkan matanya, matanya menajam mendengar itu, ia tidak akan membiarkannya mendapatkan Kyuubi karena itu benar-benar akan menjadi ide yang buruk, "dan sepertinya kau tidak akan membiarkanku, maka aku akan melakukannya dengan kekerasan."
"Sensei!" Suara itu membuatnya menoleh dan menemukan Kakashi yang sepertinya bersama dengan beberapa ANBU yang mendengar suara ledakan yang beberapa kali terjadi, "apa yang—"
"Kakashi, awas!" Minato melihat sosok misterius itu yang tampak akan menyerang Kakashi, dengan segera melemparkan kunai miliknya dan segera berpindah mendekati Kakashi. Mencoba untuk menahannya, namun rasa sakit yang tampak ia rasakan di tubuhnya yang ia dapatkan saat kunai orang itu tertancap di perutnya, "kh..."
"Sensei!"
Mata sharingan pria itu tampak berubah bentuk, menjadi bentuk lain yang tidak lain tidak bukan adalah Mangekyo Sharingan. Menyadari sesuatu yang buruk akan terjadi dengan segera ia mencoba melemparkan kunainya dan akan segera berpindah bersamaan dengan pria itu yang mencoba memegang tangannya.
"Kamui!"
Dan satu-satunya yang ia dengar saat itu adalah suara Kakashi yang berteriak padanya, dan juga cahaya putih yang menyelimutinya dan menyilaukan matanya.
{1}
Sementara di tempat lainnya, Konoha pagi hari yang cerah dan juga damai. Semua orang melakukan hal yang biasa mereka lakukan, dan tampak baik-baik saja tanpa ada masalah sama sekali. Dua tahu tepatnya Perang Dunia Shinobi berakhir, Obito dan Madara serta Juubi sudah kalah dan tewas. Para Kage yang dibangkitkan sudah kembali ke alam mereka, dan Sasuke serta tim Taka kembali ke Konoha.
Meskipun Tsunade memaafkan Sasuke dan mencabut status Missing Ninnya karena perannya dalam mengalahkan Juubi, pernyataan Sasuke untuk menjadi Hokage tentu saja sangat ditentang oleh Godaime Hokage itu. Perdebatan demi perdebatan, dan bertahun-tahun berlalu hingga beberapa bulan yang lalu ditunjuklah seseorang yang menggantikan posisi Tsunade Senju sebagai Rokudaime Hokage. Ya, siapa lagi kalau bukan pemuda bernama Uzumaki Namikaze Naruto, anak dari Yondaime Hokage dan juga Jinchuuriki dari Kyuubi.
Kesehariannya sebagai seorang Hokage dimulai dengan laporan-laporan-laporan—dan oh, apakah aku sudah menyebutkan—
"Rokudaime-sama, aku membawakan laporan baru untuk anda tandatangani hari ini," pemuda berambut hitam bermotif pantat ayam itu datang dengan wajah tanpa dosa dan membawa setumpuk laporan di tangannya. Menemukan sosok yang bersangkutan tengah membenturkan kepalanya di meja, tampak hanya sweatdrop dan meletakkan laporan itu di depannya, "setelah ini Gennin baru akan meminta misi, dan beberapa pertemuan dengan Kazekage-sama—"
"Sasuke, kalau kau ingin menghukumku—kau berhasil..." Menaruh tangannya mengisyaratkan untuk berhenti berbicara, menghela nafas dan menatap kearah sahabatnya itu. Sasuke menjadi ketua ANBU sekaligus asisten pribadi dari Naruto bersama dengan Sakura. Oh, selain itu Sakura dan Sasuke mendapatkan gelar Sannin atas rekomendasi dari Sannin terdahulu dan juga test yang diadakan para Daimyou, "ingatkan aku kenapa aku sangat ingin menjadi Hokage..."
'Karena kau dengan bodohnya ingin keberadaanmu diakui desa. Tanpa menjadi Hokagepun kau sudah dihormati, Gaki—' menggerutu pelan mendengarkan suara Kyuubi, Naruto hanya merebahkan kepalanya di atas meja sementara Sasuke hanya bisa menatap temannya itu dengan tatapan datar namun bulir keringat di belakang kepalanya.
"Tidak pakai kagebunshin?"
"Setelah perang itu, dan setelah aku menjadi Hokage—entah kenapa pekerjaanku semakin banyak bahkan untuk ditangani kagebunshinku," menguap lebar dan tampak merenggangkan tangannya, "aku bisa kehabisan tenaga hanya untuk mengerjakan laporan setelah bunshin menghilang. Sementara pertemuan banyak yang harus didatangi, dan aku masih harus membereskan beberapa barang saat kembali ke rumah."
"Kau sudah menjadi Hokage dan semua orang menghargaimu. Kau masih merasa sendirian? Makanya sebaiknya kau segera mencari pendamping hidup, dobe—" wajah Naruto memerah karena perkataan Sasuke. Oke, Sasuke sudah memiliki Sakura sebagai kekasihnya. Dan hubungan Naruto dengan Hinata masih belum jelas, "kapan kau akan mengatakannya pada Hinata?"
"Secepatnya, aku sudah mempersiapkan semuanya..." Naruto tersenyum lebar, ia sudah mempersiapkan semua yang ia butuhkan untuk mengatakannya pada Hinata, "ngomong-ngomong sebentar lagi fuin yang sedang kukerjakan sudah hampir selesai..."
"Kau masih mencoba membuat fuin itu?"
"Aku hanya melihat fuin yang sedang disempurnakan oleh tou-chan," menatap kearah laporan baru itu dengan wajah jijik, "ini tumpukan terakhir bukan?"
"Sebenarnya ini satu dari tiga tumpukan yang tersisa hari ini—" dan Naruto membenturkan kepalanya di meja mendengar itu, "kalau kau menyesal menjadi Hokage aku sudah siap menggantikanmu," Sasuke tampak tersenyum penuh arti, dan mendapatkan tatapan 'apakah-kau-serius-memikirkan-aku-akan-melakukan-i tu?', "aku tahu kau tidak akan melakukannya. Oh, satu lagi—"
DHUAR!
