Hai, readers. Jumpa saya di fic baru ini ^^ (Sebenarnya ga baru-baru amat kok -_-) Yah, sebenarnya mau lanjutkan Fic Mawar Liar: Dawn of The Real Sin tapi entah mengapa ada inspirasi lewat jadi saya tulis saja sebelum hilang, hehehe ...
Sebenarnya Fic ini sudah pernah saya publish, namun terdapat kesalahan teknis dimana review tidak bisa dilihat disini ... -_- Tapi semoga saja untuk yang baru ini tidak terjadi masalah seperti itu lagi, amiinn ... :)
Mungkin ini prequel dari Mawar Liar, semi-Canon dengan cerita sebelum Boboiboy pergi Ke Pulau Rintis untuk berlibur ke rumah Tok Aba.
Maaf kalau ada banyak kesalahan di fic ini. Enjoy :)
Lost and all alone, I Held The Fear at Bay*
Always called The 'Weakling', I've never been to Brave but ...
From The Time we met, Things began to Change
I Fight now to Protect someone tied by fate ...
.
.
.
BOBOIBOY AND FRIENDS: A MEMORY THAT FORGOTTEN
by Murasaki Dokugi
Prequel from fic Mawar Liar
Genre: Random, Tapi yang utama adalah Friendship
Pair: Boboiboy dan OC, tapi disini hanya sebatas teman :)
Rating: T
.
.
.
Boboiboy belongs to Animonsta
Manusia adalah makhluk yang rapuh.
Ya, Rapuh. Saking rapuhnya, seringkali manusia melakukan hal-hal yang berada di ujung batas kewajaran.
" Dasar budak manja!"
" Mentang-mentang Ayah dia anggota kedutaan, sampai bawa baju mewah kat sekolah pulak."
" Hahahahaha, itu seragam ke baju boneka? Lawaknye, hahahaha!"
Gadis itu hanya duduk diam di bangkunya. Hatinya terasa diiris-iris. Kalimat-kalimat ejekan pedas itu mulai membakar telinganya.
Apa yang salah sebenarnya?
Pakaiannya yang penuh atribut pita kah? Itu memang baju favoritnya. Tidak ada salahnya ia memakainya di sekolah yang membolehkan siswanya memakai pakaian aneh-aneh asalkan cukup sopan.
Atau karena pekerjaan orangtuanya? Ayahnya, Haryan P. Darwish adalah salah seorang dari anggota kedutaan negeri Jiran. Dan memang tidak bisa dipungkiri bahwa dia adalah salah satu orang kaya disana.
Digigitnya bibir bawahnya.
Sejak ia masuk ke sekolah ini, teman-temannya langsung menunjukkan sifat menghina pada dirinya. Dan selama ini dia hanya memendam amarah dan dendam itu dalam hati, menunggu saat yang tepat.
Saat yang tepat untuk membalas mereka.
Ayahnya membekalinya sebuah pisau, dan itu bisa digunakan untuk membalas mereka yang menyakitinya selama ini.
" Mimi, kau tak pe kah?"
" Eh?"
Ia menoleh, mendapati seorang gadis berjilbab dan berpakaian serba biru di belakangnya. Sebuah tangannya menepuk bahunya. Gadis itu hanya balas tersenyum.
" Aku tak pe. Jangan risau sangat pasal aku, Siti."
Siti tertawa." Aku tahu di-bully kat sini memang menyakitkan. Tapi tenang sahaje. Aku akan selalu dukung kau."
" Te- Terima kasih."
Mimi memandang sahabatnya itu dengan mata berkaca-kaca, terharu. Sejak ia bersekolah disini hingga naik kelas empat seperti sekarang, hanya Siti yang ingin berteman dekat dengannya. Anak itu pembawaannya santai dan ramah sehingga membuat Mimi merasa nyaman bersamanya.
" Dah lah. Jangan melamun. Nanti boleh kesurupan tau." Siti menatapnya dengan terkekeh." Ah, ya. Kau dah jumpa Arumugam tak?"
Lawan bicaranya langsung pasang tampang mengerikan begitu mendengar nama itu.
" Ish, dia tu sombong sangat! Mentang-mentang selebritis, ingatkan dia boleh jadi pemungut bayaran di kantin sekolah."
" Hush, tak baik kata-katain dia macam tu. Tapi ada betulnya juga. Dia memang menyebalkan. Tapi kalau kau dah berkawan dengan dia, maka dia mesti dukung kau sepenuh hati!
" Berkawan dengan Arumugam?" delik Mimi sarkastik." Kau mimpi je."
"Hehehe … tapi mimpi boleh jadi kenyataan, kan? Kan? Oh, kau tengok Ah Meng tak?"
Mimi mendesah." Ah Meng? Satu-satunya murid lompat kelas dekat sekolah ni? Yahh … Dia memang baik, tapi genit sangat. Kudengar dia punya kakak perempuan yang jadi ketua klub kungfu dekat sekolah nie."
" Siapa?"
" Ah Ming la. Siape lagi?"
" Haha, nama diorang pun macam kembar je." Tukas Siti." Oh, satu lagi. Tahu tak kalau kelas kitorang bakal kedatangan murid baru?"
"Eh, iya ke?" Mimi tertegun." Siape dia?"
