[Naruto lihat! Bunga itu indah bukan?]
Hari ini terasa begitu kelabu, rambut yang begitu acak-acakan dengan mata yang memerah karena suatu hal yang masih membekas dikepalanya di hari-hari yang lalu
Tubuhnya terbangun dari kasur yang hanya pas untuk satu orang itu – atau mungkin hanya untuk dua orang? Wajahnya terlihat tanpa ekspresi sama sekali. Jauh didalam Saphire biru yang ia miliki ada seribu kisah yang begitu sakit untuk kembali diingat
Kau tahu itu?
[Ah! Matamu begitu jeli, Hina-chan!]
Sementara tubuhnya masih enggan untuk meninggalkan kasur tersayang – sekedar untuk menenangkan diri. Memaksa tubuhnya untuk ke toilet meski itu terasa sulit, terasa lemas bahkan tanpa tenaga
Bahkan lebih dari itu...
Ia masih memaksakan pikirannya untuk kosong dan melupakan semua yang pernah ia alami sebelumnya...
[Kau tahu bunga itu, Hina-chan?]
[Tentu saja! Naruto!]
.
.
.
.
[Ano hi mita hana wo kimi ga wasureteta]
Disclaimer :: Masashi Kishimoto
Genre :: Romance, Angst, Hurt/WithoutComfort
Rating :: T for Teenage
Warning :: OOC[?], Typo, Miss-Typo, Bahasa tidak baku, penggunaan EYD yang masih memerlukan perbaikan, dll
.
.
.
.
Hari masih terlalu pagi – bahkan matahari masih enggan untuk menampakkan dirinya dari ufuk timur meski langit biru mencoba merayunya dengan bermain di biru yang membentang luas sejauh mata memandang
Air yang terkumpul dikedua telapak tangannya terasa begitu dingin saat membasuh wajahnya. Ada rasa yang begitu berbeda dari yang sebelumnya namun entah ia masih tak tahu apa itu
Cermin didepannya benar-benar memantulkan bayangannya – sosok dirinya yang terlihat begitu bodoh dan terlalu mudah untuk menggantungkan semua kisahnya pada langit biru yang tak berawan
Secara tak sadar handuk kini benar-benar berada ditangannya, pakaian yang melekat pada tubuhnya segera ia tanggalkan dan membuangnya ke sembarang arah lalu masuk kedalam kamar mandi
Entahlah? Ia masih berpikir apa itu cukup buruk?
.
.
.
"Aku suka padamu! Sasuke-kun!"
Direksi pandangannya pada dua sosok berbeda jenis itu terlihat begitu menyipit tajam dalam artian berbeda. Tangannya terkepal erat mewakili semua perasaan kecewa bercampur sedih yang terasa begitu memilukan didalam dadanya
Disana berdiri Uchiha Sasuke sang sahabat dan Hyuuga Hinata – gadis yang punya tempat istimewa didalam hatinya
Kalimat yang begitu pendek namun memiliki makna yang begitu berarti. Ekspresi sang gadis terlihat begitu sedih tatkala Sasuke yang menjadi sosok yang disukainya tak kunjung memberikan respon sedikitpun meski tatapan mereka sedari tadi beradu
Namun tanpa mereka sadari sedikitpun...
Sosok Naruto kini tengah menangis pilu didalam hati, tubuhnya bersembunyi dibalik pohon yang begitu rindang dengan daun-daun hijaunya yang berjatuhan. Pancaran mata yang begitu terlihat menyesakkan hati yang perlahan hancur hanya dengan kata-kata
Itu terlihat begitu memalukan, kau tahu itu?
Ini bukan yang pertama kali bagi Naruto untuk kecewa pada gadis yang tak pernah peka pada perasaaannya itu. Masih teringat dikepala ketika dulu Hinata yang menangis karena cintanya bertepuk sebelah tangan – dan kau tahu itu? Tak ada tempat terbaik bagi Hinata untuk bersandar selain jatuh kedalam pelukan Naruto tatkala kesedihannya begitu memuncak –
- Tanpa peduli sedikitpun, apa yang Naruto rasakan saat itu...
Dan untuk sekarang? Sahabatnya sendiri?