Suara ledakan dari dekat gedung Hokage. Dan itu artinya—
"TIDAAAAK! Laporan yang menumpuk lagi—" Naruto mendengar suara batuk dari Sasuke yang menandakannya untuk tidak memikirkan hal itu dulu. Dengan segera berdiri dan mengenakan jubah Hokagenya, melakukan Shunshin menuju keluar bersama dengan Sasuke.
{1}
Diluar sudah tampak beberapa ANBU yang entah kenapa hanya melihat saja. Tetapi, melihat gerakan yang terjadi—Naruto memaklumi mereka tidak bisa melakukan apapun. Gerakan itu hampir sama cepatnya dengan Hiraishin milik ayahnya. Bahkan cahaya yang dibentuk salah satunya—berwarna kuning benar-benar mirip—tunggu.
"Rokudaime-sama!"
"Biar aku yang menanganinya," dengan segera bergerak dan mencoba mencari celah untuk memisahkan dua orang yang ada di depannya saat ini. Ia memegang kunai cabang tiga milik ayahnya, menggunakan Hiraishin dan segera bergerak memisahkan mereka berdua tanpa menyadari chakra yang familiar diantara mereka berdua.
Menahan serangan dua arah, dan membuat kedua orang itu tampak menghentikan serangan itu. Naruto menoleh kearah kanannya—menemukan sosok Obito atau yang saat itu menggunakan wujud Tobi. Matanya membelalak, Obito Uchiha sudah tewas—tetapi kenapa ia ada disini?!
"Siapa kau—!" Oh, suara itu tidak mungkin ia melupakannya. Tetapi sekali lagi, munculnya Obito Uchiha kembali sudah membuatnya terkejut, dan sekarang sosok di sampingnya, Namikaze Minato—Hokage Keempat, pendahulunya, ayahnya. Hidup. Tanpa adanya tanda dibangkitkan dengan edo tensei. Dan menatapnya dengan bingung seolah ia tidak mengenalnya.
"Tch—" Obito tampak mengeluarkan kunai dan dengan cepat menusukkannya pada Naruto saat yang bersangkutan tampak terkejut dengan sosok Minato disana. Mengenai tepat di pinggangnya, menyerengit dan mencoba untuk menangkap Obito sebelum sosok itu menghilang begitu saja.
"Tunggu!"
BRUG!
Terkejut mendengar suara itu, menoleh untuk menemukan sosok ayahnya yang tampak tumbang dan tidak sadarkan diri. Dengan segera mementingkan sang Yondaime Hokage tanpa perduli apakah Obito kabur atau tidak.
"Hei, sadarlah! T—Yondaime! Hei, panggilkan Sakura-chan sekarang juga!"
{Minato's POV}
Aku tidak mengerti apa yang terjadi, setelah cahaya terang yang disebabkan oleh Hiraishinku—tampaknya kami berpindah tempat. Namun, yang menjadi masalah adalah kenapa hari kembali pagi sementara beberapa detik yang lalu malam hari sudah menyelimuti. Saat aku tengah mencoba untuk menahan serangan pria di depanku, tiba-tiba saja seseorang menghentikan kami.
Dalam kecepatan seperti ini—dan ia tampak tidak kewalahan sama sekali.
Satu hal yang kutangkap pertama kali saat menemukan sosok itu adalah rambut blonde yang warnanya sama denganku, dan jubah yang juga memiliki bentuk yang sama denganku. Aku hanya bisa membulatkan mataku.
"Siapa kau—!" memiliki dan memakai jubah Hokage sembarangan, dan memiliki chakra Kyuubi. Ia bukan shinobi biasa. Ia menoleh padaku, dan matanya tampak membulat sempurna seolah kaget melihatku disana. Sebelum ia bisa mengatakan apapun, pria bertopeng itu tampak kabur dan menghilang begitu saja, membuat pemuda itu mencoba untuk mengejarnya. Aku ingin membantu, namun rasa sakit di luka yang ada di perutku tampaknya mulai bereaksi dan membuat tenagaku begitu saja terkuras dengan chakra yang kugunakan untuk Hiraishin dan juga semua serangan yang harus kutahan dari pria itu.
Kakiku lemas…
Aku tidak bisa menahan tubuh itu dan begitu saja terjatuh begitu juga dengan tubuhku.
"Mustahil… Yondaime…"
"Tetapi dia—"
"Sensei!"
"T—Yondaime, hei! Panggilkan Sakura-chan sekarang juga!"
Aku bisa mendengar suara Kakashi, lagi-lagi hanya suara Kakashi dan juga suara yang familiar namun cukup asing kudengar—sebelum kegelapan langsung menguasaiku dengan segera.
{End of Minato's POV}
Tsunade masih membantu sang Rokudaime untuk mengatur desa karena menganggap pemuda itu masih terlalu muda untuk dilepas. Dan melihat pemuda itu membawa seseorang yang familiar—terlalu familiar—untuknya, cukup mencengangkan. Tanpa ada tanda Edo Tensei, ada satu yang bisa ia simpulkan meskipun ia sendiri tidak bisa mempercayainya. Dan satu kalimat yang bisa ia katakan pada sang Hokage muda saat itu adalah—
"Kau tidak boleh mendekatinya dulu, Naruto..."
Tentu ia tahu kalau itu akan menimbulkan protes dari yang bersangkutan. Namun, pada akhirnya mengingat kemungkinan yang difikirkan oleh Tsunade, sang Rokudaime Hokage menyetujui hal itu. Lagipula hanya untuk sementara hingga keputusan kalau apa yang difikirkan oleh Tsunade dan semua orang benar.
Dan disinilah ia sekarang, tampak duduk di samping sang Yondaime Hokage yang tengah berbaring di sampingnya dan baru saja mendapatkan kesadarannya.
"Tsunade-Hime? Ugh, apa yang terjadi..."
"Kau terkena serangan dari Ob—pria bertopeng itu setelah tiba-tiba muncul di Konoha," sebisa mungkin ia tidak akan membocorkan masalah masa depan. Naruto bisa menahan diri, itu artinya ia harus bisa menghargainya, "apa yang terakhir kali kau ingat?"
"Entahlah, tiba-tiba saja seseorang bertopeng spiral berwarna orange muncul dan hendak menculik Kushina. Aku mencoba untuk melawannya, dan saat ia mengeluarkan sebuah jurus dan aku mencoba menggunakan Hiraishin, tiba-tiba saja aku sudah berada di tempat lain di Konoha," Minato mencoba untuk bangkit dan memegangi kepalanya yang masih pusing, "dan aku bermimpi aneh kalau seseorang menyebutkan Rokudaime..."
