Terimakasih buat semua pembaca yang masih mau menunggu dan mengikuti cerita ini. Sekali lagi, aku berterimakasih pada kalian semua. Tanpa kalian, cerita ini bukanlah apa-apa.

Buat para guest, bila kalian mengkritik dengan cara yang pedas, aku hanya mengambil kritikan yang kalian berikan dan intropeksi diri, sementara cara salah yang kalian lakukan, tidak terlalu aku pikirkan. Karena pada dasarnya, niat kalian adalah mengkritik walaupun dengan cara yang salah.

.

.

.

Warning!

GS story.

Fem!Jaejoong.

Pairing YunJae. Slight!SeungJae.

.

.

.

Tidak suka?

Jangan baca!^^

Masih nekat baca?

Kalau begitu, siapa yang mempersulit diri sendiri?^^

Terimakasih banyak!^o^)r~~

.

.

.

Chapter 16A

Pagi itu, Jaejoong bangun terlalu cepat. Matanya terbuka begitu saja padahal tidak ada apapun yang terjadi. Saat ia menoleh ke jam kecil yang ada di atas nakas samping tempat tidur, jarum masih menunjukkan angka 5. Biasanya ia akan terbangun pukul 6, menyiapkan segalanya seperti sarapan, pakaian Yunho, dan yang jelas semua itu dilakukannya sebelum Yunho bangun.

Sudah tiga bulan sejak pernikahannya dengan Yunho. Sejauh ini tidak ada hal besar atau apapun yang terjadi. Mereka juga jarang bertengkar atau berdebat, bahkan nyaris tidak pernah, mungkin karena sebelum menikah hubungan mereka sudah lebih jauh dan mereka pun sudah tinggal bersama. Jadi hari-hari yang mereka jalani setelah menikah hanya lebih bahagia dari sebelumnya, mensahkan hubungan keduanya dimata hukum dan agama.

Jaejoong terduduk dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang.

Yunho masih terlelap di sampingnya. Tidak terusik sama sekali dengan gerakan yang dibuat Jaejoong barusan.

Jaejoong mendesah, dan melihat ke sekeliling. Apa yang harus dilakukannya sepagi ini. Masih terlalu pagi untuk memasak makanan, dan masih terlalu pagi menelepon anak-anaknya untuk bangun. Yang ada Seunghyun akan mengamuk jika ia mengganggu dipagi buta seperti sekarang.

"kenapa sudah bangun?"

Jaejoong terkesiap saat tangan kekar Yunho memeluk pinggangnya.

"kau sudah bangun? Tidurlah lagi. Ini masih terlalu pagi." Jaejoong mengusap tangan Yunho yang ada di tubuhnya seolah sedang menimang anaknya yang terbangun ditengah malam dan menyuruhnya untuk terlelap kembali.

Senyuman kecil menghiasi wajah tampan Yunho. Kemudian ia menjawab, "kau pikir aku Joon dan Hanna? Yang bisa kau suruh tidur lagi jika belum waktunya bangun?"

"padahal aku tidak bermaksud apa-apa, ya sudah kalau kau memang ingin terjaga sampai nanti. Tidak ada masalah apapun bagiku."

Yunho langsung bangkit dari posisinya dan mengangkangi tubuh kecil Jaejoong yang berada di bawahnya. Dengan kedua lututnya yang menahan berat tubuhnya agar tidak menimpa tubuh Jaejoong sepenuhnya.

Sementara Jaejoong sudah membulatkan kedua mata besarnya karena tindakan Yunho barusan.

"kau mau apa?" tanya Jaejoong berupura-pura tidak mengerti dan melemparkan senyuman penuh arti padanya.

Kedua tangan Yunho menyangga di bagian kepala ranjang yang ada di belakang Jaejoong, sementara wajahnya sendiri hanya berjarak sedikit saja dari wajah istri cantiknya itu.

"kau tidak pernah mendengar istilah morning seks?"

Jaejoong terlihat berpikir, kemudian ia tertawa keras setelahnya.

"pernah. Jadi kau ingin melakukannya?"

"Mm.."

"kau beberapa jam lagi bekerja. Tidak takut kelelahan?"

"tidak. Kau lupa kalau kita bercinta, kau lah yang selalu kelelahan. Jangan meremehkan Jung Yunho, sayang."