Naruto tak habis pikir – apa yang ada didalam kepala Hinata sebenarnya? Apa dia masih tak sadar pada perasaan sosok sahabatnya yang selalu ada ketika ia menangis bahkan ketika ia dalam keadaan terburuk sedikitpun?
Ia masih tidak mengerti sama sekali!
"..."
"Aku juga suka padamu, Hinata..."
Dan pada akhirnya seperti itulah...
Naruto – pemuda pirang yang bersembunyi dibalik pohon itu hanya bisa membulatkan matanya dengan perasaan yang tak lagi utuh. Semua yang dirasakannya kini terasa begitu menyakitkan bak mencabik-cabik dirinya sendiri. Perasaan yang begitu memuncak bak sebuah bom yang pada akhirnya meledak dan begitu menyakitkan
Ini sakit... kau tahu itu Hina-chan...?
Itu yang ingin Naruto ungkapkan saat ini namun apa? Apa Hinata akan mendengarnya? Atau setidaknya menyadarinya meski sedikit?
Tidak! Itu tidak sama sekali!
"Sasuke-kun...!"
Dari pantulan matanya yang seindah langit biru yang menjadi latar belakang saat ini - terlihat raut wajah Hinata yang bahagia - atau setidaknya itulah yang saat ini ia lihat. Langkah kaki sang Hime dari keluarga Hyuuga itu seakan membawa perasaan Naruto pada kehancuran...
Dia berpikir seperti itu...
Langkahnya semakin maju, kedua tangan yang terbentang seakan menunggu kehadiran sosok pria tampan didepannya untuk sekedar memeluk tubuhnya yang sekarang adalah miliknya - bukan milik Naruto atau siapapun itu
Dan...
*Hug!*
Entah Naruto serasa ingin menjerit sekeras-kerasnya meski didalam hati - tatkala matanya menatap sosok sang gadis pujaan yang jatuh kedalam pelukan sahabatnya sendiri. Hatinya terasa begitu sakit bak tertusuk ribuan jarum ketika bibir plum yang begitu ia cintai itu kini disentuh orang lain!
Itu benar-benar menyakitkan!
Hatinya tak kuasa lagi untuk menyadari kenyataan yang begitu menyiksa ini namun kenapa? Kenapa ini semua harus terjadi padanya?
Pertanyaan itu terus terulang dikepalanya!
Pertanyaan semacam 'Apa kau begitu tega padaku Hina-chan' atau 'Kenapa kau tak pernah menyadari perasaanku?' dan 'Kenapa harus sahabatku sendiri?' seperti terulang dan berputar dikepalanya - pertanyaan tanpa jawaban yang membuatnya gila!
"Hina-chan..." suaranya agak sendat seiring dengan langkah kaki yang pergi dengan perasaan yang amat kecewa "- Kau selalu seperti itu padaku..."
.
.
.
Kini ia tengah berdiri didepan cermin besar - yang cukup untuk memantulkan bayangan dirinya. Kemeja lengan panjang berwarna putih yang terlihat begitu elok dimata, celana hitam panjang serta dasi hitam warna senada terlihat begitu indah dipandang
Senyumnya terlihat agak dipaksakan. Matanya tak lepas dari bayangan dirinya yang terpantul di cermin besar itu - sesosok pemuda yang terlihat begitu menawan namun terasa begitu menyedihkan dari dalam
"Huft..."
Menghela nafas pelan seiring dengan kelopak matanya yang menutup sang Saphire yang begitu indah. Senyumnya lalu luntur ketika matanya terbuka walau masih ada sorot yang begitu menyakitkan -
- kau tahu? Dia mati-matian untuk menipu dirinya sendiri!
Pandangannya beralih pada cup ramen yang sudah ia seduh sebelumnya - setidaknya itulah yang bisa ia makan untuk pagi ini. Ia memang terlihat sehat namun belakangan pola makannya terlihat cukup buruk
Dan begitulah...
Ia benar-benar terpaksa untuk menjalani hari ini. Mengingat alasan dibalik pakaian yang ia kenakan saat ini saja sudah benar-benar membuatnya sakit -
- namun percuma! Gadis yang menyakitinya tak akan pernah menyadarinya!
