Tittle: 10 Days in Love
Author: Restia Titanreeves Ningsih/Choi Eun Joon
Lenght: 2shoot
Pairing: KyuMin
Cast:
Cho Kyuhyun as Cho Kyuhyun
Lee Sungmin as Lee Sungmin
Lee Donghae as Lee Donghae
Genre: Yaoi, Sweety, little sad, Happy Ending
Rate: T
Warning: YAOI, gaje, Typos, dll-
Backsound: Super Junior – Memorise & A Short Journey
Disclaimer: Kyuhyun dan Sungmin adalah milik Tuhan YME. Kedua Umma-Appa mereka, dan tentu saja mereka saling memiliki. Tapi setidaknya izinkan saya berharap jodoh saya nanti mirip Kyuhyun ya... #PlakK
Summary: Cinta terkadang datang disaat yang tidak pernah kau duga. Melengkapi apa yang sudah kau miliki lebih dulu di dunia ini. Tapi Dimana, siapa, dan kapan, bukan dirimu yang mengendalikannya. Semua tinggal menunggu, butuh waktu berapa lama untukmu menyadari kehadirannya. Satu hari? dua hari? tiga hari? atau justru hingga cinta itu hampir menghilang?
...
1st Day
Kyuhyun Pov
"Maaf, maafkan aku. Aku tidak sengaja".
Bisa kudengar suara lembut meminta maaf dari arah pintu masuk. Mungkin suara seseorang yang tidak sengaja menabrak pengunjung lainnnya. Sudah biasa. Tapi entah kenapa, suaranya itu membuatku tertarik untuk mengetahui lebih banyak.
Akhirnya aku beranjak dari meja pantry yang sedang ku duduki, menuju pintu masuk. Dan, bingo, dugaanku memang benar, hanya sekedar tabrakan antar pengunjung. Tapi, bukan. Bukan itu yang membuatku masih berdiri tak jauh dari pintu itu, dan memandangi mereka disana. Tapi terlebih pada pesona yang ditunjukkan oleh orang itu, yeoja itu, yeoja yang berkali-kali membungkukkan badannya untuk minta maaf pada pria paruh baya dihadapannya, yang sama sekali tidak masalah dengan kecerobohan yeoja itu ketika masuk tadi.
Aku seperti terkena sindrom "Love at First Sight" yang sering ku jadikan lelucon setiap kali adikku, Cho Jino menceritakan kisah cintanya dengan Siwan. Bagiku itu menggelikan. Bagaimana bisa seseorang jatuh cinta pada orang lain, hanya dalam satu kali pertemuan. Tapi, kali ini, aku sedikit ingin meralat statement ku itu. Aku rasa, Love at First Sight itu tidak terlalu mustahil.
"Pelayan"
Kulihat dia memanggil salah satu diantara kami, berbarengan dengan gerakannya melepas mantel bulunya. Sungguh wanita yang unik. Dimana-mana, orang akan duduk dulu baru memanggil pelayan. Tapi dia berbeda.
Saat salah satu rekanku hendak mendekat ke mejanya, sontak aku menahan langkahnya.
"Biar aku saja".
Bolehkan aku bergerak lebih cepat?
"Mau pesan apa nona?"
"Nona? Apa aku terlihat seperti nona-nona?"
"Eh?"
Dia memamerkan senyuman yang sangat indah, membuat aku kehilangan kesadaran untuk sekedar merespon kata-katanya barusan.
"Aku ini namja".
Apa barusan dia mengatakan kalau dirinya namja?
"Gotjimal"
"Kenapa aku harus berbohong padamu?" kalau tidak percaya, ini, baca kartu namaku. LEE SUNGMIN".
Aku masih terpana akan kecantikannya. Bahkan saat dia menyodorkan kartu namanya, aku tetap terpaku. Matanya terlalu cantik untuk ukuran namja. Rambut pendek yang terbungkus topi rajutan berwarna pink itu juga sangat pas jika diidentikkan pada seorang yeoja. Bajunya juga baju yang tidak mustahil digunakan yeoja, t-shirt merah muda yang tadi di lapisi dengan mantel bulu berwarna biru, di tambah lagi dengan celana gunung coklatnya. Cukup beralasankan jika ku sebut dia yeoja? Yeoja tomboi yang cantik.
"Hei, jangan melamun terus. Apa aku sebegitu meragukannya bagimu? Hmm, ya sudahlah lupakan. Apa yang spesial di caffe ini?" pertanyaannya itu, memaksaku untuk kembali kedunia nyataku. Ku selipkan kartu namanya di kantung apronku dan mulai menjalankan tugasku sebagai waiter.