"aku tidak meremehkanmu. Tapi aku hanya khawatir, karena kali ini semangatku sangat berbeda dari biasanya."

Jaejoong langsung meraup bibir Yunho dan mendominasi ciuman. Yunho hampir tersedak saat menerima serangan mendadak dari Jaejoong. Ia memegangi tengkuk Jaejoong, dan berusaha mengimbangi. Tapi gerakan Jaejoong tidak bisa Yunho lawan, dan akhirnya Yunho hanya bisa mengikuti apa yang diinginkan Jaejoong.

Jaejoong menciumi bibir suaminya dan menelusupkan lidahnya ke dalam sana. Saat Yunho menggigiti bibir bawahnya, Jaejoong tidak mau kalah. Ia mengeluarkan lidahnya dan balas melumat bibir atas Yunho dengan agresif.

Dengan tergesa-gesa dan sangat menggebu, Jaejoong terus menghisap, melumat dan menghabisi mulut Yunho. Ia menarik tengkuk Yunho, dan menekan kepala Yunho agar melakukan lebih. Ia merasa belum puas, Yunho harus menciumnya lebih dari ini. Ia menginginkan ciuman yang panas. Kalau bibir Yunho diibaratkan permen, mungkin bibir itu sudah lenyap sedaritadi karena dikunyah habis oleh Jaejoong.

Ditengah ciumannya Yunho tersenyum lebar.

"hei, tenanglah. Kenapa terburu-buru? Tidak akan ada yang merebutku. Kau bertingkah seolah di belakangku ada wanita lain yang menunggu giliran untuk kucium."

Jaejoong melepaskan tautan bibirnya, dan sedikit menjauhkan wajahnya dari Yunho.

"apa katamu? Kata-katamu terlalu meninggi. Aku sedang sangat bersemangat saat ini. Bukankah ini semua karena usulmu yang mengatakan morning seks?" tangan lentik Jaejoong mulai gatal dan menjelajahi daerah perut Yunho terus mengarah ke daerah pangkal paha Yunho, dan mengusap sebuah gundukan yang masih tertutupi kain di bawah sana. Ia melanjutkan,

"Kurasa karena kita melakukannya saat pagi hari setelah bangun tidur, tenagaku lebih kuat dari sebelum tidur Yunho sayang." Jaejoong tertawa, dan kembali menciumi bibir hati Yunho.

Jaejoong berguling, dan menjatuhkan tubuh Yunho di sebelahnya. Ia mulai menaiki tubuh kekar Yunho dan menumpukan kedua telapak tangannya di dada sang suami. Ia tersenyum nakal, dan berniat menggoda Yunho.

Perlahan, ia mulai membuka satu persatu kancing piyama yang dikenakan Yunho. Setelah semua kancing piyama terbuka, tangan Jaejoong menggerayangi seluruh bagian dada Yunho yang sangat berbentuk.

Lagi-lagi Yunho tertawa geli.

"baiklah, baiklah. Kuizinkan kau melakukan apapun yang kau inginkan. Kuizinkan kau mendominasinya kali ini."

"aku tidak membutuhkan izinmu. Kalaupun kau tidak mengizinkan, aku tetap akan melakukannya dan memaksa."

Jaejoong melepaskan lengan piyama Yunho, dan ia mulai beringsut turun. Untuk membuka celana Yunho.

"bukankah terlalu cepat?"

"diamlah!"

Yunho sudah tidak mengenakan apapun sementara Jaejoong sendiri masih mengenakan pakaiannya.

Jaejoong kembali menaiki perut Yunho dan menggoda suaminya. Ia mengelus kejantanan Yunho yang ternyata sudah tegak. Ia menggerakkan tangannya perlahan, mulai mengurut benda itu dengan gerakan yang erotis.

"Ahh.. Jaejoong! Ah!"

Tapi hanya sampai disitu, Jaejoong menarik tangannya dan tidak melanjutkan kegiatannya.

Mata Yunho membesar dan ia berniat protes. Namun saat melihat Jaejoong yang mulai membuka pakaiannya, ia jadi terdiam dan memilih untuk memperhatikan. Istrinya sudah membuka pakaian atasnya, dan di dadanya hanya tersisa sebuah bra bewarna biru muda. Jaejoong menggapai pengait yang ada di punggungnya, dan akhirnya tubuh atasnya sudah terbuka semua.