" Hmm" Siti menggaruk pipinya dengan pose berpikir." Kalau tak salah, dia juga anak dari salah seorang anggota kedutaan Malaya. Macam kau je. Mesti dia kan akrab dengan kau nanti sebab orangtua korang kerja kat satu tempat yang sama."
" Hihi, terima kasih, Siti. Kau buat aku tersipu je. Dia perempuan atau laki-laki?"
Siti mendesah." Yang jelas dia bukan peralihan." Ujarnya sembari tertawa diikuti sahabatnya.
Peralihan? Banci? Transgender?
Ah, Siti. Kau ada-ada saja. Mana ada sekolah yang menerima murid semacam itu? Mimi terkekeh pelan sembari merapikan pita mungil yang tersemat di rambt coklat kehitamannya yang ikal sebahu .
Tak lama kemudian, Bel masuk berbunyi. Para siswa masuk ke dalam kelas masing-masing, termasuk kelas 4 A. Mimi yang termasuk penghuninya duduk tegap di bangkunya, tidak sabar melihat siapa murid baru yang dibicarakannya dengan Siti tadi. Pak Ahmad Kassim, Wali kelas 4 A yang sekaligus menjadi guru mata pelajaran Sains tampak berdiri di depan kelas.
" Bangun." Siti yang ternyata adalah Ketua kelas mengomando teman-temannya untuk menyambut sang guru." Selamat pagi, Cikgu!"
" Selamat pagi, murid-murid." Ujar Pak Ahmad dengan senyum khas Arab-nya. Ia menaruh buku di atas meja guru." Sebelum kita mulakan pembelajaran hari ini, Cikgu nak kenalkan satu murid baru kat darjah 4 A nie."
" Perempuan ataukah laki-laki, Cikgu?" Arumugam yang sedari tadi menaruh kedua kakinya diatas meja tiba-tiba mengangkat tangannya.
Pak Ahmad mendesah." Laki-laki." Katanya." Dan perbaiki sikap duduk kau tue, Arumugam. Tak sopan."
" Humm, terserah Cikgu sahaja." Dengus Arumugam seraya menurunkan kedua kakinya dari atas meja. Sikap itu memang kurang ajar, dan bagi Arumugam, itu hanya hal biasa sehingga ia seringkali merasa heran dengan peraturan sekolah yang terlalu ketat itu.
Begitu tahu murid baru itu laki-laki, para siswa hanya mendesah panjang sementara para siswi menjerit-jerit kekanakan. Pak Ahmad tersenyum melihat itu dan menoleh ke sosok di ambang pintu kelas.
" Nah, Boboiboy. Silahkan masuk."
" Tunggu Kejap, Cikgu. Tali sepatu saye lepas. "
" Hmm … ye lah tu. Jangan lama sangat."
" Ehe, maaf Cikgu."
Ia melangkah masuk ke dalam kelas diiringi tatapan penuh arti dari semua siswa di dalamnya. Begitu tiba di samping Pak Ahmad, sang Guru menatap semua muridnya.
" Baiklah, Murid-murid. Ini Boboiboy. Dia murid pindahan dari salah satu sekolah rendah kat Kuala Lumpur. Nah, Boboiboy. Perkenalkan dirimu pada kawan-kawan barumu."
" Baik Cikgu." Angguk Boboiboy sembari melayangkan pandangan ke semua siswa." Hai, nama saya Boboiboy. Harap kawan-kawan semua nak berkawan baik dengan saya, salam kenal."
Untuk beberapa saat, suasana kelas itu menjadi hening. Tiba-tiba …
" Kyaaaaaaa! Hensemnyaaaaa!"
" Comel!"
" Kalau dia jadi Teman Istimewa aku macam mana, ya?"
" Ish, kau nie! Kitorang masih kecik la. Mana boleh punya Teman Istimewa?!"
Boboiboy hanya menyeringai kecil begitu mendengar komentar-komentar para siswi itu. Namun dilihatnya para Siswa yang hanya melongo hebat di bangku masing-masing. Mereka tampak berbisik-bisik.
" Lumayan. Dia tak mencolok kut."
" Betul. Jarang sangat murid tenang macam dia ni."
" Ya loh. Mana dia pakai Topi Dino tu. Nampak Anti Mainstream maaa."
" Hmm … nampaknye dia ramah. Aku kena berkawan baik dengan dia."
" Nah, Boboiboy. Silahkan duduk di bangku kau." Ujar Pak Ahmad seraya melirik ke sebuah bangku kosong di sebelah Arumugam. Boboiboy mengangguk dengan senyum mengembang seraya berjalan ke bangku yang dimaksud dan menaruh bokongnya disana.
" Hai, Boboiboy." Sapa seorang Siswi dengan wajah malu-malu.
Boboiboy balas tersenyum." Hai juga."
" Nah, namaku Arumugam, kawan baik kau." Tukas Arumugam seraya menyalami Boboiboy dengan tangan besarnya dan mengguncang-guncangnya sehingga tubuh kecil Boboiboy ikut terguncang olehnya.
" Uhh .. ehh .. salam kenal juga, Aru." Kata Boboiboy cengengesan. Tiba-tiba Arumugam menarik bahunya seraya berbisik.
