The Other One

Original story by: unnamed

.

.

Oh Sehun

Zhang Yixing (Lay)

Xi Luhan

Wu Yifan / Kris Wu

.

[1/2] AU! Romance, litte bit Angst, little bit comedy

2573words

.

The characters belong to God, parents, and their agency. I'm claiming this story plot as mine.

Sehun berpikir kalau Ia butuh istirahat sejenak. Sebagai imigran yang bekerja di Cina rasanya Ia sangat sibuk dibandingkan dengan orang Cina sendiri. Pria berumur 24 tahun ini sudah berada di Cina sejak kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan finansial terbesar yang ada di negara tersebut sebagai karyawan di bagian keuangan. Rasa penat selalu datang setiap pulang bekerja. Tapi lumayan lah, ia bisa menyewa apartemen dan membeli mobil mewah keluaran terbaru.

Orang Korea Selatan di Cina selalu menjadi kekaguman tersendiri. Tentu saja karena Hallyu Wave nya, prianya yang mempunyai wajah berkualitas tinggi, serta budayanya. Oh Sehun salah satu pekerja yang paling laris dikerubungi oleh para wanita karena wajahnya yang tirus dan tampan, serta tingginya yang menjulang. Oh, jangan lupa dengan kerja kerasnya. Sehun sangan perfeksionis dalam pekerjaannya, mungkin karena ia di tempatkan di bagian keuangan. Salah sedikit, bisa dibilang KKN.

Namun semua itu tidak berpengaruh. Sehun sendiri sudah punya kekasih sejak bangku kuliah. Namanya Xi Luhan, ia adalah seorang artis yang sedang naik daun di negara bambu tersebut. Tidak ada yang mengetahui kalau Luhan memacari Sehun, begitupula sebaliknya. Luhan terkenal karena wajahnya yang sangat putih, lembut, dan cantik, serta memiliki senyum menawan. Dia adalah senior Sehun di kampus. Mereka tinggal di satu apartemen. Namun sebagai pria yang jantan, Sehun tetap membayar tiga perempat biaya apartemen mereka.

Memacari seorang artis tidaklah menyenangkan seperti yang orang duga, apalagi ketika dia sedang naik daun. Sehun merasa kesepian dan kesal. Pasalnya, Luhan saat ini sedang syuting sebuah film bersama seorang aktor tampan blasteran Cina-Kanada bernama Kris Wu. Kalau boleh percaya diri, Sehun merasa dirinya paling tampan dibanding orang itu. Setiap hari dia selalu berkaca, mengecek sendiri penampilannya dan membasmi semua keriput dini yang hinggap di mukanya karena terlalu keras berpikir. Tapi Ia tetap selalu percaya kalau Luhan hanya satu miliknya, dan Sehun bagi Luhan adalah segalanya.

Tepat pukul tujuh malam Sehun baru keluar dari kantornya dan mengendarai mobilnya menuju apartemen. Syukurlah, suasana jalan di Beijing tidak macet dan lancar, sehingga Sehun bisa sampai hanya dalam waktu 20 menit. Sesampainya di apartemen, Sehun tidak langsung mengganti bajunya, namun tiduran di sofa. Seperti biasa, Luhan belum pulang dari lokasi syuting. Keadaan apartemennya sangat sepi dan kosong. Sebelum Luhan sibuk, setiap pulang bekerja Ia selalu dijamu oleh masakan dan pelukan mesra dari pria cantik tersebut. Setiap dia kelelahan, selalu ada Luhan disampingnya yang selalu tersenyum dan memberi semangat. Terkadang memijit bagian badannya yang pegal dengan penuh rasa simpati. Oh God, rasanya Ia ingin menangis mengenang saat mereka bersama. Namun apaboleh buat. Luhan sibuk, Sehun super sibuk.

Dua puluh menit kemudian, pintu apartemen terbuka dan munculah Luhan dengan muka lelahnya, Sehun hanya menatap pria itu dan bangkit dari tidurnya. Menyalakan televisi lalu mengambil bir kaleng dari kulkas.

"Bagaimana harimu?" tanya Luhan setelah dia duduk di samping Sehun.

"Seperti biasa. Kau?" Jawab Sehun tanpa melepas pandangannya dari televisi. "Melelahkan." Setelah itu, Luhan bersandar di bahu kiri Sehun dan memejamkan matanya.