Yunho memperhatikan kedua buah dada istrinya sedikit lebih lama. Ia mengamati, dan mulai menggerakkan tangannya untuk menyentuh salah satu benda favoritnya itu. Sambil memilin lembut puncak payudara Jaejoong yang sudah mengeras, Yunho bergumam.

"kupikir payudaramu ini semakin membesar sayang."

"benarkah?" Jaejoong yang tadinya tengah memperhatikan wajah Yunho yang menikmati buah dadanya langsung mengalihkan pandangan pada dadanya sendiri. Membesar? Apakah aku harus senang dengan kenyataan itu? Pikirnya.

"kenapa kau bisa berpikir kalau benda ini semakin besar?" tanya Jaejoong penasaran.

Dahi Yunho mengkerut bingung, "tentu saja. Aku yang menikmati ini setiap hari, jadi kalau ada perubahan tentu saja aku menyadarinya."

Jaejoong manggut-manggut pertanda ia paham apa yang dijelaskan Yunho.

Sementara Yunho tengah asik menggerayangi dada Jaejoong, tanpa sadar Jaejoong lupa kalau awalnya ia ingin mendominasi permainan ini.

"Aw!"

Jaejoong menjerit saat Yunho mengangkat tubuhnya dan membalikkan keadaan sehingga kini Jaejoong lah yang di bawah, dan Yunho berada di atas, bersiap untuk bertempur.

Jaejoong sempat memberengut sebentar, lalu ia memberikan titah kepada Yunho, "tidak apa. Asalkan kau harus lebih hebat dari sebelumnya. Aku menginginkan yang luar biasa saat ini."

"jangan menyesal ya?"

"tidak akan menyesal." Jawab Jaejoong mantap.

Yunho menunduk dan mulai menciumi istrinya lagi. Karena pakaian atas Jaejoong sudah terbuka, ia jadi punya mainan baru setelah daritadi hanya berciuman saja. Tangan besarnya meremas dada Jaejoong dan memainkan puncaknya yang begitu imut menurut Yunho. Ia sangat gemas, sampai-sampai ia tidak sadar telah mencubiti dan memilin benda mungil itu.

Yunho membuka celana dalam Jaejoong, dan menurunkan benda itu menggunakan kedua kakinya yang ada di bawah sana.

Jaejoong tersentak saat ada sesuatu yang menyundul perutnya.

"apa itu?"

"apa lagi? Tentu saja benda kesayanganmu, Jaejoong sayang."

"keras sekali."

Yunho terus menciumi bibir merah Jaejoong dan melumatnya dengan gerakan lembut. Sesekali mengecupnya, dan kembali melumat lagi dengan permainan lidah di antara keduanya.

Sementara di bawah sana, Yunho sedang berusaha memasukkan kejantanannya yang sudah berdiri sempurna dengan bantuan sebelah tangannya yang bebas.

Baru kepalanya saja yang masuk, Jaejoong sudah merasakan ada sesuatu yang sedang berusaha memasukinya. Tapi ia menahannya, dan hanya fokus pada bibir Yunho. Ia berharap Yunho segera menyelesaikan pekerjaannya.

"Ah!"

Jaejoong menjerit saat Yunho melesakkan kejantanannya yang besar dan panjang itu begitu saja. Lubang kewanitaannya terasa penuh dan menghangat karena adanya kejantanan Yunho di dalam sana.

"aku bergerak sekarang?"

Jaejoong hanya mengangguk sambil memejamkan mata.

Yunho mulai mengangkat pinggulnya dan bergerak perlahan mengeluarkan kejantanannya kemudian memasukkannya kembali. Ia terus melakukan kegiatan itu berulang-ulang. Sampai semakin lama gerakannya semakin cepat, dan ujung kejantanannya menabrak sesuatu yang membuat Jaejoong menjerit keenakan.

"lebih cepat Yunho~ ya, tolong disana. Terus. Lebih cepat Yunho! Disana! Ah!"

Jaejoong meracau tidak jelas dan meminta Yunho untuk mempercepat gerakannya. Yunho hanya menuruti dan menggerakkan pinggulnya semakin cepat. Ranjang yang mereka tempati ikut berderit dan berguncang karena kegiatan yang sedang mereka lakukan. Yunho terus menghujam lubang kewanitaan Jaejoong dengan sangat keras dan semakin tidak terkendali. Sampai akhirnya mereka berdua sama-sama mencapai puncak kenikmatan.