" Nah, macam mane kalau kau bantu aku untuk pungut bayaran dekat Kantin sekolah lepas pembelajaran nanti?"
Boboiboy terkejut." Kantin sekolah? Bayaran?" tanyanya heran." Apa maksud kau nie?"
" Haeh, budak nie. Kau tahu lah … pemungut bayaran Cuma-Cuma."
" APA?!" Boboiboy terkejut mendengar tawaran Arumugam yang hendak mengajaknya 'memalak' murid-murid lain saat istirahat nanti
" We, Aru. Lu jangan buat dia lakukan perbuatan tue." Kata Ah Meng tiba-tiba." Dia masih baru hoo."
Boboiboy mendengus." Aku tak nak la. Itu uang haram. Mana boleh dirampas dari pemiliknya?"
" Ciz, dia nie terlampau baik dah." Keluh Arumugam. Boboiboy tersenyum seraya mengacungkan jempolnya.
" Hehe, terbaik."
" Hai, Boboiboy. Saya Siti Zubaidah. Salam kenal." Ujar Siti tiba-tiba. Boboiboy balas tersenyum.
" Salam kenal juga, Siti. Eh?"
Dia melirik ke gadis berpakaian Lolita mungil di sebelah Siti. Gadis itu terlihat malu. Dia menundukkan wajahnya dalam-dalam, membuat Boboiboy heran.
" Eh, Apasal kau nampak malu sangat ni?"
Siti terkejut dan menyikut gadis itu." Hei, Mimi. Kau belum berkenalan dengan Boboiboy la." Katanya segera." Kenapa kau mesti malu pulak?"
Mimi tidak menjawab dan masih tertunduk.
Mengapa dirinya begitu gugup saat ini?
Mimi POV
Entah mengapa aku merasa begitu malu pada anak baru bernama Boboiboy itu. Padahal sikapnya terhadapku terlihat biasa-biasa saja, malah kebingungan karena melihat tingkah gugupku ini. Tubuhku bergetar, takut kalau-kalau Boboiboy hanya seperti anak-anak kurang ajar seperti Arumugam yang seringkali mengejek model pakaianku.
" Oh, nama kau Mimi ke? Aku Boboiboy, salam Kenal."
Kuangkat wajahku dan mendapati diriku saling bertatap muka dengannya. Dan detik itu juga wajahku terasa meleleh.
'Apa-Apaan?!'
Kenapa aku jadi salah tingkah begini, sih?
" Dey, Boboiboy. Jangan dekati budak manja tu lah. Menular tau!" kata-kata pedas Arumugam tahu-tahu menginterupsi kami.
" Hish kau ni! Tak baik sudutkan dia." Ujar Boboiboy lalu balik menatapku." Tak pe, Mimi. Kita kan kawan. Tak payah jauhkan diri macam nie."
Aku menelan ludah.
'Kawan, ya?'
Baiklah. Ini tidak terlalu buruk. Tapi apakah ia dengan semudah itu mengatakannya? Aku? 'Kawannya'? Ini hari pertamanya masuk ke sekolah ini, dan dia sudah menganggapku sebagai 'Kawannya'?!
Mimpikah aku?
Bukan hanya itu. Ketika hendak pergi perpustakaan, aku berpapasan dengan Boboiboy. Dan untuk kesekian kalinya, wajahku jadi memanas. Memangnya anak ini terbuat dari api kah? Membuat tubuhku seperti terasa demam saja.
" Oh, hai Mimi." Sapa Boboiboy dengan senyum mengembang." Boleh bincang dengan kau sekejap?"
" Ehe, um … boleh." Kataku gugup." Pasal apa yang nak kau bincangkan dekat aku?"
Boboiboy mendesah panjang." Hmm, pasal kawan-kawan darjah empat A." katanya dengan nada sedikit serius. " Apesal diorang tak sukakan kau? Kau selepas buat ape dekat diorang? Sampai diorang tak sukakan diri kau pulak."
Aku menggeleng." Tak. Aku tak buat pasal apapun dekat diorang." kataku lesu." Hanya sahaja … penampilan aku yang macam Lolita nie buat diorang sangka aku nie kekanakan, macam budak tadika je. Selain itu, Vader aku juga seorang anggota daripada Kedutaan Malaya. Maka dari tu, aku sering dibuli, cakap aku nie budak manja sangat . Terutama Arumugam. Dia yang paling kurang ajar dekat darjah 4 A tu."
Begitu aku selesai menjelaskan, kulihat perubahan ekspresi pada Boboiboy. Dia tampak geli. Oh, apakah dia mulai kurang ajar? Alasanku dijauhi teman-temanku seharusnya tidak terasa lucu bagimu, tahu!
" Hahaha, sebab tu je? Terlalu sangat la! Hahaha!" Boboiboy tertawa agak keras." Aduuhh, apahal la kau nie, Mimi. Kita nie manusia, punya kesukaan masing-masing. Kerana tue, kita mesti saling menghargai tau. Tadi kau kate ayah kau anggota kedutaan Malaya? Waahh ... terbaik la! Aku pun sama macam kau. Ayah aku anggota daripada kedutaan Malaya pulak. Siape nama ayah kau?"
