disclaimer: K project © GoRA & GoHands.
warning: BL, shounen-ai, fushimi-centric, ooc, middle-school, short (ficlet).
authornote: kyahahaha! menistakan sarumi ada di depan mata! gua emang lebih prefer sama fic yang mendeskripsikan tekanan batin dari tokohnya, sih, ya... dibandingkan fic dengan plot panjang-panjang dan njelimet yang bikin kepala gua muter-muter. ini buat hiwazaki evelyn! hai beb!
Saruhiko memandang Misaki dalam, iris biru tua bertemu cokelat muda, mata mengerjap dan napas memburu. Kaki melangkah menjejak salju dan tangan bertautan dalam semilir angin. Fushimi sadar, ia sadar, ia tengah dimabuk cinta, ia tengah disiksa; dicincang; dan dianiaya oleh cinta.
Ia mencintai Misaki.
Cinta. Cintacintacinta.
"Saruhiko?"
Suara itu berngiang mengitari kepalanya.
Seragam sekolah menengah pertamanya masih melekat di atas tubuhnya, menampakkan tubuhnya yang tinggi tegap. Sementara di depannya, ada seorang pemuda dengan rambut cokelat berantakan yang memandanginya dengan wajah cemas, matanya mengerjap dan tangan kanannya terulur ke arahnya—tepatnya, ke arah kepalanya.
"Misaki..."
Fushimi berbisik. Memandangi wajah Misaki dengan lembut. Tersenyum.
Fushimi benar-benar menyukai wajah Misaki.
Menyukai sifat Misaki.
Menyukai tingkah laku Misaki.
Menyukai kemarahan Misaki.
Menyukai segala-galanya. Segala-galanya milik Misaki.
Jemari lembut Misaki menyentuh kepalanya, mengelusnya lembut. "Kau sakit? Kukira kau akan baik-baik saja.. apa kau nggak suka salju?" Misaki bertanya. Menyentuh dahi Fushimi dengan tangannya, membuat sensasi panas melekat dalam wajah Fushimi. Lelaki berambut biru itu menghela napas.
Menyukai suara Misaki.
Menyukai bola mata Misaki.
Menyukai senyuman Misaki.
Menyukai hangatnya jari Misaki.
Ia benar-benar mencintainya.
"Misaki..."
Fushimi berbisik lagi.
Misaki tersenyum, melepaskan tangannya dari kepala Fushimi dan berkacak pinggang, "Kayaknya.., kamu emang sakit, deh. Sebaiknya kita berteduh aja, aku males pulang ke rumah, nih!" Lelaki itu berseru dengan suara keras, kemudian menggenggam jemari Fushimi lembut dan menariknya ke arah perumahan.
Fushimi baik-baik saja!
Fushimi tidak kenapa-napa!
Fushimi baik-baik saja.
Asalkan Misaki ada di dekatnya...
"Misaki!"
Fushimi berseru. Membuat Misaki menolehkan kepala ke arahnya. Fushimi tak banyak bicara; seolah batu, lelaki itu tak mengucap sepatah kata apapun selain nama Misaki. Lelaki dengan rambut biru tua itu mendekatkan diri pada Misaki dan mendekapkan seluruh raganya pada Misaki. Memeluknya.
Salju turun, menyapu dua manusia yang berkeliaran di jalanan penuh salju itu.
aku mencintaimu.
aku mencintaimu.
aku mencintaimu.
Fushimi melemparkan pikirannya ke angkasa. Memberikan seluruh jiwanya pada Misaki yang berada dalam dekapannya, memeluknya seolah tak ada satupun hal di dunia yang penting baginya—kecuali Misaki. Hanya Misaki yang berputar dalam jantungnya.
"Jika ada kamu, aku tidak merasakan sakit, kok."
Misaki mengembuskan napas, melukiskan warna merah pada wajahnya sendiri.
"K-kau bodoh! Omong kosong macam apa itu?" Misaki berseru, memukuli kepala Fushimi beberapa kali.
Fushimi menghela napas, merasakan kehangatan tubuh Misaki mengetuk dadanya, merasakan kedamaian menyelimuti hatinya. Misaki merasakan hal yang sama, Misaki dapat merasakan detak jantung dari Fushimi yang bergulir dalam gendang telinganya, merasakan pelukan yang menutupi tubuhnya.
"Saruhiko.." Misaki mendesis.
aku sedang jatuh cinta. Fushimi bergumam. aku sedang dirantai oleh cinta.
Salju menari menghujam tanah, meninggalkan bekas putih dalam warna dan menutupi kepala dari kedua pemuda yang berdiri di tengah jalan. Yah, meski Fushimi tak peduli, bahkan jika ia harus mati kedinginan hanya karena ia ingin bersama Misaki. Hingga akhir hayatnya.
—hingga akhir hayatnya.
"Aku mencintaimu..."
"Hah? Tadi kau bilang apa?"
"Lupakan."