...
"Ngomong-ngomong, kufikir kau belum mau kembali ke Konoha Tsunade-hime? Jiraiya-sensei dan aku mencoba untuk membujukmu dan kau tidak mau kembali," Tsunade benar-benar membutuhkan aspirin sekarang. Sepertinya apa yang mereka fikirkan benar-benar terjadi.
"Aku sudah disini sejak 6 tahun yang lalu Minato, aku tahu ini membingungkan," memijat dahinya yang berdenyut, menatap Minato yang bingung dengan apa yang dikatakan oleh Tsunade. Baru akan membuka mulut saat Tsunade menghentikannya, "aku ingin tanya tahun berapa ini?"
"Huh?"
"Jawab saja..."
"Tahun xxx? Kenapa kau menanyakan—"
"Minato, sekarang adalah tanggal xxx, dua puluh tahun setelah masamu berada," Minato? Tentu saja ia tampak sangat bingung dan menatap Tsunade seolah menanyakan apakah ia bercanda atau tidak. Namun sepertinya ia benar-benar serius dengan itu, "sepertinya jurus apapun yang digunakannya, itu membawamu menjelajah waktu ke dua puluh tahun setelah masamu."
...
"Jadi—"
"Enam tahun yang lalu Sandaime meninggal, dan aku yang menggantikannya menjadi Godaime. Dan dua tahun yang lalu aku memberikan jabatanku pada Hokage yang baru, Rokudaime..."
"Bagaimana denganku? Kenapa kau harus menggantikan jabatan Sandaime?" Minato menatap Tsunade yang tampak terdiam mendengarnya. Tidak mengerti apa yang harus ia katakan saat itu.
"Aku tidak bisa memberitahukannya, bagaimanapun informasi sekecil apapun tentang masa depan akan mengacaukan masamu."
{1}
"Kalau sampai musuh yang mencoba untuk menyamar menjadi tou-chan, aku tidak akan segan-segan untuk menggunakannya sebagai target rasenganku," Naruto tampaknya berada dalam mood yang kurang baik saat terlihat menggerutu di kantornya.
Hinata tampak tertawa, ia menemani Naruto yang berada di ruangannya karena Sasuke, Sakura, dan juga Kakashi yang sibuk dengan keberadaan Yondaime Hokage tadi.
"Baa-chan benar-benar menyebalkan! Kenapa aku tidak bisa bertemu dengannya dan melihat apakah itu benar-benar tou-chan atau bukan!" dan sifat kekanakan dari Naruto kembali muncul. Walaupun sudah berusia 20 tahun, ia tetap saja terkenal masih dengan sifat kekanak-kanakannya.
"Tenang saja Naruto-kun, aku yakin Tsunade-sama akan benar-benar memperbolehkanmu untuk menemui Minato-san," Hinata mencoba untuk menghibur Naruto yang sebenarnya dengan hanya melihat gadis itu saja sudah cukup senang. Setelah pertarungan dengan Obito dan juga Madara, ia baru menyadari kalau ia menyukai Hinata—namun hingga tiga tahun lamanya tidak berani untuk mengatakannya walaupun ia tahu Hinata memiliki perasaan yang sama.
"Nee Hinata-chan… kau tahu bukan, kalau sebentar lagi adalah ulang tahunku?" Hinata tampak memiringkan kepalanya dan bingung ia tahu dan ingat dengan hari itu. Hell, tentu semua orang mengingat kapan ulang tahun sang Rokudaime Hokage, "ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu saat itu."
Naruto yakin kalau saat itu wajahnya benar-benar memerah hanya karena perkataannya. Menggaruk dagunya dengan telunjuk, mencoba untuk menatap Hinata yang masih bingung dengan apa yang dikatakan oleh Naruto.
"Ha—hanya tentang—"
BRAK!
Suara pintu yang terbuka membuat Naruto menghentikan perkataannya dan menoleh untuk melihat Tsunade disana. Berdecak dalam hati, Naruto benar-benar merasa kalau Tsunade datang disaat yang tidak tepat.
"Ah, sepertinya aku mengganggu?"
"T—tidak, tentu saja tidak Tsunade-sama!" Hinata tampak panik dan menggelengkan kepalanya dengan wajah yang memerah. Tsunade tampak tertawa pelan dan menoleh pada Naruto.
"Naruto… kami sudah mengonfirmasi semua tentang ayahmu." Wajah Naruto mengeras dan menunggu apa yang ingin ia dengarkan, "dia benar-benar ayahmu—Yondaime Hokage. Tidak terkena genjutsu ataupun dikendalikan oleh musuh. Tetapi—ia adalah Minato 20 tahun yang lalu…"
{1}
"Naruto, apa yang kau lakukan!" Tsunade adalah satu-satunya orang yang masih sering memanggil nama Naruto ketimbang Rokudaime atau sejenisnya. Sasuke dan Sakurapun memanggil Rokudaime kalau mereka sedang dalam jam bekerja. Kalau tidak—mereka baru memanggilnya Naruto seperti biasa.
"Apa lagi, aku ingin bertemu dengan tou-chan!"
"Jangan Naruto! Kau tahu kalau itu tidak akan mungkin kuperbolehkan bukan?!" Tsunade menahan Naruto yang tampak akan berjalan kearah ruangan T&I tempat Minato ditahan untuk sementara, "ia tidak mengenalmu! Kalau kau mengatakan siapa kau, kau mungkin saja tidak akan lahir!"
"Aku tidak akan memberitahukan siapa aku! Aku hanya ingin bertemu dengannya, ingin mengetahui tentangnya lebih banyak—" Tsunade bisa melihat tatapan sakit dari Naruto. Ia mengerti, Minato mengetahui semua tentang Naruto, tetapi Naruto bahkan hanya tahu sedikit—sangat sedikit—tentang Minato.
"Kalau ia mengetahui namamu, ia akan tahu!"
"Aku adalah Hokage, semua teman-temanku bisa memanggilku Rokudaime terus menerus. Dan aku tidak perlu memberitahukan namaku—" masuk akal. Tetapi tetap saja—
"Gaya berbicaramu sangat mirip dengan Kushina."