.
.
.
"Naruto!"
Wajah sang Hime-sama terlihat begitu bahagia meski tanpa ia sadari ada setitik bekas air matanya yang tertinggal disana. Langkah kakinya perlahan masuk ke dalam apartemen yang ditinggali sesosok pemuda pirang yang kini tengah terduduk pilu di pinggir kasurnya
Ia benar-benar terlihat begitu sedih - bahkan ia bingung siapa yang pantas disalahkan atas perasaan kecewanya yang begitu menusuk ini...
Karena dirinya yang tak kunjung mengungkapkan perasaannya pada Hinata kah? Atau karena Hinata yang tak pernah sedikitpun untuk mau menyadari perasaannya?
"Naruto...?"
Si pemuda pirang seakan langsung tersadar dari lamunannya. Suara yang begitu ia kenal sejak lama itu seakan membuat hatinya serasa mendingin - namun itu terasa menusuk secara bersamaan
"Hina-chan?!"
Suara agak sedikit serak namun tak membuat sang pujaan hati sama sekali peduli. Raut wajah Hinata yang terlihat begitu bahagia seakan memaksa Naruto untuk ikut bahagia - setidaknya seperti itu
"Naruto!"
"Hei!"
*Hug!*
Kedua tangan sang pujaan kembali terbentang lebar - sama seperti saat ia mengungkapkan perasaannya pada Sasuke. Untuk kesekian kalinya Naruto kembali tersenyum ketika Hinata memeluknya dengan perasaan yang begitu amat bahagia
Naruto tahu itu - hal yang dilakukan Hinata hanyalah ingin bersandar padanya. Karena pada siapa lagi ia mengadukan apa yang dirasakannya selain pada Naruto?
Pelukan itu terasa begitu erat namun tak ada sedikitpun didalam hati Naruto perasaan bahagia atau perasaan semacam itu. Apa yang dilakukan Hinata saat ini saja sudah membuatnya semakin terpuruk dalam kesedihannya
Jangan berharap lebih! Pelukan seperti itu tak lebih dari pelukan seorang sahabat!
'Ini begitu sakit Hinata, tapi kenapa kau tak pernah sedikitpun memperhatikanku?!' Batinnya dalam perasaan yang sama
"Jadi? Ada kabar apa lagi Hari ini?"
Sarat suara Naruto begitu serak namun masih terdengar jelas ditelinga Hinata. Tangannya terlihat mengelus lembut punggung Hinata bersamaan dengan senyumnya yang terasa palsu
Disaat seperti ini yang bisa Naruto lakukan hanyalah mendukung sang sahabat sekaligus gadis yang akhirnya mengecewakannya itu. Meski sering kali Hinata jatuh kedalam pelukannya sekedar untuk meluapkan semua apa yang dirasakannya - namun tak sedikitpun Hinata mau mengerti dirinya
Dia mencintai gadis itu! Tapi dilain sisi ia juga tersiksa karena gadis ini!
"Ano ne? Aku ada kabar bagus hari ini!"
"Hahaha... Begitukah?"
Naruto mencoba untuk tertawa renyah, padahal didalam hatinya ia seolah berbicara 'Untuk apa aku tertawa?'
"Umu!"
Tangannya yang berada di punggung Hinata secara perlahan agak kaku hingga elusan tangannya pada sang pujaan seketika berhenti. Namun ketika Hinata sedikit bereaksi, tangan Naruto kini mengelus mahkota biru gelap milik sang Hime meski tangannya terasa sedikit gemetar...
Itu bukan yang pertama kali, sudah sering kali ia seperti ini karena Hinata dan -
- apa Hinata tahu? Kabar bahagia yang ingin ia sampaikan pada sang sahabat adalah kabar terburuk yang pernah Naruto dengar?
Jawabannya adalah Tidak!
"Aku dan Sasuke -"
"..."
"- telah menjalin hubungan!"
.
.
.
[Hahah... Untuk apa aku tersenyum seperti ini...?]
.
.
.