"Ah, maaf. Di Caffe kami, menyediakan beberapa menu utama. Ada Custard Cake, yaitu makanan yang terbuat dari tepung dan campuran susu, kemudian ada es krim yogurth, serta kopi arabica dan Cappucino Latte pilihan terbaik. Untuk es krimnya sendiri, kami menghadirkan 24 varian rasa. Hadir 8 rasa setiap minggunya dengan pilihan anggur, durian, lemontea, greentea, strawberry, original, mocaccino, dan creamy mint"
"Kalau begitu bawakan aku Custard Cakenya dengan Es krim mint nya saja."
Usai menulis pesanannya, aku bermaksud kembali ke pantry. Tapi, tiba-tiba tangannya menahan lenganku. Ku lihat wajahnya.
"Jangan pakai lama ya. Aku baru saja melakukan perjalanan jauh. Itu membuatku lapar."
Sebelah matanya dikedipkan padaku dengan tujuan agar aku bisa bekerja sama. Tapi sayangnya, ekspresinya itu justru membuatku membeku. Terpesona. Jatuh cinta. Hingga menganggukpun aku tak sadar.
Setelah menyerahkan kertas berisi pesanan Sungmin pada Cheff, aku menunggu sambil kembali melihat kartu nama Sungmin tadi.
"Ternyata dia memang namja. Arsitektur muda rupanya."
"Dari siapa?" suara yang begitu ku hapal ini menginterupsi kegiatanku membaca kartu nama itu.
"Namja cantik Cheff". Jawabku sambil tersenyum pada Cheff Donghae, orang yang mengatur seluruh isi dapur, sekaligus sahabat karib ku sekaligus hyung kesayanganku.
"Jatuh cinta eoh?"
Aku hanya meliriknya sebentar, lalu tersenyum. Dia pun terkikik kecil.
"Meja 137 kan?"
Sial. Ikan mokpo ini rupanya melihatku meski jarak dapur dengan meja pengunjung cukup jauh. Dasar ikan.
"Kau yang terbaik Cheff Hyung".
"Dan ini, pesanannya baru saja jadi, cepat antar! Kali ini minta nomer ponselnya". Dia menyodorkan sepiring Custard Cake dan Ice Creamy Mint kedepan wajahku.
"Hmm, kenapa tidak bilang dari tadi kalau sudah jadi".
"Aku harus tahu dulu, hal apa yang membuat adikku ini senyum-senyum sendiri". Donghae memencet hidung ku dengan gemas.
"Asal kau tahu, bahkan aku punya alamatnya".
"Waw, lebih cepat dari yang ku bayangkan".
Dengan sedikit mengomel aku meninggalkan area dapur, menuju meja 137. Bisa kulihat wajah seriusnya yang sedang berkutat dengan notebook itu, masih tampak sangat cantik.
"Custard Cake dan Ice Creamy Mint pesanan anda".
"Mmm, letakkan saja disana!".
"Eh? Kenapa kedengarannya aku seperti seorang Office Boy di kantor-kantor?". Hahaha, memang itulah yang kurasakan saat dia meminta aku meletakkan pesanannya.
Dia menghentikan fokusnya pada notebook, lalu beralih menatapku dengan mata beningnya.
"Ah, maafkan aku. Bukan itu maksudku. Tapi..."
"Tidak apa-apa, aku tidak masalah kok. Selamat menikmati pesanannya ya".
Aku memilih segera berlalu dari meja itu. Bukan karena aku marah, atas ucapannya tadi, tapi karena aku harus segera ke kampus sekarang. Kalau aku meladeninya, mungkin aku akan terlambat, dan itu akan mengurangi point ku.
.
.
.
2nd Day
Sejak pertemuanku dengan namja bernama Lee Sungmin itu, tak lepas satu detikpun pikiranku dari bayangan tentang dirinya. Aku sangat yakin aku sudah jatuh cinta. Tapi aku ragu, apa aku akan bertemu lagi dengannya. Aku takut, hari itu bukanlah hari istimewa. Yang artinya, tidak ada makna apa-apa dibalik pertemuan kami. Aku takut tidak ada kesempatan untuk melihat paras cantiknya lagi.
Seperti hari ini. karena kegiatan kampus di cancel, aku menghabiskan waktuku di caffe. Berharap besar namja cantik itu, kambali mampir ke caffe kami. Tapi, sudah hampir pukul 9 malam, waktunya caffe tutup, dan sosok yang ku nantikan itu tak juga muncul. Aku semakin merasa, yang kemarin itu bukan apa-apa.
"Kyu, kau tidak pulang?"
Donghae menginterupsi lamunanku. Dan aku tak berminat untuk menolehnya. Hanya melihat pantulan wajahnya di cermin jendela tempat aku menyandarkan kepalaku, menatap butiran-butiran bening yang mulai turun satu persatu dari langit.
"Kau sudah mau pulang?" tanyaku.
"Hmm, kau?"