Nafas keduanya terengah, tidak ada percakapan seperti sebelumnya. Jaejoong berusaha mengatur nafasnya, sementara Yunho masih belum puas. Kemudian Yunho menarik Jaejoong untuk duduk dipangkuannya dengan kejantanannya yang masih tertanam di lubang kewanitaan Jaejoong.

Jaejoong sedikit kaget dan melihat wajah Yunho yang ada di depannya.

"tidak masalah bukan? Kau yang memintanya."

"lakukan saja, jangan terlalu banyak memperingatiku Jung Yunho."

"kau harus bergerak."

"aku mengerti."

Jaejoong mulai memeluk leher Yunho, sementara kedua tangan Yunho menggenggam pinggang rampingnya dan berusaha membantu Jaejoong untuk bergerak naik turun. Ia mulai bergerak dan menunggangi Yunho.

Tubuh Jaejoong bergerak naik dan turun. Yunho menyukai gerakan ini. Dengan tubuh Jaejoong yang berada di atasnya, kedua kaki istrinya yang melingkar di pinggangnya membuat lubang Jaejoong jadi mengetat dan menghisap habis penisnya dengan cukup kuat.

Kedua buah dada Jaejoong yang ikut bergoyang di depan wajahnya, membuat Yunho jadi gemas dan menginginkan benda itu berada di mulutnya. Yunho mulai menghisap puting susu milik Jaejoong. Ia memainkan lidahnya disana, dan mengulumnya dengan sangat nikmat. Sementara Jaejoong bersusah payah bergerak, ia malah sibuk sendiri dengan 'menyusu'.

Mereka terus bergerak dan tidak berhenti sampai satu jam kedepan.

.

.

.

Setelah tadi mereka bercinta dengan sangat panas dan tidak seperti biasa, Yunho langsung memejamkan matanya kembali, seolah ingin tidur, menikmati sisa-sisa kenikmatan yang tadi mereka buat.

"jangan tidur. Kau haus berangkat kerja jam delapan nanti Yunho. Kau pasti kesiangan kalau memilih tidur sekarang."

Jam sudah menunjukkan pukul 6:30. Walaupun dengan waktu yang singkat, mereka melakukannya dengan sangat baik.

"tidak ada sarapan pagi ini." Jaejoong memperingati.

Tidak ada jawaban apapun dari Yunho, ia tetap memejamkan mata dan hanya mendengarkan semua perkataan Jaejoong sambil tersenyum kecil.

Jaejoong menyibakkan selimut yang menutupi tubuh polosnya. Ia hendak mandi dan membersihkan diri. Tapi, tiba-tiba ia teringat kalau belum menelepon kedua anaknya pagi ini. Jaejoong pun mengambil ponselnya dan menekan nomor telepon rumah Seunghyun.

"mommy!" teriak Hanna dengan riang di ujung sana.

"sedang apa sayang?"

Sambil terpejam, Yunho masih dapat mendengar Jaejoong yang tengah menelepon. Istrinya memang rutin menelepon kedua anaknya setiap pagi. Bahkan setelah bercinta dan menguras banyak tenaga beberapa saat yang lalu pun, Jaejoong tetap mengingat anaknya dan menelepon. Yunho menyukai sifat penyayang dan perhatian Jaejoong. Yunho pun berguling ke samping dan merubah posisi tidurannya sambil tetap memejamkan mata.

"sedang sarapan, mom."

"Joon? Ayah kalian?"

"daddy dan Joon juga sedang sarapan. Sebentar lagi kami akan berangkat sekolah."

"tidak ada masalah disana bukan?"

Hanna menggeleng, walaupun tidak dapat dilihat oleh Jaejoong. "tidak ada mom."

"kalian sarapan apa?" tanya Jaejoong lagi.

"roti dengan selai."

"roti?"

"ya, tadi malam daddy membelinya di supermarket karena sereal yang kemarin mommy belikan sudah habis. Dihabiskan Joon saat ia menonton pada malam hari."

"Apakah penting kau mengatakan itu pada mommy?!"

"tapi mom memang bertanya!"