Tubuhnya perlahan keluar dari Taxi, pandangan matanya tertuju pada gedung tinggi yang kini berada didepannya - mewah nan indah untuk dipandang dengan mata Saphire biru yang ia miliki
Church - mungkin itulah yang saat ini ada dibenaknya...
Awalnya Naruto tak akan pernah menyangka akan datang ke tempat ini untuk menghadiri sesuatu yang penting, namun entah kenapa? Ia merasa harus datang kesini -
- bukan pergi melarikan diri!
"Huft..."
Untuk kesekian kalinya ia mencoba menghela nafas panjang, mempersiapkan hati yang semakin lama semakin hancur tatkala langkah kakinya menuju gedung yang begitu megah itu
Raut wajahnya terlihat sedikit agak berubah, untuk kali ini ia mencoba tersenyum untuk acara yang begitu penting ini meskipun itu sulit. Hatinya seolah berkata bahwa...
'Setidaknya... Aku turut berbahagia...'
.
.
.
Suasana terasa berubah kala ia memasuki gedung itu, terlihat banyak sekali senyum yang begitu terlihat menyenangkan selama ia melihat-lihat sekitar
Tangannya terkepal erat serasa tak ada niat untuk datang kesini - meski pada akhirnya ia tetap kesini juga. Mendengar tawa bahagia para tamu undangan serasa membuatnya kesal – meski sedikit
Sekilas ia melihat bangku tamu bagian belakang di sisi kiri masih kosong tak terisi. Meski di sisi kanan ia melihat para teman-temannya yang lain : Neji, Lee, Sakura, Chouji, Shino, Tenten, Shikamaru, Kiba dan yang lainnya
'Bodohnya aku, kenapa aku menyiksa diriku sendiri dengan datang kesini?' batinnya tertawa hambar
Berjalan pelan menuju bangku terpojok di sisi kiri, Naruto lantas duduk disana tanpa berbicara sedikitpun. Raut wajahnya terlihat datar seperti biasa seolah acuh pada teman-temannya yang saat ini menatapnya
Mungkin mereka berpikir Kenapa Naruto disana? Atau Apa dia tidak ingin bersama kami? Atau pertanyaan bodoh semacam itu
Namun Naruto tak peduli sedikitpun. Mereka benar-benar tak mengerti apa yang saat ini ia rasakan - terasa begitu pedih di hati
Yang saat ini ia tunggu hanyalah sang bintang. Itu benar! Sang bintang yang nantinya membuat semua orang tersenyum bahagia...
.
.
.
"Naruto/Dobe!"
"A-ah iya?"
Naruto tersadar dari lamunannya ketika Hinata dan Sasuke memanggilnya, tanpa ia sadari kini semua yang ada disekitarnya kini tengah menatapnya dengan pandangan khawatir
"Apa yang kau pikirkan Naruto? Apa karena tak punya pasangan? Iya kan Shikamaru?"
"Kali ini aku setuju denganmu Kiba"
"Oii Omaera!"
Raut wajahnya terlihat sedikit agak kesal ketika si pemuda pemilik anjing bernama Akamaru itu mengejeknya, tawa para sahabatnya pun seakan melunturkan rasa kesalnya terlebih pada Hinata - ia terlihat sangat manis kali ini
Mereka semua berada di apartemen Naruto. Meski ruangannya tidak seluas rumah para sahabatnya, namun setidaknya mereka semua betah di apartemennya ini dan bahkan mengadakan pesta kecil-kecilan disini -
- padahal Naruto masih belum tahu, untuk apa pesta ini? Ini bukan tanggal kelahirannya bukan?
Kue tart yang terlihat begitu menggoda dilidah bertahta diatas meja kecil disana, permen-permen serta snack yang begitu banyak terlihat seperti sebuah benda yang tak berarti. Pandangan mereka cukup bahagia pada pesta yang bahkan Naruto tak tahu sama sekali untuk siapa
"Terlihat begitu lezat bukan? Naruto?"
"Otakmu hanya diisi makanan saja, Chouji"
Tawa renyah disana memaksa Naruto untuk ikut tersenyum ketika ia tak sengaja menyindir temannya yang begitu mencolok itu, sepasang Saphire yang ia miliki sekilas melirik kearah Hinata yang tengah tertawa pelan -
- itu begitu manis bagi Naruto, tapi apa memang begitu?