"Maka aku akan mencoba menyembunyikannya!" Naruto memegang knop pintu di depannya. Tsunade menahannya walaupun sudah tidak memiliki apapun yang bisa dijadikan alasan, "kumohon baa-chan...aku—benar-benar ingin bertemu dengannya..."
...
"Baiklah—" menghela nafas, Tsunade benar-benar tidak bisa mengatakan apapun lagi, "—kau boleh menemuinya, tetapi Sasuke, Sakura, atau Kakashi akan menemanimu. Tidak ada yang boleh kau bocorkan tentang dirimu pada Minato."
"Baiklah baa-chan!"
{1}
"Wow, dua puluh tahun—" Minato yang mendapatkan sedikit informasi tentang masa yang ia tempati sekarang menoleh pada Shikamaru, Ino, dan juga Kakashi yang menemaninya, "—aku tidak mengerti. Jurus apapun yang disebut sebagai Kamui itu, seolah mengirimku ke tempat yang berbeda saat bertabrakan dengan Hiraishin."
"Akupun juga tidak percaya sensei—aku benar-benar terkejut melihatmu muncul," Kakashi tampak tertawa datar dan duduk di depan Minato.
"Tetapi Hokage yang berganti cukup cepat—aku sempat melihat pemuda yang menghentikan pertarungan kami, yang memakai jubah Rokudaime—" Kakashi tampak memudarkan sedikit senyumannya. Minato menyadari itu, dan baru saja akan menanyakannya saat pintu di belakang mereka terbuka. Tampak Naruto yang berjalan perlahan dan tidak melepaskan pandangan sama sekali dari Minato.
"Na—Rokudaime-sama," Kakashi hampir memberitahukan nama Naruto dan segera menggantinya. Naruto hanya mengangguk dan mendekati mereka.
"Maaf membuatmu berada disini... Yondaime Hokage," Naruto mencoba untuk mengendalikan ekspresi dan emosinya. Empat tahun ia tidak melihat ayahnya semenjak dibangkitkan oleh Edo Tensei Orochimaru.
"Tidak apa-apa, aku mengerti—kalau aku jadi kau aku juga akan melakukan hal yang sama," tertawa pelan dan tampak menatap Naruto yang hanya tersenyum tipis.
"Ah, bagaimana kalau sebaiknya sensei beristirahat dulu? Kau belum pulih dari lukamu sensei—" Kakashi mencoba untuk mengalihkan perhatian Naruto dan Minato. Naruto hanya bisa menghela nafas dan mengangguk.
"Kalau kau tidak keberatan, aku mau berbagi mansion Hokage denganmu," Naruto tersenyum lebar dan tampak sangat antusias melihat ayahnya meskipun yang bersangkutan tidak mengenalnya sama sekali, "tetapi bersama dengan Kakashi-sensei."
"Oh, sepertinya kau menjadi mantan guru seorang Hokage, Kakashi?" Tertawa, Naruto tampak tertawa juga melihat wajah Kakashi yang memerah, "kalau aku tidak merepotkan."
"Maaf kalau kau seperti seorang tahanan. Tetapi kau tahu, kami tidak bisa membiarkan informasi masa depan dibocorkan bukan?"
"Aku mengerti."
{1}
"Shishou, apakah tidak apa-apa membiarkan Naruto bersama ayahnya?" Sakura tampak berbicara dengan Tsunade yang hanya menghela nafas dan memijat dahinya, "kalau sampai membocorkan masa depan—"
"Apa yang bisa kuperbuat Sakura? Naruto tidak pernah merasakan bersama dengan ayahnya dalam keadaan damai seperti ini—ia seorang Hokage, ia sudah dewasa dan mengerti apa yang harus dan tidak harus dilakukan," Sakura hanya bisa tersenyum dan menghela nafas. Yah, Naruto sudah lebih dewasa dari sebelumnya, dan ia berharap itu bertahan hingga mereka mencari cara mengembalikannya.
{1}
"Oke aku sedikit terkejut kau juga berfikir untuk membeli Ichiraku Ramen terlebih dahulu," Minato, tampak masuk ke dalam mansion yang bentuk dan letaknya tidak berubah dari terakhir kali ia menempatinya, "bagaimana kau bisa tahu kalau aku suka ramen?"
"Naah, dia hanya pecinta ramen—bukan hanya sensei tetapi semua orang juga ia tawari," Kakashi tidak bohong. Ia ingat bagaimana Naruto menawari mereka untuk makan ramen beberapa kali semenjak Gennin bahkan saat di akademi Iruka juga ditawarinya. Duduk di ruang tamu, tampak melepaskan jubah Hokagenya.
"Kau tampak sangat muda untuk menjadi seorang Hokage. Berapa usiamu?"
"Dua puluh tahun, tahun ini—" jawabnya sambil tersenyum lebar. Walaupun tidak menjadi Kage termuda, tetapi ia sudah menyandang gelar Hokage termuda.
"Wow, orang tuamu pasti bangga eh?" Naruto tampak tersenyum dan menatap ayahnya. Apakah ayah dan ibunya benar-benar bangga mendengarnya menjadi Hokage, "lalu, siapa namamu?"
"Eh?"
"Tidak bisa diberitahu sensei, itu berpengaruh pada masamu—" Kakashi menghentikannya, melihat Naruto yang benar-benar menahan diri untuk tidak mengatakan siapa namanya.
"Ah, padahal kalau memang ia dua puluh tahun—tahun ini, mungkin saja ia seusia dengan anak yang dikandung Kushina." Menghela nafas dan tersenyum, "kalian mungkin akan menjadi teman yang baik. Ah, kuharap aku bisa mengetahui anakku di masa ini..."
'Aku disini tou-chan...' Naruto tampak menatapnya dengan tatapan sedih. Ayahnya sangat-sangat-sangat dekat—tetapi ia sama sekali tidak bisa mengatakan kalau ia adalah anaknya. Kakashi menatap kearah Naruto dan tampak menoleh lagi pada Minato.
"Aku tidak bisa mengatakan banyak tentang Rokudaime Hokage muda ini," Kakashi menepuk kepala Naruto sambil tersenyum, "tetapi satu hal yang bisa kuceritakan. Ia bisa menguasai jurus Rasenganmu dengan sempurna sensei."