"Kudengar kau akan melakukan adegan ciuman dengan Kris?" tanya Sehun datar. Dalam hatinya Ia sangat kesal karena Ia dengar dari rekan kerjanya yang merupakan penggemar berat Luhan, bukan dari mulut pria itu.

"Ya. Tolong jangan cemburu, semua itu hanya akting."

Setelah itu, Sehun meminum semua isi bir kalengnya dengan sekali teguk.

.

.

Beberapa hari yang lalu Sehun diminta untuk menjadi senior yang akan menemani orientasi pra-kerja karyawan baru di kantornya. Konyol sekali, dirinya sangat membenci menjadi senior dan melakukan hal yang tidak berguna seperti orientasi. Ia dan temannya, Wu Yifan diminta menjadi senior untuk divisi mereka. It's gonna be dissaster. Sebenarnya Ia sedang sangat kesal melihat wajah milik Yifan.

"Ck.. kudengar salah satu dari junior kita sangat seksi, aku tidak sabar." Bisik Yifan tepat di telinga Sehun. Sehun hanya diam sembari membenarkan kemeja putihnya. "Akan kucarikan kau jodoh. Hey, wanita Cina itu lebih natural daripada Korea, kau harus mencoba mengencani mereka." Sehun memandang temannya dengan malas. Pria cantik Cina lebih menawan. Yifan tersenyum kekanakan lalu mengejar Sehun yang berjalan cepat menuju lift. Sehun memandang Yifan yang sedang bersenandung kecil di sampingnya dengan intens. Untungnya hanya ada mereka berdua di dalam lift tersebut, kalau tidak pasti banyak orang yang salah pengertian.

"Hey... kau mirip aktor Kris Wu." Kata Sehun setelah mengobservasi badan dan wajah Yifan. "Oho... banyak orang yang bilang begitu." Timpal Yifan seraya menyisir rambutnya dengan jari. Sehun berdehem menahan kesalnya. Kesal karena rasa percaya diri Yifan yang terlalu besar. "Kalian juga sama-sama Wu. Kalian bukan saudara, kan?" tanya Sehun.

"Ey, kenapa kau seperti ini? Kau penggemarnya, ya? Atau ... kau penggemar Luhan? Aku dengar dia akan beradegan ciuman dengan Kris." Yifan mendekatkan mukanya ke arah Sehun dan memicingkan matanya. "Oh... atau kau penggemar fanatik Luhan yang akan melakukan gencatan senjata?" Yifan tersenyum menggoda. Sehun menyingkirkan muka Yifan dengan telapak tangannya lalu berjalan keluar setelah lift mencapai lantai dasar. Ah ya, mungkin bisa dibilang dia adalah penggemar fanatik Luhan... selama 5 tahun.

.

.

Memang sudah menjadi tradisi sepertinya kalau seorang senior yang baik harus bisa menjaga wibawanya di depan junior. Yifan yang sedari tadi mengoceh langsung terdiam dan memasang wajah sok tampannya di hadapan junior yang kebanyakan wanita. Mencari mangsa dia rupanya, pikir Sehun. Sehun yang memang agak pendiam ini memang sudah biasa memasang wajah juteknya di hadapan teman-temannya. Sehun sudah menduga kalau para junior barunya sedang terkesima dengan Yifan dan dirinya. Bukan bermaksud percaya diri, tapi Ia dan Yifan sering disebut sebagai The Most Killer Faced Workers oleh rekan kerja yang lain karena tinggi dan wajahnya yang menawan. Benci Ia akui kalau Yifan sangat tampan dengan wajah orientalnya.

"Perkenalkan, nama saya Oh Sehun, saya orang Korea. Senang bertemu dengan kalian." Sehun memperkenalkan diri dengan sopan, tidak lupa membungkuk 90 derajat ala Koreanya. Ia bisa merasakan bisikan kagum keluar dari para juniornya. Kecuali satu pria berambut klimis di belakang, yang sedari tadi diam memandang lurus. Sehun menelan ludah melihat penampilan pria itu. Rambut klimis, baju sangat rapi, dan wajah putih pucat. Wow... masih ada yang mau berpakaian serapi itu di zaman modern ini.

"Okay, untuk hari pertama, kalian akan kami antarkan menuju ruangan kerja dan karena kami sedang kekurangan tenaga, kalian diminta untuk langsung bekerja. Mengerti? Sekarang ikuti saya." Yifan berkata sangat tegas yang diiringi oleh keluhan.