"Sebentar lagi. Aku mau bereskan kantor ayah dulu"
"Ya sudah kalau begitu. Aku pulang duluan ya. Sebentar lagi hujan".
"Hmm, baiklah".
.
Baiklah, dia memang tidak akan kemari. Ku tarik tirai penutup jendela caffe, dan mulai berkeliling mengecek semua pintu, apakah sudah terkunci dengan benar. Begitu aku mau mengunci pintu utama dari luar, tiba-tiba hujan deras segera turun dari langit, membuatku mau tak mau kembali membuka pintu caffe dan kembali masuk kedalam. Kalau hujan tidak reda, kemungkinan aku akan menginap di caffe.
'Tuk-tuk-tuk'
Ku alihkan pandanganku kearah pintu yang baru saja ku tutup.
"Sungmin?"
Segera ku bukakan pintu untuknya.
Dia tersenyum manis padaku. Huh, mungkin aku yang terlalu GR, tapi jujur, senyumnya memang sangat manis. Aku masih tidak percaya, kalau orang yang sedang berdiri dihadapanku ini adalah Lee Sungmin. Orang yang kutunggu sejak tadi pagi.
"Boleh aku berteduh disini? hujannya terlalu deras. Mobilku mogok". Betapa jelasnya terlihat bahwa dia ingin mengatakan betapa sialnya dia hari ini.
"Tentu saja. Ayo masuk".
.
Dan disinilah kami sekarang. Duduk berhadapan di salah satu meja pengunjung.
"Cepat sekali Caffe ini tutup?"
"Sudah biasanya seperti itu. Tunggu sebentar,, akan aku buatkan Coffee special untukmu". Tanpa menunggu jawaban darinya, aku berlalu menuju dapur dan sesaat kemudian kembali lagi dengan secangkir kopi yang asapnya masih mengepul.
"Untuk mu".
"Gamsamida".
"Ku kira kau tidak akan mampir ke Caffe lagi". Tanpa bisa ku kendalikan, kata-kata itu meluncur dari mulutku.
"Mmm? Kau menungguku?"
"Apa kedengarannya seperti itu?" dan namja itu mengangguk lucu. Ya Tuhan, bagaimana bisa ada namja sepertinya di dunia ini.
"_nikmatilah kopinya."
"Oh iya, ngomong-ngomong kau itu curang ya.."
"Curang? Kenapa?"
"Sejak awal aku sudah memberitahukan namaku, tapi kau..."
"Kyuhyun. Cho Kyuhyun. Itu namaku."
"Mmm, sepertinya aku akan sering kemari".
Aku tidak tahu apakah Sungmin mengetahui kalau aku jatuh cinta padanya. Tapi yang pasti, aku sangat bahagia sekaligus penasaran saat dia berkata seperti itu.
"Kenapa?"
"Kopinya sangat enak."
"Haha_"
Sembari menunggu hingga hujan berhenti, kami menghabiskan waktu dengan bercerita. Lebih mengenal satu sama lain sepertinya.
"Hujannya sepertinya akan sangat lama"
"Hmm, sepertinya begitu".
Aku bisa membaca kesedihan di wajahnya.
"Dimana rumahmu? Perlu ku antar?"
"Ah, tidak usah. Apartement ku jauh dari sini. Tidak apa"
Untuk beberapa saat kami terdiam. Kehilangan topik pembicaraan.
"Mm, kalau aku boleh tahu. Kau ada kesibukan apa di Pulau Nami?"
"Proyek pembangunan. Aku dipercaya untuk mendesign nya".
"Ummm..."
"Oh iya, bos mu tidak marahkan, kalau kau membuka Caffe sampai malam begini?'.
"Tenang saja, ini caffe ayahku".
"Eoh? Jdi kau bukan pegawai disini?"
Aku menggelengkan kepalaku pasti.
"Hah, maafkan aku ya. Kemarin aku..."
"Tidak apa. Aku suka menjadi pelayan disini. aku seperti menjadi diriku yang lain".
Dia hanya tersenyum kearahku. Dan itu adalah kelemahanku.
"Kau tahu?"
"Apa?"
"Sebuah teori mengatakan, kau harus berhati-hati dengan senyumanmu sendiri".
"Kenapa?"
"Karena terkadang senyuman, bisa membuat orang lain tidak bisa mengontrol dirinya".
Entahlah, Ming mngerti maksud perkataanku atau tidak. Tapi yang jelas aku benar-benar takut tidak bisa mengendalikan diriku karena senyumannya itu.
"Hahahaha, teori darimana itu?"
Eh? Dasar. Untuk apa dia tertawa sekeras itu. Apa dia ingin disangka hantu yang tertawa ditengah malam seperti ini.
"Eh, tunggu dulu. Jadi kau tidak bekerja disini kan?"
Aku menggeleng.
"Besok kau bisa temani aku?"
"Eh?"