"Wow, benarkah?! Siapa yang mengajarimu?"
"Jiraiya-sensei, ia mengajariku setelah aku sedikit memohon padanya." Minato hanya mengangguk-angguk saja walaupun ia merasa aneh kenapa gurunya bisa memilih anak ini dengan mudahnya. Karena yang ia tahu, Jiraiya benar-benar pemilih dalam hal murid.
"Sejak ia masih di akademi kau adalah orang yang diidolakannya. Ia ingin tahu banyak tentangmu—" Naruto menatap Kakashi yang tampak mengangguk sambil tersenyum. Dalam hati ia berterima kasih pada Kakashi-sensei, sepertinya ini akan berjalan cukup lancar.
"Benarkah? Apa yang kau ingin tanyakan?"
"Aku ingin tahu bagaimana—" dan hari itu, dihabiskan oleh Naruto dan Minato untuk bercerita tentang kehidupan Minato dan juga sedikit pertanyaan tentangnya. Dan tanpa terasa, mereka sudah menghabiskan cukup banyak waktu untuk berbincang dan saat itu jam sudah menunjukkan pukul 1 malam.
"Sensei, apakah kau tidak lelah? Ini sudah pukul 11 malam..." Kakashi tampak menguap dan lelah. Sementara Minato baru sadar dengan hal itu segera menoleh pada Naruto.
"Benar juga, baiklah—sepertinya pembicaraan kita harus tertunda eh?" tersenyum, Naruto tampak sedikit kecewa namun tidak bisa melakukan apapun dan hanya tersenyum seraya mengangguk. Berjalan menuju tiga kamar yang ada di lantai dua, kamar Minato berada diantara kamar Naruto dan juga Kakashi.
"Aku sudah menyuruh bunshinku untuk membersihkan kamarmu to—Yondaime, di kamar juga ada pakaian gantimu. Maaf kalau sedikit kekecilan," sekali lagi Minato hanya mengangguk dan tersenyum sebelum masuk ke kamar sambil mengucapkan selamat malam pada Kakashi dan juga Naruto.
...
"Aku ingin kesuatu tempat, Kakashi-sensei—kuserahkan tou-chan padamu..." Kakashi tampak bingung namun pada akhirnya mengangguk. Naruto melakukan shunshin dan keluar dari rumah itu meninggalkan Minato dan Kakashi.
'Apa yang kau rencanakan gaki?' Kyuubi tampak menyadari raut wajah Naruto yang tampak serius. Naruto sendiri tampak terdiam sejenak seolah tidak mendengar apa yang dikatakan Kurama saat itu.
'Sesuatu yang ingin kupersiapkan jika terjadi kemungkinan terburuk yang kufikirkan—' berhenti di sebuah tempat yang terlihat seperti sebuah toko bunga, berhenti di salah satu jendela dan mengetuk pelan jendela itu menunggu seseorang membukanya. Tidak butuh waktu lama saat jendela itu terbuka dan menunjukkan seorang perempuan berambut pirang dan juga seorang pemuda berambut hitam dengan model nanas.
"Hehehe, sepertinya aku mengganggu kalian?"
"Kalau kau sudah tahu, kenapa kau masih melakukannya Rokudaime-sama~?" Suara itu benar-benar terdengar manis—terlalu manis hingga ia bergidik ngeri. Shikamaru hanya bisa menghela nafas dan bergumam 'mendokusei' sambil menggaruk kepala belakangnya.
"Aku ingin mempercepat rencana kita..."
{1}
"...me... Rokudaime...?"
Suara itu tampak sedikit mengganggunya yang tengah terlelap. Mencoba untuk mengerjap dan melihat apa atau siapa yang mengganggu tidurnya. Menemukan sosok yang sangat mirip dengannya itu kini tengah tersenyum dan duduk di sisi tempat tidurnya.
"Kau bisa sakit kalau tidur disini kau tahu?" Naruto tampak mencoba menggerakkan tubuhnya, menyadari kalau ia menghabiskan waktu semalaman untuk memulai apa yang sedang ia rencanakan. Merenggangkan tangannya dan tampak membalas senyumannya, "apa yang sedang kau kerjakan?"
"Fuinjutsu, sudah hampir satu tahun aku mengerjakannya dan sedikit lagi selesai," Minato yang memang mendalami dan menyukai Fuinjutsu mencoba untuk melihat itu. Naruto tidak keberatan sama sekali dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya karena itu adalah milik ayahnya yang tidak terselesaikan.
"Hei, itu adalah formula yang juga sedang kukembangkan bukan? Kau mencoba menyempurnakannya?" Naruto hanya mengangguk sambil tersenyum lebar. Minato tampak benar-benar kagum dengan apa yang dilakukan. Terakhir kali, ia mencoba menyempurnakannya baru selesai hingga 20% dan sekarang ia bahkan bisa menjamin kalau hanya butuh beberapa minggu untuk menyelesaikannya.
Kakashi yang tampak baru saja tiba di ruangan itu tampak tersenyum dibalik penutup mulutnya, melihat bagaimana pasangan ayah dan anak itu tampak akrab saat berdiskusi walaupun Minato tidak mengetahui kalau yang ada di sampingnya saat itu adalah anaknya.
"Apakah aku mengganggu?" Kakashi mengetuk pintu ruangan itu. Minato dan Naruto tampak sama-sama menoleh dan tampak menggeleng, "aku ingin memanggil Rokudaime karena ada pertemuan dengan Godaime Kazekage~"
Membenturkan kepalanya, tampak benar-benar lelah karena ia memang baru saja bangun dari tidurnya dan semalaman terjaga hanya untuk ini.
"Jangan gunakan Kagebunshin, itu pesan Tsunade-sama. Tetapi kalau untuk menemani Minato-sensei, ia memperbolehkan." Kakashi tersenyum saat melihat Naruto yang membulatkan matanya sebelum tersenyum juga. Minato tampak sedikit bingung dengan apa yang dikatakan mereka.
"Memangnya apa yang kau lakukan dengan kagebunshin Rokudaime?" Menoleh dan menghela nafas, satu pertanyaan yang selalu ia dapatkan ketika Tsunade juga bertanya tentang paperwork dan juga kagebunshin. Yang benar saja, ia pasti bertaruh kalau Sandaime akan menanyakan hal yang sama dengannya kalau saja ia masih hidup.