Sehun tersenyum lalu menatap mereka pergi. Pria berambut klimis itu berbalik setelah semuanya berjalan beriringan. Hatinya entah mengapa terdorong untuk berjalan di belakangnya. Diam-diam dia mengecek data milik pria tersebut. Namanya Zhang Yixing, umurnya jelas lebih tua daripada dia. Pria ini diam dan tipe penyendiri, membuat Sehun penasaran.

.

.

Istirahat makan siang tiba. Sehun mengendarai mobilnya keluar dari kantor menuju lokasi syuting Luhan yang berada tidak jauh dari tempatnya bekerja. Setelah memarkirkan mobilnya, Sehun turun dan langsung mencari Luhan. Tadi malam Luhan memintanya untuk datang dan makan siang bersama. Alasannya sudah lama tidak makan siang berdua. Tentu saja Sehun senang menerima ajakan ini dan tidak sabar menunggu makan siang tiba. Kebetulan ketika Ia datang, Luhan baru saja break dari syuting.

"Luhan!" Sehun memanggil Luhan dengan senyuman. Luhan melambaikan tangannya dengan gembira lalu berlari menuju Sehun. Ketika Sehun hendak memeluknya, Luhan langsung menepis begitu saja, membuat tanda tanya besar di kepala Sehun muncul. "Banyak wartawan disini..." Jawab Luhan.

Sehun dan Luhan memilih untuk duduk di pojok kafe yang merupakan lokasi syutingnya. Tanpa Sehun ketahui, Luhan membawa bekal untuk mereka berdua dan hal itu membuat Sehun berbunga-bunga. Sudah lama Ia tidak merasakan sensasi roller coaster di perutnya. "Aku ingin menciummu," bisik Sehun yang membuat Luhan malu dan memerah. "Tahan dulu sampai di nanti malam..." timpal Luhan diiringi tawa renyah Sehun. Inilah sosok Luhan yang Ia cintai, sangat peduli dan membuat otaknya mati. Ia selalu bisa membuat pria itu tertawa. Rasanya Ia ingin menangis di hadapan Luhan saking rindunya akan sosok pria manis itu.

"Hai..." sebuah suara berat menginterupsi mereka berdua. Sehun mendongak dan melihat sosok yang wow... benar-benar mirip Yifan. Tapi kalau boleh Ia duga lebih menawan dan elegan Kris daripada Yifan. Ya, sosok itu adalah Kris Wu, lawan main Luhan. Pujian yang keluar dari dalam batinnya langsung menguap seketika karena mengingat dia adalah sebuah Kris Wu. Berani-beraninya dia. "Oh Hai..." Jawab Luhan canggung. Ia menatap Sehun yang kini memasang wajah terganggu.

"Luhan, siapa dia? Kau tidak mau memperkenalkannya padaku?" dengan tidak sopannya Kris mengambil kursi lalu duduk di samping Luhan.

WHAT THE FUCK? HELL NO! HE IS MY BOYFRIEND AND YOU DARE TO SIT BESIDE HIM! WHO THE FUCK ARE YOU?

"Dia Oh Sehun..." Luhan tersenyum canggung lalu menatap Sehun, seakan meminta pengertian. "Dia ...temanku dari Korea..." lirih Luhan.

WHAT THE ACTUAL FUCK? DID HE JUST SAID... I WAS HIS FRIEND? ONLY FRIEND?

Sehun melotot mendengarnya. Sedangkan Kris tersenyum lalu mengeluarkan makan siangnya. "Ah... hanya teman... Bolehkah aku makan dengan kalian?"

Seketika itu mood Sehun langsung hancur dan tanpa sepatah kata apapun dia langsung pergi tanpa menyahut teriakan Luhan. Nafsu makannya hancur seketika.

.

.

Tanpa sadar kaki jenjangnya membawa pemuda tersebut ke kantin kantor dan langsung memesan makanan. Jujur saja dia sangat lapar karena belum sempat sarapan, apalagi semalam ia mabuk. Kantin pada saat itu sedang penuh, dan hanya ada satu bangku yang tersisa... mungkin lebih tepatnya di duduki oleh Yixing... karyawan baru tadi. Seakan ada roh lain yang memanggilnya kesana. Tanpa pikir panjang, Sehun langsung duduk di depan Yixing dan makan makanannya dengan rakus. Sembari mengumpat dalam bahasa ibunya.