"Kau kan sudah lama tinggal di Nami. Jadi kau pasti sangat paham dengan Pulau ini. aku perlu melakukan survey, dan untuk itu, aku membutuhkan tour guide."
"Hahaha, Tour guide. Kau berani bayar aku berapa?"
"Huh, perhitungan sekali."
"Haha, iya-iya baiklah. Aku hanya bercanda".
"Benarkah? Janji ya? Janji?"
Satu lagi hal baru yang ku ketahui tentang dirinya. Dia ini seperti anak kecil.
.
.
.
3rd day
"O, kapan kau sampai disini?"
"Kau seperti melihat hantu".
"Lebih menakutkan dari hantu kurasa".
"Ya! Hae Hyung"
"Hahaha, santai teman. Tapi, sepertinya ada yang tidak beres."
Donghae hyung memutar badanku 360 derajat. Namja ini benar-benar menyebalkan. Apa dia tidak tahu kalau ini membuatku pusing.
"Mau kemana kau dengan pakaian rapi seperti ini? kemana apron mu?"
"Aku mau kencan".
"Mwo? Kencan? Jangan bercanda".
"Apa segitu tidak mungkinnya aku untuk berkencan hyung, sampai kau bertanya seperti itu?". Sungguh, aku merasa diremehkan.
"Hahaha, bukan begitu Gaemgyu. Hanya saja, bukankah terlalu cepat jika kalian akan berkencan sekarang. Ini bahkan baru ketiga kalinya kalian bertemu kan?"
Hyungku yang satu ini benar-benar meragukan pesona seorang pangeran kampus sepertiku. Jagankan Sungmin, pacarnya saja, Lee Hyukjae, yang dia bilang cinta mati padanya, hampir saja jatuh cinta padaku kalau saja dia tidak tahu aku ini adalah adik Donghae hyung.
"Permisi..."
"Hyung tidak percaya? Itu dia pacarku sudah datang" aku menunjuk Sungmin yang baru saja tiba di Caffe kami.
Bisa ku lihat Donghae hyung berusaha mati-matian menahan ekspresi terkejutnya.
"Ming, kau sudah datang?"
"Emm". Dia mengangguk lucu. Ah, bagaimana aku bisa tidak terpesona dengan manusia semanis dia.
"Maaf ya, hari ini aku pinjam Kyuhyun nya dulu". Dia berkata seolah meminta izin pada Hae Hyung.
"Tidak perlu berkata seperti itu. Bukan dia yang menggajiku". Hae hyung memukulku pelan dengan apron di tanganya. Sementara kulihat makhluk dengan kadar gula tinggi itu hanya terkekeh pelan. Oh God, aku harap aku tidak lupa caranya bernapas.
"Kalian benar-benar akan -mmm-pergi berdua?" sungguh, kalau tidak ada Sungmin, aku akan mengabadikan tampang Hae Hyung dan mmberikannya pada Hyukkie Hyung.
"Iya, memangnya kenapa? Apa itu kedengaran aneh?". Oh hyung, jangan tunjukan ekspresi itu pada Hae hyung.
"Sudahlah hyung, jangan dipikirkan. Langit terlihat mendung, sebaiknya kita pergi sekarang kalau tidak ingin ACARA KITA TERGANGGU. Donghae hyung memang seperti itu. Kalau kau ladeni terus pertanyaan-pertanyaannya, bisa-bisa nanti dia minta ikut". Aku menarik tangan Sungmin untuk berlalu dari tempat itu.
"Hyung, aku titip Caffe. Kerja yang benar, dan jangan bawa Hyukjae kemari ya". Aku mengerling pada Hae hyung yang masih terpaku di posisinya saat ini.
"Ck, dasar evil Cho. Memangnya Acara apa yang akan mereka lakukan?".
.
.
.
"Kita mau kemana?". Ya Tuhan, aku sulit bernapas. Berada sedekat ini dengan Sungmin. Aku bisa pingsan.
"Kusebutkanpun kau tidak akan tahu kan, jadi ikuti saja, oke?"
"Hmmm, baiklah. Aku harap kau tidak membawaku ketempat yang aneh".
"Ayolah Hyung, hari ini aku menadi tour guide mu. Kau harus percaya padaku".
Dia mengangguk-angguk lucu. Aku tidak tahu apakah dia melihat tangan kiriku yang kini tengah memegangi dada ku. Detak jantungku tidak teratur.
.
"Kyu berhenti sebentar". Aku menghentikan laju mobil Sungmin ketika kurasakan jemari mungilnya menyentuh lenganku. Sungguh sensasi yang berbeda.
"Wae?"
"Indah sekali".
Seperti dirimu.
"Namanya?"
Sungmin.
"Kyuu..."
"Oo, apa? Kau tanya apa?"
"Ck, kau memikirkan apa hah?"