Aku menunduk." Haryan Pakpak Darwish." Kataku pelan, takut didengar orang-orang yang berlalu lalang disitu.
Boboiboy tampak terkejut." Eh? Uncle Haryan bapak kau?" tanyanya kaget bercampur senang." Wah, boleh la Mimi. Beliau tu rakan dekat Ayah aku. Hebat sangat! Kapan-kapan kau boleh datang dekat rumah aku kalau-kalau Uncle Haryan datang untuk diskusi dekat ayah aku pasal kerjaan diorang. Okey?"
" Ehehe, tak pe lah, Boboiboy. Susah-susah je kau undang aku macam ni." Ujarku agak malu.
" Tak. Kau kena main dekat rumah aku." Geleng Boboiboy." Kita ni kawan la. Tak payah kau malu-malu kot. Dan satu lagi. Kawan-kawan darjah 4 A masalahkan baju kau ke? Ckckck, terlalu la. Menurutku … baju kau tue comel je. Cantik. Banyak pita. Lagipun kau perempuan. Kau memang patut kenakan baju tu."
" Eh? Serius?"
" Iya."
" Dua rius?"
" Iya, lah."
" Sekian rius ke?"
" Ish, kau ni! Berius-rius pun aku boleh cakap pasal baju kau tue." Dengus bocah itu." Dah la, Mimi. Tenang sahaja. Aku akan usaha bujuk kawan-kawan kita tue. Biar kau dapatkan banyak kawan! Senang tak?"
" Te- Terima kasih, Boboiboy ..." Kataku terharu. Ah, Boboiboy. Kenapa kian hari aku kian kagum padamu? Nyaris saja aku memeluknya karena gembira, namun sebelum itu terjadi, sebuah suara menyapa kami berdua.
" Mimi? Tumben aku tengok kau berduaan sama budak lelaki, ehehe. Apa kabar?"
" Eh?" Aku dan Boboiboy menoleh ke sumber suara. Tak jauh dari tempat kami berdiri seorang gadis berkacamata. Rambut ungu kehitaman miliknya yang panjang terjulur hingga pinggang. Matanya yang sipit menghiasi wajah pecinannya yang cantik dan bersih. Dia terlihat begitu dewasa, atau bisa dibilang cuek. Wajar saja. Dia kakak kelasku dari kelas 5 B yang merangkap sebagai ketua Klub Kung fu di sekolah ini dan juga kakak perempuan dari Ah Meng. Namanya Ah Ming. Satu lagi, mereka bukan manusia biasa. Mereka Alien berdarah Cina yang terdampar di Bumi dan memutuskan untuk tinggal disini, di Kuala Lumpur. Mungkin hanya segelintir orang yang tahu identitas asli mereka, dan aku adalah salah satunya.
" Siapa Akak nie?" tanya Boboiboy, yang memang baru pertama kali melihat Ah Ming disitu.
Ah Ming mendesah." Namaku Ah Ming." Katanya tenang." Aku dari darjah 5 B, Akak dari Ah Meng. Ah, ya. Nama kau siapa pulak?"
" Boboiboy." Jawab Boboiboy ramah." Salam kenal juga, Kak Ming."
Ah Ming menatap kami berdua lamat. Namun tatapannya lebih ditujukan padaku, membuatku jadi salah tingkah. Tatapannya seakan memojokkanku. Tiba-tiba Boboiboy melangkah mundur, berusaha menjauh.
" Ehh, nampaknya ini urusan perempuan ke?" katanya cengar-cengir." Maaf. Tapi aku tak nak campuri urusan korang je. Nah, Mimi. Aku kena pergi dulu. Ingat ya, jangan pesimis tehadap kawan-kawan kau, okey?"
" Uh, okey." Kataku heran. Kulihat dia menyalami Ah Ming sebelum akhirnya masuk ke dalam perpustakaan dengan buru-buru. Biar kutebak, sepertinya dia malu karena Ah Ming ingin berbicara empat mata denganku sementara dia yang laki-laki berada bersamaku. Hmm, menarik. Dia ternyata terlampau gugup terhadap kakak kelas, apalagi kakak kelas itu perempuan. Namun aku tidak tahu bagaimana kalau dia bertemu dengan kakak kelas lelaki. Tapi aku bisa menebak kalau dia tidak akan segugup itu kalau bertemu dengan kakak kelas laki-laki.
Ah, lupakan soal itu. Yang jelas, aku tidak gugup terhadap Ah Ming karena kami sama-sama perempuan. Mungkin terdengar aneh, tapi aku lebih nyaman curhat dengan sesama perempuan. Tahu saja. Aku rada tertutup terhadap anak laki-laki. Bahkan terhadap Boboiboy yang beberapa hari ini membuatku seperti mendapatkan teman paling berharga di dunia. Tapi tetap saja aku merasa begitu malu dengannya. Tidak seperti Siti. Dia berjilbab, tapi Easy Going terhadap siapa saja, termasuk anak-anak lelaki. Asalkan tidak bersentuhan, katanya. Perlu diketahui, Siti itu beragama Islam, sama seperti Boboiboy dan beberapa anak di sekolah ini. Dan aku hanyalah seorang anak yang bahkan tidak tahu apa itu agama karena orangtuaku tidak pernah mengajarkanku mengenai hal-hal religius seperti itu.