"Makanlah pelan-pelan, Sunbaenim..." sebuah suara lirih memperingatkannya dalam bahasa Korea. "Uhuk!" Sehun langsung tersedak mendengarnya dan tangannya mencari minum. Setelah menemukannya, diminumnya dengan rakus lalu melihat Yixing dengan terkejut, yang dibalas tatapan datar. "Kau... kau bisa bahasa Korea?" tanya Sehun dengan memakai bahasa Korea. Yixing mengangguk lalu makan dengan pelan. Sehun terngaga dibuatnya. This guy is amazing.

"Apa kau pernah tinggal di Korea sebelumnya?" tanya Sehun. Yixing hanya mengangguk mengiyakan tanpa berhenti makan. Sehun tersenyum lebar diam-diam lalu melanjutkan makan. Tunggu, dia memanggil sunbaenim? Batin Sehun kebingungan. "Saya memanggilmu Sunbaenim karena anda adalah senior saya." Jawab Yixing yang membuat Sehun melongo plus melotot. Orang ini benar-benar ajaib. "Kalau begitu aku bisa berbicara denganmu menggunakan bahasa Korea."

.

.

Tujuh hari kemudian

Sehun baru saja akan keluar dari ruangannya ketika Ia melihat lampu masih dinyalakan. Siapa malam-malam begini yang masih kuat bekerja, pikirnya. Tanpa berpikir Ia langsung mencari apakah ada orang di dalamnya. Ternyata, Yixing masih bekerja sampai larut malam. Sehun tersenyum lembut. Diam-diam Sehun memperhatikan pria pendiam itu ketika sedang bekerja. Ternyata baru ia ketahui pagi ini kalau Yixing mempunyai lesung pipi di kedua pipinya. Ia tidak tahu tentang hal ini karena Yixing berbicara sangat sedikit dan datar padanya.

"Zhang Yixing, kau masih disitu?" tanya Sehun. Yixing membenarkan kacamata bacanya. "Ya, Sunbaenim, masih banyak dokumen yang harus di selesaikan." Sehun mengangguk lalu mengamati meja kerja Yixing. Setumpukan kertas dengan tidak berperikemanusiaan hinggap di meja Yixing. Seingatnya, dia dan Yifan tidak menaruh setumpukan dokumen sebanyak ini.

"Yixing-ah, aku tidak ingat aku menaruh banyak kertas di mejamu." Selidik Sehun. Yixing menatap Sehun dengan takut lalu menunduk. "Sunbaenim benar-benar menaruh semua ini." Jawab Yixing. Sehun menyeringai acuh. "Hei, aku bukanlah tipe pelupa. Aku tanya, siapa yang menaruh semua ini?" Sehun kini mendelik tajam ke arah Yixing. Perkataan tajam dari Sehun membuat Yixing menelan ludahnya dan terpaksa mengaku.

"Ada... empat orang yang menaruh pekerjaan mereka di meja saya dan... saya... tidak berani melawan mereka..." lirih Yixing. Sehun mendesah kesal lalu mengangguk.

"Siapa mereka?"

"Saya tidak berani."

"Siapa mereka?"

"Maaf..."

"SIAPA MEREKA?"

Yixing diam, tidak berani menjawab. Sehun mendelik tajam ke arahnya lalu mendesah kasar.

"Dengar... Tidak boleh ada yang melakukan ini padamu. Bukan karena kau rajin, lemah, atau apalah itu namanya. Tapi kau itu sama dengan kami, mereka digaji dan kau pun digaji untuk ini. Jadi jangan diam saja, laporkan atau lawan mereka. Kau tahu nomor ponselku dan aku pun tahu nomor ponselmu. Jadi malam ini juga, bilang padaku siapa mereka." Dengan itu Sehun pergi meninggalkan Yixing yang tanpa Sehun ketahui, memandangi punggungnya dengan wajah memerah.

.

.

Feng Jian, Huang Meili, Li Shuo, Tan Shuai langsung diberhentikan oleh kantor karena perbuatan mereka yang termasuk penindasan. Dengan begitu, Yixing bisa lega. Ternyata melapor tidak ada salahnya. Namun begitu, tetap saja dia merasa ganjal dan merasakan sesuatu akan terjadi nantinya.

Sehun memasuki ruangan dengan perasaan lega entah mengapa. Ia berhenti sebentar melihat Yixing dan tersenyum tipis. "Masih klimis saja rambutnya." gumam Sehun geli.