"Aku juga terpukau dengan keindahannya". Keindahan dirimu.
"Aku tanya apa nama tempat ini?"
"Oooohhh... aku tidak tahu..." mau bagaimana lagi, aku memang tidak tahu.
"Kau ini, kau bilang kau penduduk asli Pulau Nami?"
"Memang benar, tapi aku kan tidak bilang aku hapal namanya. Aku hanya tahu tempat-tempat indah di Pulau Nami."
"Ck..."
"Wae? Menyesal? Ya sudah, belum terlalu jauh untuk kembali. Kalau kau memang ingin tahu namanya sekaligus, ajak saja Donghae hyung. Dia pernah menjadi tour guide dulu". Aku menunjukan ekspresi seolah-olah sedang marah padanya.
"Jangan begitu. Bukannya menyesal, aku hanya..."
"Tidak apa, menyesal juga tidak apa". Aku merogoh kantong celanaku.
"Ini, kau bisa lanjutkan perjalananmu atau kembali sendiri. Aku pulang duluan". Ku sodorkan kunci mobilnya tepat didepan wajahnya.
"Hey, ayolah, jangan marah begitu. Baik-baik-baik, aku minta maaf. Aku janji tidak akan menanyakan namanya. Tapi jangan tinggalkan aku disini sendirian ya". Matanya mengerjap lucu. Hah, aku jatuh cinta padanya. Tidak kusangka reaksinya akan seperti ini.
"Janji?".
Dia mengangguk lalu menyerahkan kunci mobilnya lagi.
"Baiklah, kita lanjut".
Kami melanjutkan perjalanan kami mengitari Pulau yang tidak terlalu besar ini. sekitar 15 menit, kami berhenti lagi.
"Kyu berhenti lagi".
"Memang aku mau berhenti".
"Eoh? Kenapa?"
"Kau sendiri menyuruhku berhenti kenapa?"
"Karena pemandangannya sangat indah. Kau?"
"Kau tidak merasa familiar dengan tempat ini?"
"Mmm...?"
Aku tahu dia tidak mengerti maksudku. Dengan gemas, aku menarik tangannya. Lalu mengarahkan pandangannya kedepan. Menatap hamparan perairan biru yang begitu tenang. Dimana pohon-pohon yang daunnya sedang bermunculan satu persatu menjadi tampilan yang begitu menyejukkan.
"Sudah ingat?"
Dia menggeleng.
"Hm, rupanya kau datang ke kafe hanya untuk duduk minum kopi lalu pulang ya?"
"A? Kenapa begitu?"
"Karena pemandangan inilah yang membuat aku betah berlama-lama berada di kafe. Tempat ini yang tampak jelas dari kaca-kaca jendela kafeku. Tempat ini yang menjadi alasan aku menolak tinggal di Seoul."
Aku tahu sekarang ini dia sedang menatapku. Tapi aku tetap menghadap lurus kedepan. Tak berani bertatapan dengan matanya.
" Sejak kecil ayah mengenalkan aku dengan tempat ini. tempat yang semakin hari semakin indah. Sampai-sampai aku bilang pada ayah, aku akan selamanya tinggal disini. sekolah, bekerja, menikah, punya anak, lalu mati, aku ingin melakukan semuanya di Nami."
Kyuhyun POV End
Sungmin POV
Aku menatap nanar kearahnya. Sungguh, saat ini aku menderita kebingungan yag teramat sangat.
Aku bisa merasakan betapa dia sangat mencintai tempat ini. Tapi tempat ini... tempat ini adalah proyek pembangunan kami. Bagaimana... Bagaimana aku mengatakannya? Bagaimana reaksinya saat tahu akan dilakukan penggusuran di tempat ini?
"Apa aku terlihat cengeng?" Kulihat dia menyeka sudut matanya yang memang hampir mengeluarkan air.
Setelah cukup lama dia mengacuhkan aku, akhirnya pandangannya kembali teralih padaku. Tapi aku hanya bisa menunduk, tanpa ada sepatah katapun untuk menjawab pertanyaannya.
"Ming..."
Aku tahu aku membuatnya bingung.
Perlahan aku kembali mengangkat wajahku dan tersenyum padanya. Oh, Lee Sungmin, tidakkah sikapmu ini terlalu aneh?
"Kau baik-baik saja" Pertanyaan itu, entah kenapa terdengar tak pantas untuk ditujukan padaku.
Aku menggeleng pelan.
"Ayo, langit semakin gelap... aku takut sebentar lagi..."
Hal yang ditakutkan Kyuhyun, terjadi bahkan sebelum kata-katanya selesai diucapkan. Dengan segera dia menarikku, untuk kembali ke mobil.
"Hujan turun disaat yang tidak tepat". Keluhku.
Tidak Kyu, justru hujan turun disaat yang sangat tepat. Saat aku tidak tahu harus melakukan apa saat ini.