Style rambutnya hari ini terlihat begitu berbeda. Mahkota biru gelapnya diikat Ponytail yang membuatnya terlihat begitu manis dan cantik secara bersamaan, bahkan senyumnya yang sekilas ia lihat serasa membuat pipinya memerah
Tapi sayang, saat ini sang pujaan tengah duduk disamping Sasuke dengan tangan yang terlihat menggenggam satu sama lain - itu saja sudah membuat hatinya merasa sesak
Pandangannya terlihat sedikit menyipit, agak sedih jika dilihat namun begitulah - ini sebuah pesta namun ia tak merasa bahagia sama sekali disini
"Oii Naruto! Kenapa raut wajahmu begitu? Apa acara kecil-kecilan ini terlalu buruk bagimu?"
"Bu-Bukan seperti itu... Sebenarnya pesta ini untuk siapa?"
"Are? Kau tidak tahu? -"
"- tentu saja untuk merayakan Hinata dan Sasuke! Mereka bulan depan akan menikah tahu!"
.
.
.
[Cih! Aku benci tertawa seperti ini, aku bukan masokis bangsat!]
.
.
[Dan kenapa harus merayakannya di tempat tinggalku!? Mereka semua mau menyiksaku huh?]
.
.
.
Bunyi decak kagum serasa memenuhi ruangan, tangan para tamu yang bersinggungan serta ucapan selamat kala sang bintang memasuki ruangan serasa membuat Naruto tersadar dari lamunannya
Gaun putih yang begitu cantik, bunga yang begitu indah diapit jari jemari berbalut sarung tangan berwarna senada, tudung yang menyembunyikan helaian dark blue bertahta diatas tatapan bahagia para tamu undangan
Naruto masih terdiam disana. Tubuhnya serasa kaku serta tangan yang meremas kemeja putih yang ia kenakan – tepat dibagian dada kirinya ketika langkah kaki kedua bintang panggung melewati barisan bangkunya
[Hina-chan...]
Kepalanya mendongak kedepan, sedetik setelahnya sosok gadis dalam balutan gaun indah berwarna putih serta sosok pemuda tampan dalam balutan tuksedo hitam terpantul di mata birunya, lengan yang menaut sang gadis di sisi serta langkah kaki yang begitu berharga seakan menjuruskan perasaannya kedalam jurang yang begitu curam
Tepukan tangan sedari tadi tak terhenti serta dia terlihat cantik bukan? Dan Hinata-hime benar-benar anggun serasa menguap diudara yang begitu menyesakkan
Ini sudah beberapa menit bagi Naruto untuk menahan perasaannya namun untuk sekarang ia tak tahan lagi. Hati yang terasa begitu rapuh dan dipaksa untuk hancur benar-benar menyiksa Naruto tatkala sang gadis pujaan kini meninggalkannya dalam kebahagiaan...
Itu benar! Hinata - gadis yang menjadi cinta sejatinya kini tak lagi berada di sisinya!
[Ada apa, Naruto?]
Remasan pada dada kirinya semakin menguat saat kedua insan yang tengah dalam perasaan yang begitu bahagia itu kini tengah mengikat sebuah janji suci - lantunan nada yang begitu suci namun begitu menusuk bagi Naruto sendiri
Suasana disekitar menjadi hening ketika sang Hime melantunkan janji sucinya pada Sasuke yang kini berada didepannya dengan tangan yang menggenggam satu sama lain. Senyumnya terlihat sangat manis, manis, dan seperti itulah...
Dan selanjutnya...
Tepukan tangan serasa mengembang ke udara, ucapan-ucapan selamat yang menusuk telinga saling bersahutan tanpa henti serta tatapan dan air mata bahagia menyertai suasana disana -
- tanpa peduli sedikitpun, satu sosok pemuda pirang yang tengah duduk di sisi kiri belakang tengah menatap Hinata dengan pandangan sedih dan sendu
Ia ingin menjerit sekeras-kerasnya namun apa keadaan seperti ini akan berubah? Apa tangisan dan kesedihannya ini akan merubah segalanya?