"Ingat kalau kagebunshin bisa mentransfer memorinya saat bunshin itu menghilang?" Minato mengangguk dan tampak Naruto membentuk sebuah bunshin sebelum memakai jubahnya dan akan berbalik pergi sebelum menoleh pada ayahnya lagi dengan senyuman lebar, "kalau begitu satu kata untukmu, laporan!"
...
"EEEEEEH!" Dan teriakan itu yang terdengar dari rumah sang Rokudaime Hokage saat itu.
{1}
Sudah satu bulan lamanya Minato berada di masa depan, semua warga Konoha sudah diberitahu tentang kedatangannya dan bersikap biasa saat melihat sang Rokudaime Hokage yang sering terlihat bersama dengan ayahnya itu.
Mereka juga tahu kalau mereka tidak diperbolehkan untuk memberitahu kalau sang Rokudaime adalah anak dari sang Yondaime Hokage.
Selain menemani ayahnya dan menghabiskan waktu sebanyaknya bersama dengan ayahnya, Naruto mencoba untuk menyelesaikan fuin yang ada di tempatnya itu sambil memikirkan bagaimana caranya mengembalikan ayahnya ke masanya serta Obito.
Di ruangannya yang ada di rumahnya, tampak Ino yang duduk berhadapan dengan Naruto. Keduanya tampak menutup matanya seolah Ino sedang menggunakan Shintenshin pada Naruto. Dan memang itu yang mereka lakukan selama 1 jam lamanya.
Dan saat Ino membuka matanya, ia tampak cukup lelah, dan mencoba untuk mengusap air matanya yang keluar begitu saja.
"Maa, apa yang kau tangisi Ino?" Naruto tampak tertawa melihat temannya itu yang tampak hanya menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
"Bagaimana kau bisa terus tersenyum dengan semua yang kulihat itu? Semuanya—sangat mengerikan," Ino tampak hanya menghela nafas dan melihat kearah segel yang ada di pangkuannya. Beberapa hari yang lalu, Naruto berhasil menyempurnakan fuin yang dibuat oleh ayahnya itu, dan ia membutuhkan bantuan Ino untuk benar-benar menyempurnakannya.
"Kenapa kau benar-benar ingin menyelesaikan ini sebelum ayahmu kembali?"
"Kau tahu kalau Obito juga kembali ke masa ini bukan," Ino hanya mengangguk dan menunggu apa yang dikatakan oleh Naruto, "kalau sampai ia di masa 20 tahun yang lalu berada disini—kemungkinannya adalah, ia mengincar—"
DHUAR!
Belum selesai Naruto berbicara saat ledakan tiba-tiba saja terjadi menghancurkan salah satu sisi dari dinding yang ada di ruangan itu. Menoleh di kepulan asap itu untuk menemukan seseorang berdiri disana.
"Kau—" Naruto tampak berdiri di dekat Obito, di depan Ino yang membawa sebuah gulungan di tangannya. Di depan mereka pria bertopeng spiral yang mereka kenal dengan Obito tampak bersiap menyerang mereka, "Ino, pergi dari sini, aku tidak ingin gulungan itu sampai hancur…"
"Tetapi—"
"Kau tahu bagaimana kekuatannya, cepat pergi—" Naruto masih menatap Obito saat berbicara dengan Ino. Ino yang tampak ragu pada akhirnya hanya bisa mengangguk dan segera pergi dari sana minimal memanggil ANBU dan juga Sasuke.
"Ingin menyelamatkan gadis itu Namikaze Uzumaki Naruto?" Membulatkan matanya, tampak terkejut saat Obito mengatakan itu seolah ia mengetahuinya, "aku menemukan catatan yang ditinggalkan oleh diriku di masa ini. Dan, melihat situasi sepertinya tidak berjalan lancar huh? Tetapi dengan catatan itu, aku bisa merencanakan apa yang gagal di masa ini…"
"Apa yang kau inginkan…"
…
"Seharusnya kau tahu bukan? Aku ingin apa yang ada di dalam tubuhmu—" tentu, Naruto mengerti kalau apa yang diinginkan pemuda itu adalah chakra Kyuubi di tubuhnya. Dan kalau itu ia lakukan, sama artinya ia membunuh dirinya sendiri.
'Tetapi kalau aku melakukan itu—' menutup matanya, tampak menghela nafas sebelum membuka mata dan menatap Obito, "kalau aku melakukannya, apakah kau akan menyerang Konoha? Apakah…kau akan menggunakan Kyuubi untuk menghancurkan Konoha dan juga membunuh mereka berdua?"
"Tergantung dengan apa yang akan menjadi rencanaku," terdiam sejenak dan tampak memikirkannya, "dan mungkin tidak akan kulakukan karena sebut saja instingku…"
'Tanda Hiraishin itu tidak bisa menghilang sampai kapanpun. Kau tidak mengetahui itu bukan Obito…?'
Naruto tampak menyerengit, mengeratkan genggaman tangannya sebelum melepaskan chakra Kyuubi dari tubuhnya dan kembali pada mode normalnya.
'Apa yang kau lakukan Gaki!'
'Kalau seperti ini, kau juga tidak akan dianggap monster oleh orang-orang Konoha bukan?' Tersenyum tipis, tampak menatap tajam kearah Obito di depannya, "aku tidak akan melawan… Lakukan apa yang kau ingin lakukan."
Dan saat itu, yang dilihat oleh Naruto hanyalah mata sharingan yang berputar di depannya dan semuanya tampak samar serta perlahan menjadi gelap.
"Naruto!"
{Minato's POV}
Aku berlari kearah kamar Rokudaime bersama dengan Kakashi setelah terdengar ledakan dari sana. Chakra yang terasa disana juga tampaknya bisa kutebak kalau itu adalah chakra dari pria bertopeng yang membawaku kemari. Tetapi, lagi-lagi aku bisa merasakan chakra Kyuubi—darimana…
"Kakashi, Rokudaime—apakah ia memiliki chakra Kyuubi?" Kakashi yang mendengar itu tampak terlihat terdiam dan menghela nafas. Melihat itu, tanpa menunggu jawabanpun aku bisa tahu apa yang menjadi jawaban dari Kakashi.