Terdengar sedikit perdebatan Joon dan Hanna disana, Jaejoong hanya tertawa dan berusaha melerai, "sudahlah. Tidak perlu berdebat. Katakan pada Joon kalau mommy tidak marah. Hati-hati sekolahnya sayang, belajar yang benar."

"iya mom!" Hanna mengangguk dan menawari Joon, "kau ingin bicara pada mom juga?"

Namun Joon hanya menggeleng dan tersenyum, "tidak. Katakan saja pada mom aku mencintainya!"

"mom, aku tutup dulu ya? Kami berdua mencintai mommy, saranghae!~"

"nado~"

Jaejoong tersenyum dan menutup sambungan telepon, kemudian meletakkan ponselnya kembali ke tempat semula.

Baru saja akan berdiri dan melangkah ke kamar mandi, tiba-tiba saja perut Jaejoong terasa naik dan akan mengeluarkan sesuatu. Ia merasa mual luar biasa. Ia pun cepat-cepat berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya yang daritadi memberontak ingin keluar.

Hanya cairan bening, tidak ada apapun karena pagi ini Jaejoong memang belum ada makan apa-apa.

Jaejoong memandang pantulan dirinya sendiri di cermin wastafel. Nafasnya terengah-engah. Ia merasa sangat mual dan kembali memuntahkan isi perutnya, namun tetap tidak ada apapun yang keluar. Mendadak ia merasa sangat pusing, dan pandangannya mengabur. Ia memanggil Yunho dengan nada yang sangat lemah.

"Yunho.." namun karena suaranya yang sangat pelan, Yunho tidak bisa mendengar.

Sementara Yunho yang sedang tiduran di atas tempat tidur, sedikit terganggu saat tadi Jaejoong ke kamar mandi dengan berlari, dan mendengar suara Jaejoong yang tengah muntah-muntah di dalam sana.

Yunho mendudukkan diri dan memanggil Jaejoong, bertanya apa yang terjadi, tapi tidak ada jawaban apapun dari istrinya itu.

Setelah mendengar suara benturan yang keras dari dalam kamar mandi, barulah Yunho beranjak dengan buru-buru dan memeriksa.

"Jaejoong!"

Tubuh Jaejoong sudah tergeletak di atas lantai dingin kamar mandi.

.

.

.

Yunho berjalan mondar mandir di depan UGD. Baiklah, tidak apa bila hari ini ia tidak bekerja. Pihak kantor nya juga sudah percaya padanya, dan mengerti bila dirinya sudah meminta izin untuk tidak bekerja. Pihak kantor Yunho pasti menyangka kalau pagi ini sakit maagnya sedang menyerang.

Ia hanya mengenakan kaos hitam dan celana olahraga bewarna biru dan sendal jepit yang biasa digunakannya di rumah. Dan tadi sebelum memanggil ambulan, Yunho juga hanya memakaikan Jaejoong pakaian seadanya dan layak sebelum diangkut oleh para petugas yang kurang lebih ada pria semua.

Yunho sangat gelisah. Sudah dua puluh menit Jaejoong di dalam, dan sampai saat ini belum juga ada kabar. Sebenarnya ada apa dengan Jaejoong? Mereka baru saja selesai bercinta, dan istrinya itu langsung pingsan di kamar mandi. Membuatnya jadi memikirkan banyak hal. Apakah karena mereka yang baru saja bercinta? Atau, apakah karena dirinya terlalu kasar? Tapi biasanya tidak terjadi apapun, lalu ada apa sebenarnya dengan keadaan Jaejoong sekarang? Lagipula bukan hanya keinginannya saja untuk bermain dengan kasar, Jaejoong juga menginginkan itu.

Banyak spekulasi yang ada di pikiran Yunho. Ia tidak tau yang mana yang benar, dan apa yang terjadi. Ia hanya bisa menebak sebelum dokter memberitau apa yang sebenarnya terjadi.

"keluarga Kim Jaejoong?" panggil salah seorang perawat yang baru keluar.

"iya, saya disini." Yunho bergegas mendatangi perawat itu, "bagaimana keadaan istri saya? Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia pingsan?"

Bukannya segera menjawab perawat muda itu malah tersenyum, "istri anda tidak apa-apa tuan. Dia hanya kelelahan karena kegiatan kalian tadi pagi."