Apa perasaannya yang hancur karena tersakiti ini akan merubah semuanya?
Jawabannya tidak sama sekali!
[Ada yang ingin kutanyakan padamu...]
*Cup!*
Hatinya tak kuasa lagi, benar-benar tak bisa menahannya lagi saat sorot matanya melihat bibir plum milik Hinata – gadis pujaannya yang sangat ia cintai itu kini disentuh oleh sahabatnya sendiri untuk yang kedua kalinya!
Ciuman berharga Hinata diambil sahabatnya sendiri – Uchiha Sasuke dan kau masih berpikir itu adalah wajar?
Tidak sama sekali bagi Uzumaki Naruto!
Semua sudah berakhir... harapan yang ia punya pun sudah ia gantungkan pada langit... apa yang ia lakukan setelahnya pun tak akan merubah keadaan yang ia alami saat ini...
Ia kecewa pada Hinata, dia kecewa pada Sasuke, kecewa pada teman-temannya karena tak menyadari perasaannya dan –
- Ia benci pada dirinya sendiri!
Para tamu undangan serentak berdiri dengan suara tepukan tangan yang memenuhi gedung, tatapan bahagia yang terlihat di beberapa pasang mata serta ucapan selamat yang mengudara perlahan membuat Naruto kembali sadar pada perasaannya yang hancur lebur
Mencoba berdiri meski agak sulit, tangannya pun terangkat walau terasa bergetar lalu saling menabrak satu sama lain menghasilkan bunyi nyaring yang seolah ikut turut bahagia
Ia tersenyum paksa, sepasang iris Blue-Saphire yang ia miliki berkaca-kaca dengan perasaan yang memaksanya untuk turut ikut berbahagia...
"Omedetou, Hina-chan to Sasuke..."
.
.
.
[Apa yang kau ingin tanyakan padaku? Naruto?]
.
.
[Apa kau ingat pada bunga yang kita lihat saat itu?]
.
.
[Entahlah... aku lupa...]
.
.
[Be-Begitu ya...]
.
.
.
.
.
[Fin!]
[A/N] :: Osu! Ketemu lagi dengan saya Hana Natsuki!
Niat saya sebenarnya kepengen belajar buat Drabble sih, tapi apa iya ada Drabble yang Wordnya hampir mencapai angka 3k?
Jadi gimana Feelnya? Dapet gak? Sebenarnya ide Fanfic ini saya khususkan untuk Sequel di salah satu Fanfic saya yang lain namun yah... niatnya mau saya bikin Happy End jadi idenya saya jadiin Oneshoot aja!
Jujur deh! Awal niat pas bikin Fic Hurt/WithoutComfort ini kepingin saya bikin untuk Fandom minor. Bahkan ada beberapa Fandom yang ide Fic ini cocok untuk nyantol disana semacam : SAO, , Masamune-kun no Revenge, Noragami, dan beberapa Fandom minor lainnya –
- Tapi yah... pada akhirnya jatuh ke Fandom ini juga -.-
Oke! Saya akan ngebahas yang lain dulu ya!
Untuk Fanfic saya yang lainnya – mungkin lain waktu bisa saya update tapi saya gak bisa janji lho! dan New Line masih belum ketemu alurnya [Jujur! Kesel juga rasanya gak ngelanjutin tuh Fic] dan untuk Stray Dogs? Kayaknya masih lama soalnya saya juga ada Project untuk bikin Prequelnya yang bakalan ngejelasin semuanya dan masa lalu si Uchiha Madara
Buat yang pesan Lemon ke saya? Tenang dulu! Saya gak yakin bakalan bikin tapi jangan berkecil hati – doakan aja moga saya bikin yang asem-asem lagi *Haha* lagian Author tetangga juga nyuruh saya bikin Lemon :v
Dan seterusnya? Mungkin lain kali saya bisa bikin lagi Oneshot Naruto x Naruko! masalahnya saya benar-benar fanatik ama Pairing itu sih...
Kayaknya Cuma itu aja deh yang bisa saya omongin. Titip salam buat kalian semua dari saya dan kudoakan yang terbaik buat kalian semua selaku Readerku!
.
Bye Bee~
.
Sign :: Hana Natsuki