Dia melajukan mobil perlahan. Suasana jalanan sebenarnya tidak bisa dikatakan baik untuk dilalui. Hujan yang turun terlalu deras, tidak ada celah untuk melihat ke sekitar. Tapi, mengingat tidak ada tempat perhetian di sekitar kami, Kyuhyun tetap melajukan mobil dengan sangat pelan.
"Kau kenapa? Kau sakit? Dari tadi kau diam saja". Dengan penuh perhatiannya dia menanyakan keadaanku.
Tangan besarnya menyentuh dahiku.
"Tidak panas".
"Aku baik-baik saja Kyu".
"Dimana lokasi proyek mu? Apa masih jauh?"
"Kyu..."
"Ya?"
"Kita putar balik saja". Secara tiba-tiba itulah kata yang keluar dari mulutku. Entahlah, apa yang membuat aku memutuskan hal itu.
Kyuhyun menghentikan laju mobil kami di tengah hujan yang masih mendera.
"Kenapa? Apa masih sangat jauh ya? Jangan khawatir, aku biasa melajukan mobil ditengah hujan seperti ini". tatapannya polos, aku semakin merasa jahat kalau sampai dia tahu aku akan menhancurkan tempat itu.
Aku menggeleng.
"Bukan. Hanya saja, aku yang tidak tahan berada di tengah hujan seperti ini. aku takut asmaku kambuh".
"Kau asma? Hah, sayang sekali, aku tidak bisa menemanimu selain hari ini".
"Gwaenchana, aku akan kesana sendiri". Aku meraih tangan putih pucatnya. "Kyu, terimakasih, kau memang pria yang baik".
Dia masih terpaku karena tindakanku.
Sungmin POV END
Kyuhyun POV
"Gwaenchana, aku akan kesana sendiri". Dia meraih tanganku. "Kyu, terimakasih, kau memang pria yang baik". Sebenarnya aku merasa ada yang aneh dengan sikapnya. Tapi, melihat saat ini tanganku berada dalam genggamannya, otakku macet, aku mendadak tidak bisa berpikir.
"Kita pulang"
Entah kenapa aku hanya bisa menurut saja saat dia meminta aku memutar arah, kembali ke Kafe. Hah, aku rasa ini karena sihir cinta yang ada dalam matanya, dalam senyumnya, dalam setiap gerakannya, dalam sentuhan tangannya. Aku benar-benar sudah gila.
.
.
.
4th day
"Bagaimana kencanmu kemarin?"
Hampir saja gelas kopi ini terlepas dari tanganku saat Donghae hyung dengan tiba-tiba muncul dibelakangku dan menepuk pundakku.
"Kau benar-bener seperti hantu hyung".
"Huh, itu karena kaunya saja yang melamun. Memikirkan apa? Namjachingumu, eoh?"
"Bukan hyung, kau ini polos sekali. ku bilang Sungmin Hyung pacarku percaya saja".
"Aishh, dasar evil. Benarkan kau itu menipuku?".
"Bukan salahku, kau yang mau ditipu..."
"Aissh, jinjja..."
Aku lihat Donghae Hyung sangat kesal saat ini.
"Lalu bagaimana perjalanan kalian kemarin?"
"Pada awalnya lancar. Sampai kami tiba di sungai yang terlihat dari sini itu". Aku menunjuk kearah luar jendela Kafe dengan daguku.
"Lalu?"
"Lalu? Hujan turun dengan tidak elitnya. Karena Sungmin hyung punya asma, jadi kami memutuskan untuk pulang".
"Hahaha, kasihan sekali... kencan pertamamu tidak berjalan sesuai rencana ya... hahaha"
"Ya! Bisa-bisanya kau tertawa diatas penderitaanku hyung". Aku sudah bersiap untuk melempar bungkusan Choco granule ke wajahnya yang sok polos itu.
"Haha, iya, iya, maafkan aku Kyu. Kau tahu, itu akibat karena kau membohongiku..."
"Haish... anio..."
"Ya sudahlah, kalau kalian berjodoh, pasti masih ada jalan lain".
"Tapi hyung..."
Akhirnya Donghae Hyung bisa sedikit lebih serius mendengarkan aku.
"Aku seperti merasa ada yang tidak beres".
"Tidak beres?"
Aku mengangguk.
"Saat dia meminta aku putar arah, dia menggenggam tanganku, matanya seperti mau menangis".
"Mungkin itu hanya perasaanmu saja. Udara yang dingin bisa membuat mata berair Kyu".
"Hah, mungkin sajalah". Kuaduk sebentar Espresso di tanganku lalu kuberikan pada Donghae hyung.
"Gomawo".
"Mm". Jawabku.
"Biasanya Sungmin sudah sampai disini 15 menit sebelum jam makan siang".