Seketika wajah Yunho langsung memerah saat perawat itu mengatakan hal yang tidak seharusnya dikatakan secara gamblang. Kenapa pula si perawat ini bisa tau apa yang mereka lakukan tadi pagi?

"sebaiknya anda masuk saja ke dalam, karena disana ada dokter yang akan menjelaskan selengkapnya. Mari saya antarkan."

Dengan perasaan yang masih malu setengah mati, Yunho pun mengikuti perawat itu dan masuk ke ruang UGD menuju dimana Jaejoong berada. Yunho langsung berlari saat melihat Jaejoong yang sudah sadar dan terlihat sangat pucat.

Disana juga ada dokter wanita yang sedang mencatat sesuatu, kemudian menyerahkannya pada perawat yang tadi mengantarkan Yunho.

"dokter, apa yang terjadi dengan istri saya?" Yunho bertanya, kemudian mengalihkan pandangannya pada Jaejoong yang sudah membuka matanya dengan sayu. Ia mengusap puncak kepala Jaejoong, dan terasa dingin disana. Yunho semakin khawatir dengan keadaan istrinya.

"baik anda maupun istri anda pasti tidak tau. Istri anda sedang hamil tiga minggu tuan. Jadi, dia mudah kelelahan. Dan saran saya, untuk waktu dekat ini kalian jangan melakukan hubungan suami istri dulu. Dan kalaupun tetap ingin melakukannya, tolong dengan hati-hati dan pelan."

Dokter itu bersuara dan berkata dengan sangat cepat serta jelas. Yunho masih bisa menangkap perkataan dokter itu.

"hanya itu saja. Tidak ada hal lain yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada obat apapun yang akan saya berikan, karena nyonya sedang hamil. Jika nyonya Jaejoong sudah merasa lebih baik, dia sudah boleh langsung pulang dan beristirahat di rumah."

"tolong diperbanyak konsumsi vitamin dan susu hamil, untuk meningkatkan stamina nyonya agar tidak mudah kelelahan. Pola makannya juga tolong diatur. Itu saja, saya permisi tuan." Dokter wanita itu berlalu dan langsung pergi dari hadapan Yunho dan Jaejoong.

Setelah kepergian dokter itu, Yunho hanya terfokus pada Jaejoong.

"kau hamil?" tanyanya lagi pada istrinya seolah belum mempercayai perkataan dokter tadi.

"benarkah kau hamil?" Yunho mulai sumringah dan tertawa. Ia mengambil tangan Jaejoong dan menciuminya.

"ya tuhan. Aku senang sekali. Kenapa selama ini kau tidak tau kalau kau sedang hamil? Apakah tidak ada gejalanya?" tanya Yunho penasaran.

Jaejoong terlihat berpikir, "Mm, kurasa ada beberapa kali dipagi hari aku mual dan muntah-muntah. Tapi aku tidak berpikir kalau aku sedang hamil."

Lagi-lagi Yunho tertawa, "bodoh. Ini bukan kehamilan pertamamu, kenapa kau tidak peka. Dan kita malah melakukannya dengan sangat brutal tadi pagi sehingga kau pingsan. Kau tau? Aku sangat malu tadi saat perawat itu tau apa yang kita lakukan sampai kau bisa pingsan seperti itu."

Jaejoong hanya tertawa menanggapinya. Ia sudah tidak merasa pusing lagi. Dan rasanya, ia ingin tiduran di ranjang saja satu hari ini, tidak melakukan apapun. Karena tubuhnya benar-benar terasa lemas.

Yunho memandang Jaejoong dengan haru. Istri yang sangat dicintainya ini akan memberikannya satu orang anak lagi. Setidaknya bila Joon dan Hanna belum tinggal bersama mereka, tak lama lagi akan ada seseorang lainnya yang akan meramaikan tempat tinggal mereka berdua.

"ada apa dengan Jaejoong?"

Jaejoong tersentak saat mendengar suara yang sangat dikenalinya itu. Suara mantan suaminya. Choi Seunghyun?

"Yunho, kenapa pula dia sampai bisa tau apa yang terjadi padaku?" Jaejoong menatap Yunho dengan tajam, dan menuntut penjelasan bukannya menjawab pertanyaan Seunghyun tadi.