Dalam hati, Ia miris dan sedih karena semalam Ia bertengkar dengan Luhan, tidak ada kemajuan dalam hubungan mereka. Sudah beberapa hari ini hubungan mereka tidak membaik pasca insiden makan siang. Ditambah berita Kris dan Luhan yang semakin santer dan menjadi makanan publik. Sehun mengusap wajahnya frustasi. Andai saja Luhan mau mendeklarasikan hubungan mereka di hadapan media tanpa takut. Pasti Kris setan itu tidak berani mendekati Luhan. Hei, Sehun tidak buta tentang media play. Ia sangat tahu kalau Kris menggunakan Luhan sebagai alat penunjang pamornya. Tapi tetap saja, Luhan adalah miliknya seorang. Mau media play atau bukan, tetap saja kesal setengah mati.

.

Jam makan siang tiba. Semua rekan karyawan termasuk Yifan di ruangannya menghilang. Hm... kecuali Yixing. Pria yang rambutnya tidak pernah kering itu masih setia duduk di mejanya. Sehun merasakan perutnya lapar dan Ia malas sendirian ke kantin.

"Yixing-ah... mau pergi ke kantin?" tanya Sehun. Yixing terdiam lalu mengangguk malu.

"Great..." Gumamnya pelan lalu berdiri diikuti Yixing.

Yixing berjalan di belakangnya dengan pelan. Karena merasa risih, Sehun menarik tangan Yixing untuk berjalan di sampingnya. Kulit itu saling bergesekan. Sehun merasakan hangat menjalar di seluruh tubuhnya. Jantung Sehun berdetak seketika merasakan sensasi tersebut. Matanya berkedip lalu melihat Yixing yang tetap saja berwajah datar. Wow...

"Kau... mengapa kau pernah tinggal di Korea?" tanya Sehun yang berinisiatif menghilangkan segala kecanggungan.

"Sekolah. Sejak SMA sampai kuliah." Jawab Yixing.

"Lalu?"

"Aku dipanggil Lay, karena mereka tidak bisa mengeja 'Yixing'." Sehun mengangguk.

"Ah... terus, apa hyung pernah punya pacar disana?" Tangan Sehun menyambar tangan Yixing seketika lalu menatap menatap.

Deg...

Mereka berdua menghentikan.

Sehun terkejut karena ini kali pertamanya ia memanggil Yixing dengan sebuat Hyung.

Yixing terkejut karena jarak wajah Sehun dengan dirinya begitu dekat.

Mereka berdua sama-sama terkejut karena detak jantung mereka yang terasa begitu cepat tak terkontrol serta mata mereka yang saling menyelami satu sama lain. Jari-jari mereka saling menyatu. Kehangatan itu... Sehun merasakannya lagi.

"AKH!" tiba-tiba saja Yixing mengernyit kesakitan. Raut wajah Sehun berubah, tangannya makin menggenggam tangan Yixing erat. Semakin lama tangan itu semakin dingin, wajah Yixing pucat dan terjatuh.

"HYUNG!" Sehun menggoncangkan tubuh Yixing yang semakin lemas. Matanya menutup perlahan dan kehilangan kesadaran. Tubuh Sehun entah kenapa berkeringat dan dia sangat khawatir.

"ZHANG YIXING!" Yifan langsung datang setelah melihat orang-orang yang mulai mengerumuni mereka. Yifan mengecek badan Yixing dan sangat terkejut melihat darah keluar dari punggungnya.

"Ini... Yifan meraba luka tersebut. "Ini bekas tembakan." Sehun melotot dan semakin panik. Pistol kedap peluru menembak punggung Yixing dari belakang.

"Zhang Yixing!" entah untuk berapa kali dia memanggil namanya dan matanya memanas. Air mata tak kuasa tertahankan dan jatuh bersamaan dengan keringat dingin dari pelipisnya.

"CEPAT PANGGIL AMBULAN DAN POLISI! CEPAT!" Teriak Sehun frustasi lalu menggendong Yixing keluar dari lobi.

"Zhang Yixing... bertahanlah..."

Sehun tidak peduli kalau kemejanya terkena bercak darah dan bau anyir.

Sehun tidak peduli kalau keringat dan air matanya keluar membasahi wajahnya.

Yang Sehun lakukan hanya membawa Yixing keluar dan berlari tanpa menunggu ambulan. Dia bingung... kenapa bisa merasakan panik berlebih untuk pria klimis ini. Dan lebih tepatnya... Ia tidak memikirkan siapa-siapa selain Yixing, termasuk kekasihnya sendiri.

.

.

-TBC-

Btw ada dong yang tertarik buka bio dan baca? Siapa tau mau request prompt :D