Benar, saat ini para pegunjung memang sedang menikmati jam makan siang mereka di Kafe kami. Seperti biasa. Tapi ada yang tidak biasa, Sungmin belum datang. Apa dia ke lokasi sendirian, dan tidak sempat mampir kemari?
Aku menghela napas berat. Seandainya saja tadi tidak ada ujian, aku bisa menemani Sungmin hyung lagi.
.
.
.
Sudah jam 21.00 KST. Waktunya aku merapikan Kafe. Donghae hyung sudah pulang lebih dulu, seperti biasa.
Hujan turun lagi, persis seperti hari dimana Sungmin Hyung bermalam di Kafe kami. Entah kenapa aku merasa sangat merindukannya. Padahal baru hari ini dia tidak datang. Tapi seperti malam itu, aku berharap Sungmin Hyung datang malam ini.
Perlahan kututup mataku, menghitung satu sampai lima dalam hati, berharap ketika hitunganku selesai, Sungmin hyung akan berdiri di depan pintu Kafe sambil mengetuknya dengan jemari-jemari mungilnya itu.
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Kubuka kedua mataku. Tapi hanya ada kekosongan. Tidak ada sosok pendek menggemaskan yan berdiri disana. Baiklah, mungkin hari ini Sungmin Hyung tidak akan datang.
.
.
.
5th Day
Karena aku akan ada kegiatan di kampus untuk satu hari ini penuh, pagi-pagi sekali aku sudah sampai di Kafe.
"Waw, tumben sekali pagi-pagi buta kau sudah sampai disini Kyu". Sambutan yang sangat hangat hyung. Aku tersenyum padanya.
"Aku tidak bisa kemari sampai besok hyung. Acara pentas seni mengharuskan aku dan panitia yang lain lembur di kampus".
"Oh, kau benar-benar mahasiswa yang sibuk ya".
Aku tersenyum kecil. Tanganku meraih sebuah gelas kopi, kemudian mulai meracik Capuccino kesukaan Sungmin hyung. Ya, masih ingatkan, Sungmin hyung pernah bilang dia akan sering kemari karena Kopi buatanku enak.
"Untuk siapa?" tanya Donghae Hyung.
Aku belum bersedia menjawab. Kemudian tanganku beralih pada piring dan menghidangkan Custard Cake diatasnya.
"Hyung, berikan ini pada Sungmin hyung, kalau dia datang ya". Ucapku dengan senyum sumringah.
"Kau berlari datang kemari, dengan napas yang masih terengah-engah hanya untuk sekedar membuatkan Custard Cake dan Cappucino untuk namja yang belum satu minggu kau kenal itu?" aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan Donghae hyung itu.
"Bagaimana kalau dia tidak datang? Jangan-jangan, jangan tidak datang, itu terlalu parah. Bagaimana kalau dia datang saat jam makan siang? Apa aku harus memberikan Custard dan Cappucino yang pasti sudah dingin ini padanya?"
"Tidak usah, berikan saja kalau dia datang untuk sarapan. Karena kemarin dia tidak datang, aku yakin dia akan datang pagi ini hyung. Sudah ya, aku terlambat". Aku sudah bersiap berangkat ke kampusku, sebelum aku teringat sesuatu dan berjalan mundur sedikit menuju Donghae hyung.
"Hyung, kalau dia datang, katakan aku merindukannya. Suruh dia mengaktifkan ponselnya, aku sudah mengirim puluhan pesan padanya tapi masih pending sampai pagi ini". setelah itu, aku segera melesat keluar. Memang situasi yan cukup genting, 15 menit lagi kelasku akan dimulai.
"Dia benar-benar menyukai orang asing itu". Gumam Donghae masih dengan Sarapan ala Kyuhyun ditangannya.
.
.
.
Sungmin POV
Aku hanya berani memandangi Kafe itu dari jauh. Aku terlalu takut untuk masuk kesana dan bertemu dengan Kyuhyun. Kemarin aku datang ke kantor ku untuk memastikan lokasi proyekku sebenarnya. Dan memang tidak ada yang salah dengan ingatanku, memang tempat itulah, tempat yang begitu dikagumi Kyuhyun itulah yang menjadi lokasi pembangunannya.
Aku semakin takut bertemu Kyuhyun.
Sisi egoisku mengatakan aku tidak perlu takut atau lebih tepatnya merasa bersalah. Bukan aku yang merencanakan proyek di lahan itu, aku hanya bertugas merancang saja. Lagipula, Kyuhyun bukan siapa-siapa, dia hanya namja tampan, mahasiswa sebuah universitas, putra pemilik kafe yang begitu menyukai tempat itu, mereka hanya bertemu beberapa kali.
... ... ...
Tapi pertemuan kami bukan pertemuan biasa. Setiap kali bertemu dengannya, aku merasa nyaman dan tenang, setiap tidak bertemu dengannya aku merasa sangat merindukannya. Seperti saat ini.
