Kagura Crisis Arc

Bulan masih temaram, sinarnya menipis dikikis arakan awan. Puluhan orang berseragam hitam sudah bersiap pada posisi mereka. Penyergapan kali ini cukup besar, sekelompok organisasi radikal yang berkerja sama dengan Harusame untuk menyelundupkan dan menyebarkan obat-obatan terlarang di Edo.

Kabar baiknya, organisasi ini membenci pemerintah sehingga tidak ada campur tangan Bakufu dalam aksi mereka memudahkan Shinsengumi untuk menyelidikinya. Kabar buruknya, mereka menyewa Yato dan Shinra sebagai anggota mereka. Secara prediksi kekuatan, rasanya mustahil meringkus mereka tanpa korban jiwa dari pihak sendiri. Begitulah sekiranya laporan dari Yamazaki Sagaru sore kemarin, membuat Ketua Shinsengumi mengerahkan seluruh kekuatan besar untuk perburuan.

Tak ada gorila penguntit mesum malam ini, Kondo Isao telah menghunus pedang seraya mengobarkan semangat untuk melunturkan ketegangan anggotanya. "Ini bukan lagi sebuah penyergapan, ini adalah perang! Tarik nafas kalian dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Percayakan punggung kalian pada teman lainnya, terus maju dan serang. Anggota mereka Yato dan Shinra, pertahanan terbaik adalah terus menyerang. Jangan biarkan ada celah bagi mereka untuk menyerang balik. Dan yang terpenting..."

Dua anggota maju. Selaras dengan pengarahan Kondo yang hampir berakhir, gerbang dibuka.

"—tetaplah selamat."


Kucing hitam bisa membawa sial, tapi kucing emas belum tentu juga membawa keberuntungan.

.

Gintama © Sorachi Hideaki

Kagura Crisis Arc © MidnightsMist

Cover © Zerochan

Yorozuya x Shinsengumi | Drama, Tragic

.

.


"Shinsengumi da!" Seru Hijikata Toshirou, sang Oni-no-Fukuchou berderap maju, mendobrak pintu penginapan. "Letakan senjata kalian dan menyerahlah!"

Raungan itu disambut senyap. Tak ada siapa-siapa disana. Mata Hijikata nyalang tak mendapati siapa pun diseluruh jangkauan pandangannya. Ini aneh, ia yakin penyelidiknya tidak salah informasi kalau malam ini Harusame akan bertransaksi dengan organisasi tersebut di penginapan yang menjadi markas mereka ini. Kalau begitu, kebocoran informasi kah?

"Toshi, kita harus periksa semua bangunan."

"Kondo-san dan aku akan periksa bagian atas. Sougo pimpin timmu ke ruangan sana. Shimaru-san tolong cek bagian belakang. Yang lainnya menyebar ke seluruh area sekitar sini."

"Baik!" Ucap mereka serempak. Shinsengumi pun terpencar menjadi beberapa tim mengikuti instruksi Hijikata. Mereka berlari memeriksa lokasi tujuan masing-masing. Berharap ada petunjuk yang ditinggalkan andaikata penyergapan ini benar-benar bocor.

Sang Ketua dan Wakilnya sendiri sudah memasuki ruangan dibagian atas bangunan. Namun, bukan orang maupun petunjuk yang mereka temui. Hanya kamar kosong yang gelap, kalau bukan karena lampu lorong, mereka mungkin tak akan bisa melihat jejak jelas perkelahian di kamar tersebut. Ada banyak barang yang hancur serta goresan acak tak keruan disegala tempat, juga sebuah lubang besar ditengah ruangan.

"Kyokchou! Tim Okita Taichou menemukan mayat para anggota organisasi beserta orang-orang Harusame!" Yamazaki berlari tergopoh-gopoh menyampaikan hal tersebut. Hijikata melangkah hati-hati mendekati lubang ditengah ruangan tersebut, ia melongok apa yang ada dibawah tempat itu.

"Naruhodo. Lihat Kondo-san. Tempat ini sepertinya tepat diatas ruangannya Sougo." Ujar Hijikata seraya menyalakan flash dari ponselnya, matanya menangkap tumpukan mayat menggunung.