Kembali ke waktu dan tempat. Sekarang tinggal aku dan Ah Ming yang ada di lorong itu.
" Eih, Apasal dia pergi tiba-tiba selepas tengok aku nie?" tanya Ah Ming heran setelah melihat Boboiboy langsung berpamitan dan masuk ke dalam perpustakaan.
" Dia malu dengan kau, Ah Ming." Balasku." Dia tue murid baru kat sekolah ni. Lagipun kau senior, jadi wajar la dia gugup macam tue. Oh, Ada yang nak kau bincangkan dekat aku ke?"
Ah Ming memandangku lamat. Dan tanpa basa-basi, sebuah kalimat yang membuatku serasa dicekik meluncur dari dalam mulutnya.
" Kau jatuh cinta … pada budak Boboiboy tu ke?"
HEEEEE?
APA … APAKAH?!
Aku?! Naksir pada anak baru itu? Ah Ming, kau pasti bercanda!
" A- Ah Ming! Apa yang kau cakap nie?" tanyaku kaget. " Aku dan dia tue kawan je. Baru temu beberapa hari pulak! Lagipun kami masih darjah empat. Mana boleh buat pasal romantik macam tue?"
Gadis yang lebih tua setahun dariku itu hanya mendengus." Korang nampak mencurigakan je." Katanya dengan tatapan menyelidik." Kudengar Ayah kau, Tuan Haryan Pakpak Darwish tue pun rakan daripada Ayah Boboiboy dekat Kedutaan Malaya. Korang bakal sering temu dan makin akrab. Dan boleh sahaja orangtua korang akan pasang kawinkan korang sebab tue."
Hiks … Ah Ming, kau bicara apa sih? Wajar saja kau bicara seperti itu. Kau sudah kelas 5, masa-masanya puber. Sayangnya kalimatmu itu benar-benar menusuk diriku dari belakang, kau tahu!
" Ma … Maaf, Ah Ming. Aku kena masuk kelas dahulu, bye!" Aku buru-buru berdalih untuk kembali ke ruang kelasku, meninggalkan Ah Ming yang melongo di tempat. Alasannya hanya satu, aku tidak tahan mendengar ocehan gilanya kalau aku menyukai Boboiboy. Mungkin dia ada benarnya juga. Aku menyukai Boboiboy, tapi sebatas teman saja. Tidak kurang, tidak lebih. Lagipula kami baru kelas 4. Dan sungguh hal yang memalukan kalau aku menyukainya di umur yang terlalu belia seperti ini. Tapi kalau dipikir-pikir, jarang sekali aku menemukan teman seperti itu.
Ah, Boboiboy. Kau benar-benar teman terlangka sejagad raya bagiku.
Sungguh, dia begitu ramah, tidak membeda-bedakan temannya. Dan berkat dia, teman-teman yang selalu membuliku berangsur-angsur berkawan baik denganku.
" Korang semua jangan ganggu Mimi. Tak boleh ganggu-ganggu kawan baik tau." Tukas Boboiboy suatu hari setelah pelajaran berakhir." Dia nie sama macam kita, sama-sama pelajar yang menuntut ilmu di sekolah ini. Lagipun Mimi tak jahati korang, kan?"
" Hmm betul juga apa yang lu cakap tadi maa." Tukas Ah Meng. Dan dengan suaranya yang lembut, ia mulai berpuisi." Baiklah kalau macam tue, Wahai Mimi kawan baikku. Terima lah hatiku sebagai bahagian darimu ..."
" Hei, tak perlu genit macam tu lah." Tukas Siti Sweatdrop.
" Hehehe, sori maa."
Melihat perubahan drastis ini membuatku terharu. Teman-temanku tidak pernah mempermasalahkanku lagi, baik dari jabatan ayahku maupun penampilanku.
" Nah, tengok tue. Diorang dah terima kau sebagai kawan." Ucap Boboiboy lembut, membuatku tidak sanggup berkata-kata.
Ya ampun! Siapakah Malaikat yang menjelmakan dirinya sebagai Boboiboy ini? Beberapa kali aku mencubit tanganku, berharap ini hanyalah mimpi belaka. Namun melihat kulit tanganku yang mulai memerah karena terkena cubitanku sendiri membuatku yakin ini tidaklah bohong. Kutatap mereka satu-persatu. Senyuman hangat mereka membuatku tersipu.
Sejak saat itulah kami semua berteman baik.
Mimi POV End
Hiruk pikuk di Kota Kuala Lumpur memang sudah menjadi pemandangan biasa. Para pegawai negeri sipil maupun swasta berlalu lalang mengurus pekerjaan mereka. Begitu pula halnya dengan suasana di kantor Kedutaan Malaysia. Banyak Duta besar maupun Konsulat luar negeri yang berkunjung kesana untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan Internasional. Seorang pria berusia kepala tiga, berkacamata bening dan berjas coklat tampak berbincang-bincang dengan salah seorang rekannya di ruangannya. Pria berjas coklat itu mendesah panjang.
" Jadi ... bila awak nak mulakan program razia tue?"
" Sebenarnya itu rahasia, Encik Haryan. Saya tak berhak untuk bagi tahu awak."