"Ya—Rokudaime-sama… Memiliki chakra Kyuubi." Kalau ia memiliki chakra Kyuubi, dimana Kushina? Apa yang terjadi padanya—dan kalau terjadi apa-apa saat persalinan anak kami, bagaimana keadaan anakku? Hanya itu yang ada di fikiranku.
"Aku tidak akan melawan, lakukan apa yang ingin kau lakukan…"
Suara itu tampak terdengar dari sumber ledakan. Aku terkejut dan segera mencoba membuka pintu ruangan yang tampak retak, untuk melihat pria bertopeng itu mengeluarkan mata sharingannya dan berdiri di depan—
"NARUTO!"
Kakashi tampak berlari sambil memanggil nama yang sangat familiar di telingaku. Nama yang kudapatkan dari Jiraiya-sensei beberapa bulan yang lalu—yang akan kugunakan untuk anak kami nanti.
'Jadi dia—'
{End of Minato's POV}
"Squad 3 dan 4 bantu Yamanaka untuk melacak keberadaannya! Squad 2, bersama Shikamaru buat strategi untuk menyelamatkan Rokudaime Hokage!" Sasuke tampak mencoba untuk membagi semua squad ANBU yang ada di Konoha dengan cepat. Setelah ledakan yang terdengar di tempat tinggal sang Hokage, Kakashi mendatanginya dan mengatakan kalau Naruto diculik oleh Obito.
"Sensei—" Kakashi mendatangi Minato yang tampak terdiam dan duduk di salah satu kursi, "—kau tidak apa-apa?"
"Dia Naruto...selama ini, anakku ada di depan mataku," Kakashi tampak diam hanya menatap sang Yondaime Hokage yang benar-benar shock dengan apa yang terjadi, "kenapa ia menjadi Jinchuuriki? Dimana aku dan juga Kushina?"
...
"Aku akan mengatakan padamu nanti sensei—kita harus menyelamatkan Naruto. Tetapi—" Kakashi yang sudah berjalan menjauhi Minato tampak menghentikan langkahnya lagi, "—aku bisa katakan kalau apa yang akan kusebutkan ini...tidaklah baik untukmu..."
Dan Minato hanya bisa mengerutkan dahinya bingung—namun memiliki pemikiran tentang apa yang akan dikatakan oleh Kakashi.
{1}
"Segel yang dilepas dari Kyuubi memang menunjukkan kalau kau sudah bisa menguasai chakra Kyuubi sepenuhnya. Tetapi—" Obito yang berdiri di salah satu bebatuan yang ada di sana tampak menatap Naruto yang terikat dengan tali yang terbuat dari fuin (yang dulu juga mengikat ibunya) dan berada di depannya, "—itu membuatku mudah untuk menguasainya..."
'Apa yang kau lakukan gaki! Kau ingin aku dikuasai oleh orang itu lagi?!' Naruto tampak tidak bisa fokus dengan apa yang ada di sekelilingnya saat fuin yang menempel padanya perlahan mengeluarkan chakra Kyuubi dalam tubuhnya.
'Tou-chan akan menyelamatkanmu—aku tahu itu, kau dianggap monster karena perah menghancurkan desa. Kalau—malam itu kau tidak menghancurkan desa, kau tidak akan dibenci oleh orang-orang Konoha—' jeda sejenak, bahkan untuk bernafaspun ia sudah semakin susah untuk melakukannya, 'lagipula, aku tidak akan meninggalkanmu—tidak akan pernah...partner...'
"Sedikit lagi—" matanya tampak menatap sharingan yang ada di lubang topeng pemuda itu. Membuat mata biru itu berubah menjadi merah dan menjadi mata sharingan yang sama dengannya, "kau akan menjadi milikku Kyuubi..."
'Apakah seperti ini yang dirasakan oleh Chiyo-baa-chan dan juga kaa-chan? Tubuhku—' di alam fikirannya, ia bisa melihat bagaimana wujud Kyuubi semakin menghilang dari hadapannya. Sebelum itu terjadi, Naruto tampak mencoba untuk membentuk sebuah fuin yang ia letakkan pada tubuh Kyuubi.
'Apa yang kau lakukan Gaki?'
"Sudah kukatakan—" menunduk sejenak untuk mengambil nafas, memberikan senyuman pada Kyuubi saat itu, "—aku tidak akan meninggalkanmu sampai kapanpun..."
Itu kata-kata terakhir dari Naruto yang di dengar oleh Kyuubi sebelum chakranya benar-benar menghilang dari tubuh sang Rokudaime Hokage.
"Selamat tinggal—Kurama..."
{1}
Saat Sasuke dan beberapa Squad sampai di tempat dimana Naruto berada dengan bantuan para shinobi yang melacak chakra Kyuubi milik sang Hokage, yang mereka temukan hanyalah Obito yang berdiri diam sementara sosok Naruto tampak tergeletak begitu saja di depannya.
"Aku sudah dapatkan chakra Kyuubi—" Obito tampak menatap tubuh Naruto yang tampak tidak berdaya di depannya. Mendengar itu, Minato yang tampak pertama kali bereaksi dan segera bergerak menggunakan Hiraishin ke dekat Obito.
"Sensei!" Kakashi melihat bagaimana Minato sudah berada di belakang Obito dan tampak mengacungkan kunai di lehernya. Kakashi harus menghentikannya—kalau sampai Minato tahu ia membunuh Obito, itu tidak akan menjadi hal yang baik.
"Yondaime Hokage—aku tidak menyangka kalau kau akan terlambat mendatangi tempat ini. Tetapi apapun yang kau lakukan, aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan—" Minato masih menatap tajam kearah Obito yang masih terlihat tenang, "berterima kasihlah pada anakmu. Aku tidak membunuh kalian berdua dan juga anakmu di masa kita…"
"Apa—"
"Naruto!" saat Kakashi mencoba untuk mendekati gurunya dan juga mantan rekan satu timnya itu, Sakura dan juga Sasuke serta beberapa ninja lainnya tampak mendekati Naruto yang tidak bergerak dari tempatnya.