Yamazaki yang penasaran ikut-ikut memasuki ruangan melihat apa yang dimaksud Wakil Ketuanya. Ia pun meneguk salivanya susah payah, memandang ngeri. Ini bukan perbuatan manusia.

Hijikata melompat terjun dan mendarat diatas tumpukan mayat tersebut, diikuti Kondo. Ia mengarahkan flash ponselnya ke segala arah hingga didapati punggung Sougo menghadap salah satu pojokan ruangan.

"Kondo-san, tampaknya aku menemukan sesuatu yang menarik." Ucap bocah itu, membuat Kondo bahkan juga Hijikata bergerak mendekatinya, penasaran.

"Oi, bu-bukankah itu..." Kondo tak bisa meneruskan kata-katanya. Semua menggantung di tenggorokan.

"Bocah ini, apa yang dilakukannya disini?" Hijikata mendengus ingin tak perduli tapi keadaan orang yang ia sebut bocah itu tampaknya cukup serius untuk diabaikan.


Shimura Shinpachi menyandarkan kedua tangannya ke dinding kaca selagi bunyi mesin pendeteksi degup jantung bertalu-talu ditelinganya. Pandangannya sayu menatap sosok gadis di pembaringan rumah sakit.

Sosok gadis yang tak segan memukulnya ketika tak setuju dengan tsukomminya. Gadis yang kadang menjadi 'Gin-san' kedua dan selalu sukses membuatnya memaki-maki tingkah gadis itu tanpa henti. Gadis yang bahkan mampu hidup lagi setelah tertembak dan tertabrak vespa Gin-san ketika pertama kali mereka bertemu. Rasanya tidak mungkin terkujur tak berdaya diseberang ruang ini. Setidaknya, tidak mungkin bagi gadis yang Shinpachi kenal sebagai Kagura. Shinpachi masih tak percaya.

"Oi, apa maksudnya ini?" Mata si pria berambut ikal perak—Sakata Gintoki, yang biasanya mengeluarkan aura kemalasan tak terkira kini berbalik menatap dingin Hijikata, menuntut penjelasan.

"Tch, mana kutahu. Harusnya itu kalimatku. Sedang apa pekerjamu ditempat orang-orang yang akan kami tangkap?"

Sejujurnya, itu juga jadi pertanyaan bagi kedua anggota Yorozuya disana. Seingat Gintoki tadi pagi mereka bertiga—termasuk gadis itu, menerima klien yang meminta dicarikan kucing hitamnya. Namun karena tak ada petunjuk meski dicari bersama, akhirnya mereka sepakat berpencar. Sampai petang tiba, Kagura tak kunjung pulang meski peliharaannya sudah berleha di markas. Gintoki tak terlalu memusingkannya hingga datang kabar dari Hijikata mengatakan bahwa bocah monster itu kini di rumah sakit dengan kondisi mengenaskan. Ia ditemukan sekarat dengan tulang pada tangan dan kakinya remuk bahkan mungkin ada luka dalam di beberapa bagian organ vital gadis kecil itu. Luka luarnya sudah agak menutup, tapi ada banyak bercak darah yang hampir mengering mewarnai kulit putih pucatnya.

Tak ada yang meragukan kebodohan Kagura. Ditambah perangai kasar yang seenaknya, bukan satu dua kali gadis itu terlibat masalah serius yang merepotkan Gintoki karena kelakuannya tersebut. Seperti, ketika mereka terjebak bersama komplotan Zura (Katsura Kotaro) saat penggrebegan Shinsengumi untuk menangkap mereka dan ia tak sengaja mengaktifkan bom waktu karena memainkannya. Atau saat ia membawa kepala Tama sebagai pemecah telur yang pada waktu itu diduga pelaku pembunuhan sang pencipta robot. Gintoki tidak bisa lagi menghitung berapa banyak masalah yang diperbuat Kagura, ia bisa tertidur karenanya.

Menganalisa semua itu, bukan mustahil bagi Kagura berada disana karena alasan yang begitu bodoh lalu terjebak dan menghabisi para anggota organisasi tersebut sesuai dugaan Hijikata ketika mengabarkan kondisi Kagura pada Yorozuya.