" Ada baiknya awak bagi tahu. Saya janji tak kan bagi tahu rakan yang lain."
" Sekali lagi, maafkan saya. Dah berapa kali saya terangkan ... program ini tak boleh diumbar selain sesama tim penyelidik. Sebagai ketua pelaksana program tue, saya kena tutup pasal tue rapat-rapat. Saya tak boleh bagi tahu awak mengenai program razia relasi organisasi kejahatan Internasional dekat Kedutaan Malaya nie. Tuan Khan daripada Bidang Keamanan Kementerian Luar Negeri Malaysia dah pesankan saya untuk tidak bagi tahu siapapun, termasuk awak."
Haryan mendengus kecil." Baiklah kalau macam tue. Saya pun tak mahu memaksa awak." katanya tenang, walaupun dalam hati sebenarnya ia merasa was-was dengan rekan kerjanya yang satu ini, Salah satu Duta besar yang tersohor di negeri Jiran karena deduksi dan retorikanya yang bagus serta semangat kebaikannya yang tinggi. Maklum saja. Temannya ini mewarisi semua itu dari Sang Ayah: Datuk Aba atau biasa dipanggil Tok Aba oleh cucu-cucunya. Tok Aba selalu mengajarinya hal-hal yang baik dan benar hingga pada akhirnya ia tumbuh menjadi pria yang berani dan berpendirian kuat, jadi wajar saja ia dengan begitu mudahnya diterima dan dinobatkan menjadi salah seorang Duta besar di Negeri itu. Dan Haryan pun melihat tanda-tanda itu pada putra rekannya, Boboiboy. Dia sudah pernah bertemu dengan anak itu sebanyak dua kali, dan Haryan menyimpulkan bahwa Boboiboy kurang-lebih akan mewarisi sifat pemberani dan suka membela kebenaran dari Ayah dan Kakeknya.
Dan itulah salah satu hal yang membuatnya diam-diam menganggap Boboiboy dan Ayahnya adalah penghalau rencananya, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa ia dan Ayah Boboiboy adalah sepasang sahabat sedari kecil. Dan yang lebih gilanya lagi, Kedua Orangtua Boboiboy telah mengangkat salah satu Mahasiswa dari salah satu Universitas tersohor di Negeri sebagai anak mereka. Nama pemuda itu Rayhan Ernie, atau kerap disapa Ray. Jadi secara tidak langsung Ray menjadi relasi dengan Boboiboy dan Keluarganya. Bukan itu saja yang membuat Haryan was-was, karena rupanya Ray adalah salah satu pemuda yang sangat terampil dalam llmu Kriptologi. Deduksinya pun kuat, membuat Haryan yakin bahwa dirinya akan segera terpojok dengan sendirinya.
Dan dia tahu, dia harus segera bertindak sebelum hal itu terjadi.
Haryan menghela nafas panjang sembari menatap Ayah Boboiboy yang sedang memeriksa beberapa berkas di depan mejanya." Baik. Awak boleh pergi. Saya tidak akan memaksa awak kalau awak memang tak boleh."
Rekannya balas menatap." Semuanya tergantung dari diri kau, Haryan. Permisi." Ia bergumam sebelum akhirnya berdiri dari sofa di depan meja Haryan dan menghilang ke lorong depan ruangan, tentunya dengan iringan tatapan sinis dari Haryan. Haryan kembali melamun. Setengah jam kemudian, ia mengambil ponsel dari saku jas-nya dan menekan beberapa tombol, hendak menghubungi seseorang. Tahu-tahu sebuah suara terdengar dari ponselnya.
' PELANGGAN YANG TERHORMAT, PULSA AWAK TAK CUKUP UNTUK MELAKUKAN PANGGILAN INI. SILA ISI PULSA AWAK SEGERA.'
Satu hal yang perlu diketahui dari seorang Haryan Pakpak Darwish adalah ... dia seringkali lupa mengisi Pulsa Teleponnya.
Untuk beberapa saat Haryan tertegun. Terkadang ia merutuki nasibnya untuk menjadi seorang manusia yang salah satu kelemahannya adalah pelupa. Nyaris saja ia melempar ponsel itu ke lantai kalau saja ia tidak bisa menahan diri. Pria itu mendesah berat, menaruh ponsel-nya ke saku jas dan beralih pada telepon kabel di sudut meja kerjanya. Dengan cekatan ia menekan beberapa buah tombol disana sembari menempelkan gagang telepon ke telinga kanannya. Tak lama kemudian, nada sambung terdengar dan Haryan membuka mulutnya, berbicara dengan nada suara yang mendekati kesan bisikan.
" Rosaline, kau boleh lepas dari jabatan tue."
Lawan bicara di telepon kabel itu mendesah panjang dan membalas dengan nada lembut, menandakan bahwa dia adalah perempuan.
" Kau yakin ke? Kalau kau memang nak kan jabatan Ketua Organisasi tue, kau kena suplai aku satu pasukan besar untuk menakluk Ata Ta Satu. Aku tak boleh lawan penghuni Ata Ta Tiga dahulu, sebab diorang terlampau kuat. Lain halnya dengan Ata Ta Satu. Itu hanya Planet Ciptaan Alien Ras Kubulus untuk menampung hasil karya mereka yaitu Cyborg yang beberapa dari mereka dah direkrut sebagai Sfera Kuasa oleh raja pertama mereka, Tuan Klamkabot. Jadi ... Kau dah sedia untuk direkrut sebagai yang ke-99?"