"Em, itu.." Yunho terlihat bingung akan menjawab apa, "saat kau pingsan tadi, aku sangat panik Jaejoong. Aku merasa harus menelepon seseorang, dan akhirnya aku malah menelepon dia. Jangan marah! Dia tiba-tiba saja menjadi orang yang aku pikirkan untuk ditelepon karena di belakangnya ada anak-anak kita."

"tapi jangan beritau anak-anak kalau aku masuk UGD."

"tidak akan."

"jadi, apa yang terjadi dengan Jaejoong?" tanya Seunghyun pada Yunho, karena merasa Jaejoong tidak akan menanggapinya. Sebelumnya, saat pesta pernikahan, dan saat terakhir kali mereka bertemu, Jaejoong tidak seperti ini. Ada apa dengannya? Kenapa Jaejoong menjadi sensitif? Oh, oh! Apakah dia..

"dia ternyata hamil. Kami belum tau. Dan tadi pagi pingsan karena merasa pusing." Hanya sampai disitu, Yunho tidak mungkin mengatakan lebih.

"ternyata benar." Gumam Seunghyun sambil tersenyum tipis.

"apanya yang benar?" tanya Yunho.

"tidak."

Seunghyun sudah menduga kalau Jaejoong sedang hamil, karena ia masih ingat dengan benar, saat hamil pertama dulu, Jaejoong menjadi sangat sensitif. Tapi tidak mungkin akan dijelaskannya hal itu pada Yunho.

Ia kemudian tersenyum dan memandang Jaejoong yang terlihat sangat pucat. "kalau begitu, aku pergi dulu. Selamat atas kehamilanmu. Istirahat yang cukup Jaejoong."

"Mm." Jaejoong bergumam dan hanya tersenyum seadanya menanggapi perkataan Seunghyun.

"setidaknya dia tidak apa-apa. Aku merasa lega. Aku permisi dulu, Yunho."

"iya, maafkan aku yang sudah merepotkanmu sampai datang kemari."

"tidak masalah."

Seunghyun pun sudah pergi dan kedatangannya hanya sebentar saja, hanya untuk memastikan keadaan Jaejoong.

"ternyata dia masih sangat mencintaimu. Begitu aku meneleponnya, dia langsung berlari kesini. Padahal dia sedang bekerja." Ujar Yunho begitu saja, ketika Seunghyun sudah menghilang dari pandangan.

Jaejoong menarik nafas panjang-panjang dan menghembuskannya, "itulah kenapa aku sangat heran ketika melihatnya datang. Dan aku sangat bingung kenapa kau sampai bisa meneleponnya, Yunho."

"refleks. Aku melakukannya tanpa sengaja sayang. Sudahlah, toh dia tidak merugikan kita. Berapa kali aku harus mengatakan, kau jangan terlalu membencinya. Dia sudah tidak sekejam dulu, dan sudah bisa bersikap dewasa."

"kau selalu saja membelanya. Berulang-ulang mengatakan hal itu sampai aku hafal kata-kata yang akan kau lontarkan berikutnya. Padahal maksudku adalah untuk menjaga perasaanmu. Seunghyun mantan suamiku, orang yang hidup denganku selama bertahun-tahun, aku sengaja menghindari pertemuan kalian berdua, berpikir agar kau tidak perlu merasa tidak enak, sungkan, atau bahkan cemburu. Kalau kau tidak keberatan bertemu dengannya terus menerus, ya sudah, menikah saja kau dengan Choi Seunghyun!"

Yunho membuka mulutnya, dan berniat akan menjawab. Namun ia bingung harus menjawab apa. Maksudnya pun juga bukan ingin membela, tapi berusaha memberikan pengertian pada istrinya agar tidak terlalu membenci Seunghyun. Tidak baik bila terlalu membenci seseorang. Dan orang itu pun sudah berubah. Tapi Jaejoong malah memberikan alasan seperti itu. Bahkan menyuruhnya untuk menikah dengan Seunghyun. Yang benar saja.

Jaejoong memasang wajah cemberut dan berguling ke arah lain, membelakangi Yunho.

Yunho hanya bisa tertawa tanpa suara dengan sikap Jaejoong yang menurutnya sangat kekanakan. Mungkin ini karena efek kehamilan.

.

.

.

Silahkan dilanjut, ke chapter 16B x))~~