'Chakra Kyuubi benar-benar sudah menghilang dari tubuhnya—melihat apa yang harusnya terjadi pada Gaara saat Shukaku diambil Akatsuki—' Sakura mengecek keadaan Naruto dan hanya bisa terdiam dengan dahi yang berkerut sebelum menutup matanya, 'ia—'
"Sakura?" Sasuke melihat Sakura yang menggelengkan kepalanya. Seharusnya ia tahu, Jinchuuriki yang kehilangan bijuunya tidak akan mungkin selamat. Tetapi yang benar saja—yang berada di depannya bukanlah Shinobi biasa. Ia adalah orang yang kuat—memimpin semua orang saat peperangan itu, "kita harus menemui Tsunade-sama…"
"Y—ya, Shishou pasti tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan—"
"Kalian tahu… kalau tidak ada yang bisa dilakukan bukan," suara yang lemah dan juga berbisik itu tampak mengalihkan perhatian keduanya dan mereka menoleh pada Naruto yang sudah berada di punggung Sasuke, "hanya karena darah Uzumaki yang membuatku bertahan dan memiliki sedikit waktu—sama seperti kaa-chan…"
"Jangan mengatakan hal yang aneh-aneh dobe—kau adalah Hokage dan bukan orang lemah yang dengan mudahnya tewas hanya karena ini," Naruto tertawa pelan mendengar penuturan sahabatnya—mantan missing nin itu.
"Tidak apa-apa, aku tahu ini akan terjadi sejak tou-chan dan juga Obito muncul…aku sudah memperhitungkan hampir semuanya," Ino yang tampak baru sampai terlihat terkejut dengan keadaan Naruto dan pada akhirnya mengerti kenapa Naruto melakukan semuanya, "dan kukira, kau juga sudah mendapatkan jawabannya bukan—Ino?"
…
"Kau fikir aku akan menyerah begitu saja sepertimu? Aku akan membawamu kembali ke Konoha dan menemui Tsunade-sama," Sasuke segera bergerak cepat untuk membawa Naruto di punggungnya. Begitu juga dengan Sakura, Ino dan semua shinobi yang ikut menyelamatkan Naruto.
Minato masih berada di belakang Obito sementara Kakashi tampak mencoba menghentikan mantan gurunya itu. Melihat Naruto yang dibawa oleh Sasuke, ia segera menoleh pada Minato.
"Sensei, ini bukan saat yang tepat untuk melakukan ini—kita harus menyelamatkan Naruto," Minato menoleh pada Kakashi sebelum menoleh kearah Sasuke yang membawa Naruto. Mengeratkan genggamannya pada kunai di tangannya sebelum menutup matanya dan melakukan Shunshin meninggalkan Obito sendirian disana.
"Satu hal yang bisa aku lakukan sekarang—adalah menunggu sensei untuk menyadari cara untuk kembali ke masa lalu…"
{1}
"Aku akan mencoba untuk memberikan chakraku, jangan kau berani-berani untuk menyerah Naruto," terima kasih untuk Minato yang langsung menggunakan Hiraishin untuk membawa Naruto ke Konoha. Tsunade segera menangani sang Rokudaime Hokage, namun dengan segera Naruto menghentikannya.
"Aku tidak ingin baa-chan sampai menghabiskan chakra dengan sia-sia, apalagi menggunakan teknik yang sama seperti Chiyo-baa-chan," Naruto hanya menghela nafas dan menatap kearah semuanya, "lagipula, sudah kukatakan kalau aku sudah tahu akan berakhir seperti ini."
…
"Tetapi, kalau dengan ini aku bisa menyelamatkan tou-chan dan juga kaa-chan…" menatap Minato yang berusaha keras untuk menahan tangisnya, ia hanya bisa mengeratkan giginya. Ia juga tahu tidak akan mungkin seorang Jinchuuriki akan bertahan setelah bijuu terlepas dari tubuhnya, "aku sudah cukup senang karena kali ini aku bisa menyelamatkan kalian berdua…"
Minato tidak mengerti, apa yang terjadi padanya—tetapi ia tahu kalau ia sudah melakukan hal yang buruk pada anaknya.
"Ah, aku benar-benar lelah," menghela nafas dan menghembuskannya dalam-dalam, menutup matanya sejenak sebelum membukanya dan melihat kearah Sasuke dan juga yang lainnya termasuk Hinata, "aku hanya menyesal karena satu hal saja…"
Dan baik Kakashi, Sasuke, dan Sakura tampaknya mengerti saat mata Naruto tertuju pada Hinata. Toh mereka yang merupakan sahabat dan juga rekan Naruto yang paling dekat dengannya dan tahu hampir semuanya.
"Maafkan aku Hinata-chan… Sasuke, Sakura-chan, Kakashi-sensei… Tsunade-baa-chan… minna…" menatap Tsunade lalu ayahnya, tampak tersenyum selebar dan setulus yang bisa ia lakukan walaupun saat ini air matanya tampak keluar di ujung matanya, "di masa ini… aku kehilangan kalian berdua, tetapi—kuharap dengan semua ini, aku tidak akan kehilangan kalian untuk yang kedua kalinya…"
"Kenapa, seharusnya aku yang melakukannya—seharusnya aku yang mengorbankan diriku untukmu… itu adalah tugas seorang ayah," ia tidak lagi memperdulikan saat air matanya mengalir, Minato hanya menatap anaknya yang ia tunggu selama 8 bulan itu sekarang berada di depannya, "kau tidak seharusnya melakukan itu."
"Aku tahu itu, tetapi untuk kali ini… aku ingin menunjukkan terima kasihku padamu tou-chan," tertawa pelan dan mata sapphire itu tampak semakin tertutup oleh kelopak mata yang semakin memberat, "tou-chan, terima kasih untuk semuanya… untuk terakhir kalinya, dan kurasa tidak cukup untuk aku mengatakannya. Tetapi—terima kasih… untuk semua yang kau dan kaa-chan lakukan untukku…"
Itu adalah kalimat yang terakhir kali terdengar, sebelum mata itu menutup dan nafas itu berhenti begitu saja. Saat Uzumaki Namikaze Naruto, Rokudaime Hokage berusia 20 tahun itu tampak seolah tertidur dengan pulas dan tidak akan terbangun lagi.
[To be Continue]
Karena prologue dibagi dua saya langsung double update, silahkan ke chapter kedua sebelum review~ ^^