Haryan hanya bisa menyunggingkan satu senyum getir. Ia bergumam kecil.
" Kalau dengan Alasan Pemusnahan Massal dekat Galaxy nie, Aku sedia. Terima kasih, Rosaline"
Enam bulan berlalu. Boboiboy sudah menyelesaikan Ujian tengah semesternya. Dan inilah saatnya untuk berlibur!
" Boy, Cuti semester nie kau nak pergi dekat mana?" tanya Siti luwes seperti biasa.
Boboiboy mendesah seraya merapikan isi tas-nya sebelum meninggalkan kelas." Aku nak jumpa datuk aku: Tok Aba. Dah lama kita orang tak jumpa."
" Lu punya datuk?" Ah Meng mengerutkan kening." Kat mana datuk kau berumah?"
" Dekat Pulau Rintis la. Mana lagi?"
" Pulau Rintis?" Arumugam tiba-tiba pasang wajah heran." Baru tahu pon ada pulau pakai nama tue. Dey, Boboiboy, kau nie budak Pulau ke Budak Kota?"
" Ish, Tak payah lah guna status budak Pulau ke budak Kota. Yang penting aku nie masih budak Malaysia lah." Boboiboy agak kesal dengan pertanyaan Arumugam yang terkesan merendahkan itu." Dah la. Aku nak siap-siapkan beg untuk pergi dekat Pulau Rintis Esok. Bye, kawan-kawan!"
" Bye!"
Sepeninggal Boboiboy, kelas itu hening. Tahu-tahu Arumugam bergumam.
" Sampai hati budak tue ..."
" Eh?" Teman-teman kelasnya menoleh ke arahnya, terheran-heran.
" Aru, apa maksud cakap kau tue?" Mimi pasang wajah khawatir.
Arumugam mendengus." Dey, Kau tak tengok ke? Ini kali pertama dia cuti semester dekat sekolah nie, tapi dia lagi seronok beredar dekat rumah datuk dia . Biasa pon kita nak pesiar dekat bandar. Tapi dia ... dia pentingkan Pulau yang kita bahkan tak tahu ada ke tak ada daripada bandar nie. Hmp, nak sangat dia hinakan diri dia tue, pada pun Ibubapa dia Duta dekat Malaysia nie."
" Hish, kau nie, Aru ... Boboiboy tue mesti sayangkan datuk dia lah." ungkap Siti sebal." Jadi wajar sahaja dia nak beredar dekat rumah beliau. Tak lah macam kau, asyik-asyik pesiar dekat luar negeri lah, apa lah. Padan muka ..."
" APA KAU KATA?!" Arumugam tiba-tiba naik pitam sembari mendatangi Siti. Namun Ah Meng segera menahan tangannya.
" Aru, dah la tue. Kau nie ... asyik-asyik marah, asyik-asyik marah. Pasal status sosial pulak. Lagipun Siti tue budak pompuan maa. Kau nak pukul budak pompuan ke ho?"
Untuk beberapa saat Arumugam mematung. Detik berikutnya ia mendengus kesal.
" Dey, aku hanya nak Boboiboy berkawan dengan budak-budak berstatus kaya macam kita je. Dia kan budak kaya pulak. Aku cemas sahaja kalau-kalau dia lagi dekat dengan budak-budak dekat Pulau Rintis tue. Korang tahu kan ... macam mana tebiat budak-budak Pulau? Dah la Hodoh, Miskin pula! Korang nak Boboiboy hodoh dan miskin macam diorang ke?"
" CUKUP, ARUMUGAM!" bentak Siti berang." Selama ini aku tak kesah kalau kau pamerkan kekayaan dan status Selebritis Hindustan kau dekat Kuala Lumpur nie. Tapi kali ini ... Kau dah keterlaluan!"
" Cih, Dasar Pompuan! Adu mulut je yang kau tahu!" Arumugam cepat-cepat membereskan tas-nya dan pergi keluar kelas. Siti menghela nafas panjang seraya merapikan jilbab lebarnya yang berwarna biru langit. Tahu-tahu ia mendengar isakan dari bangku di belakangnya. Ternyata Mimi.
" Mungkin Arumugam benar."
" Eh?"
" Iya. Mungkin dia benar. Boboiboy lagi seronok cuti dekat pulau ketimbang dekat sini." ujar Mimi murung." Aku takut je dia akan lupakan kita semua."
" Mimi, jangan cakap macam tue lah." sanggah Siti kaget." Boboiboy tue masih kawan kita, selama dia tidak lupakan kita disini. Aku yakin, sebenarnya dia juga nak pesiar dekat bandar macam kita orang. Tapi mungkin dia dah lama tak bersua dengan keluarga dia dekat Pulau tue. Jangan khawatir. Kita akan berjumpa dengan Boboiboy masa masuk darjah 5 nanti."
Mimi menatap kawannya itu dengan mata berkaca-kaca.
" Kau yakin?"
" Ya. Aku yakin."