"Ini aneh, Gin-san. Ini tidak seperti Kagura-chan biasanya." Shinpachi merapatkan keningnya didinding kaca, membuat hembusan napasnya menjejak disana.

Gintoki terpekur menatap Kagura dari balik dinding kaca tersebut. Tak ada yang bisa mengartikan ekspresi wajah tersebut. Ia hanya termangu seakan pikirannya tidak sedang bersamanya. Ia mengabaikan pertanyaan Shinpachi sepenuhnya.

"Kagura-chan itu sangat kuat. Bahkan ia bisa sembuh dengan cepat meski tertembak atau—"

"Hentikan rengekanmu, Shinpachi," Potong Gintoki segera. "Mungkin bocah itu sedang menertawakanmu sekarang. Kau tidak ingat dia pernah membohongi kita dengan sakitnya. Bisa saja dia juga tengah berpura-pura saat ini."

"Gin-san!" Shinpachi benci Gintoki yang bersikap seakan tidak perduli. Matanya berkaca-kaca menatap pria yang kini sudah berbalik meninggalkannya. "Gin-san! Mau kemana kau?!"

"Shinpachi, kalau kau percaya dia kuat, kau seharusnya tetap mempercayainya. Dia besok akan sembuh dan menendang pantatmu karena terus berisik malam-malam. Aku ada kerjaan, jadi kau jaga dia."


Kagura membuka matanya, sesekali ia mengerjap mencoba beradaptasi dengan pemandangan disekitarnya. Kepalanya sakit, seluruh ototnya terasa kaku karena berada di posisi sama dalam waktu yang lama. Ia merenggangkan badannya sejenak lantas berguling ke kiri namun hidungnya terantuk sesuatu yang lembut. Lagi, ia mengerjapkan mata, memproses 'benda' yang menghalangi acara guling-gulingnya.

Ia meraba 'benda' itu yang tampak seperti gumpalan daging yang dibungkus kulit. Bukan, itu tampak seperti bibir yang cukup besar. Lantas ia menjauhkan badannya sedikit menatap 'benda' tersebut.

Itu bukan benda, itu sebuah wajah. Wajah yang amat dia kenali. Okita Sougo!

"Kkkkhhhhhh!" Kagura berteriak keras tapi yang terdengar malah seperti geraman aneh. Tak ayal ia mencakar wajah Sougo, membuat pria itu terbangun tiba-tiba karena kesakitan.

"Agh! Apa yang kau lakukan, Sialan?!" Refleks Sougo menampik Kagura hingga badan mungil tersebut terlempar menghantam dinding.

Kagura merasa aneh dengan tubuhnya, ia tak punya tenaga untuk menahan serangan pria sadis itu. Ia bahkan bisa mendengar suara tulang rusuknya yang patah. Ia tidak pernah merasa selemah ini dalam hidupnya.

"Begitu caramu membalas orang yang telah menolongmu?" Sougo melap darah yang mengalir dari pipinya. "Ah sialan, harusnya aku biarkan saja dia membusuk disana."

ITU BUKAN ALASAN KAU TIDUR DISAMPINGKU ARU, BOCAH BRENGSEK! KENAPA TIDAK KAU ANTARKAN SAJA AKU KE GIN-CHAN?!

Kagura meluap-luap, tapi yang Sougo dengar hanya geraman darinya.

"Apa? Kalau kau tidak suka denganku pergi saja. Toh, kau sudah sehatkan? Pergi sanah huss." Sougo merasa gila menanggapi kemarahan tersebut. Ia bangkit untuk mencuci muka sekaligus lukanya. "Benar-benar kucing tak tau diuntung."

Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Sougo membuat Kagura bergeming. Ia berhenti menggeram, dan menatap tangannya—bukan, kakinya. Ia berdiri dengan empat kaki!

APA INIIIIIII?!


TBC


A/N : ini sebenarnya reupload yg lama dengan banyak pengeditan disana-sini. fict awal saya saat masih ginraku. kini, jadi fict permulaan lagi sebagai midnightsmist. tidak seperti yang lama, yg sekarang tiap chapternya akan diupload maksimal seminggu sekali. hahahahahaha selamat menikmati~