" Terima kasih sebab dah yakinkan aku." ujarnya terharu seraya memeluk Siti erat." Mungkin ini sebab aku jarang berkawan dengan siapapun. Aku macam cemas kalau ada kawan yang nak tinggalkan aku. Terima kasih, Siti."
Siti tersenyum lembut dan balas memeluk Mimi." After all, we're friends, right?"
Mereka pun tertawa.
Di Stasiun Kuala Lumpur ...
" Beg kau dah siap semua?" tanya Ray pada Boboiboy. Orangtua angkatnya menyuruhnya untuk menemani Boboiboy selama perjalanan ke Pulau Rintis menggunakan kereta. Umur Boboiboy masih 10 tahun, jadi wajar saja kalau orangtuanya khawatir dia pergi sendirian.
" Dah siap, Abang." kata Boboiboy sumringah. Satu jam berlalu. Kereta Yong Pin Train Express yang akan mengantarkan mereka ke Pulau Rintis sudah tiba. Mereka pun masuk ke dalam kereta itu dan menduduki Kursi yang telah disediakan. Tak lama kemudian, kereta itu pun berangkat menuju Pulau Rintis. Wahid, sang masinis Kereta Api Yong Pin Train tampaknya tidak tahu kalau Mikrofon-nya tengah menyala sehingga ketika ia berkaraoke di kereta, suaranya terdengar di sepanjang gerbong, membuat Boboiboy geli hati.
" Boboiboy, cuba kau bagi tahu Pemandu tue. Suara Karaoke dia terdengar dekat kereta nie." kata Ray. Boboiboy mengangguk lalu pergi menuju ruang kendali kereta dimana Wahid masih saja menyanyi. Tentu saja Masinis itu malu sekali, dan tanpa sungkan meminta maaf atas sesilapannya tadi.
" Hehehe, terbaik ..." ungkap Boboiboy setelah kembali duduk di kursinya.
Beberapa menit kemudian, Kereta itu telah sampai di Stasiun Pulau Rintis. Boboiboy mengambil tas dan bola sepaknya lalu memandang Ray.
" Terima kasih dah temankan Boboiboy, Abang."
Ray tersenyum." Sama-sama. Jangan nakal ye. Salam ke Atok kau."
" Okey!"
Boboiboy pun pergi keluar kereta dan berjumpa dengan Tok Aba, walaupun ada sedikit adegan memalukan saat kakek dan cucu itu masing-masing salah peluk. Ray hanya tertawa saja melihat itu sebelum akhirnya kereta Yong Pin Train membawanya kembali ke Kuala Lumpur.
Jam Kereta menunjukkan pukul sebelas malam. Tepat saat itulah ponsel Ray berdering. Pemuda yang sedang setengah sadar karena mengantuk itu segera menempelkan benda itu ke telinga.
" Halo, Assalamualaikum?"
" Waalaikumsalam. Ray, ini Ayah."
" Uhh, ada apa, Yah? Ray mengantuk sangat nie."
" Oh, maafkan Ayah. Ayah hanya nak tanyakan, Boboiboy dah tiba dekat Pulau Rintis ke?"
" Iya. Yah. Tok Aba pon dah jemput dia dekat Stesen Pulau Rintis tue."
"Ah, Syukurlah kalau macam tue. Oh, ya. Ada Benda yang Ayah dan Mak nak bincangkan dengan kau lepas balik dari Stesen nanti."
" Apa Benda tue?"
Sang Ayah menurunkan volume suaranya lalu berbicara dengan nada khawatir.
" Ini mengenai Organisasi, Ray."
Mimi menghempaskan dirinya ke atas kasurnya yang berukuran King Size. Sebenarnya ia agak kecewa karena Boboiboy tidak berlibur dengan teman-teman sekelasnya untuk pesiar di Kuala Lumpur. Tapi gadis itu berusaha meyakinkan diri, bahwa Boboiboy tidak akan meninggalkan mereka.
" Selepas Siti, Kaulah Kawan terbaik aku, Boboiboy ... Atau mungkin kau lah kawan lelaki pertama aku di dunia ini ..."
Ia pun mendendangkan sebuah lagu sebelum akhirnya ia tertidur pulas di atas ranjang nomor satu di Kuala Lumpur itu. Ditariknya selimut beludrunya sembari memejamkan mata.
All by myself, Waiting for a 'Friend' to Show**
My Magic won't help me now, not until you walk through the door
Please set me free
Don't be Afraid
I'm always by your side
Come now, My Friend
Death sweet embrace, was once a gift I yearned for
But now that I've found you
I don't need death, not anymore
Come set me free
You'll be Okay
I'll keep you safe, So I beg
Don't go Away
'Friend'
* Fan Lyrics dari Ib Theme: Memory
** Fan Lyrics dari The Witch House: Friend
Bersambung ...
Maaf, saya banyak salah dalam fic ini hehehe ... dan mungkin fic ini tidak sepanjang mawar Liar, jadi saya tidak perlu banyak-banyak mengutarakan imajinasi saya disini.
Yang ingin melihat bagaimana rupa Mimi, silahkan kunjungi Akun saya di DeviantArt ataupun Fanpage saya di FB :)
Terima kasih telah mampir dan membaca, Readers ^^ Sila beri review jika berkenan :)