.
.
.
Normal POV
Untuk pertama kalinya Donghae masih berada di Kafe meskipun jam sudah menunjukan pukul 22.00 KST. Sejak tadi dia terus mondar madir di sekitar meja telepon. Sesekali mengangkat gagang telepon, tapi kemudian mengembalikannya lagi, begitu terus sampai beberapa kali.
"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang..." Donghae mengacak rambutnya frustasi.
[Flashback]
"Hae... Hae..." seorang namja berlari mengahampiri Donghae yang sedang melayani pesanan para pengunjung. Ini jam sibuk.
"Hae..." namja itu mencoba mengatur deru napasnya.
Donghae yang begitu menyadari kehadiran namja itu, namjachingunya, segera menyerahkan tugasnya pada beberapa pegawai. Dari wajah sang kekasih, dia tahu ada yang tidak beres. Dibawanya namjanya itu ke ruang istirahat para pegawai.
"Ada apa Hyukkie? Duduklah dulu, minum ini". Donghae menyodorkan segelas air putih pada namja berambut blonde itu, Lee Hyukjae.
"Ceritakan padaku pelan-pelan. Ada apa?" ucap hae seraya menggenggam jemari Hyuk.
"Tadi, aku kantor wilayah. Atasanku memintaku mengambil beberapa berkas disana. Dan kau tahu, informasi apa yang aku dapatkan disana?"
Donghae menggeleng.
"Seseorang mengajukan surat perizinan untuk mendirikan bangunan di sekitar Cheonho, Cheonho Hae... sungai indah yang terlihat dari Kafe Kyuhyun". Donghae masih belum bisa mencerna dengan baik ucapan namjachingunya itu.
"Mereka akan mendirikan perhotelan disana. Pepohonan di sekitar tempat itu akan digusur, berikut bunga-bunga disana. Tempat itu akan di hancurkan Hae". Adu Hyukjae pada Donghae.
"Ini berita buruk untuk Kyuhyun. Tidak, bukan hanya Kyuhyun, tapi kita semua. Selain merusak pemandangan, itu juga akan merusak ekosistem yang ada disana".
"Aku coba mencari tahu, siapa pemilik proyek ini. Tapi namanya cukup sulit ku ingat, Kim Young Wan atau Kim Young Woon, aku lupa, tapi aku ingat nama arsitek yang manangani proyek ini".
"Nuguya?"
"Sungmin, Lee Sungmin".
[Flashback off]
Sekali lagi Donghae mengacak rambutnya degan frustasi. Kembali diraihnya gagang telepon yang sejak tadi digalaukannya.
"Kyu... kita perlu bicara. Aku tunggu kau di kafe besok pagi".
Karena ponsel Kyuhyun mati, Donghae hanya bisa meninggalkan pesan pada namja jangkung itu.
.
.
.
6th Day
Kyuhyun POV
Dasar Hae Hyung, tanpa diminta pun aku pasti datang ke Kafe pagi ini. aku kan merindukan Sungmin hyung.
Begitu sampai di Kafe, suasana masih sepi. Belum ada pengunjung. Ya, seperti biasa.
Kulihat Donghae hyung berdiri memandang keluar jendela, menatap lekat-lekat Sungai Cheonho, ya akhirnya aku ingat nama tempat itu, dia memandang sungai itu seolah-olah jika sedikit saja dia lengah, Sungai itu akan berpindah tempat.
"Hyung..."
Dia sedikit tersentak. Rupanya dia melamun.
"Kapan kau sampai?"
"Baru saja. Kenapa wajahmu terlihat serus sekali hyung? Apa ada masalah dengan Kafe?" tanyaku sambil mendudukan diri di salah satu kursi kafe itu.
"Ya, masalah ini sangat kompleks Kyu. Aku sampai tidak tidur semalaman untuk memikirkan bagaimana caranya aku mengetakannya padamu".
"Apa pegawai minta naik gaji?".
"Bukan".
"Apa harga tepung naik?"
"Bukan juga".
"Apa pesanan Kopi belum datang?"
"Bukan itu Kyu. Itu terlalu berlebihan untuk kusebut masalah kompleks".
"Lalu?" Kuteguk pelan-pelan, kopi yang sudah ia siapkan. Masih cukup panas.
"Lokasi di sekitar Sungai Cheonho akan digusur".
"Burrrrpppp..." tanpa ku rencanakan, kopi yang harusnya sudah kutelan, tersembur keluar, untungnya tidak mengenai Donghae Hyung dengan seragam Koki kebanggaannya.
"Jangan bercanda hyung, itu tidak lucu".
"Apa aku terlihat seperti bercanda Kyu?" memang sorot mata Hae hyung sangat tajam, hingga untuk tertawa kecilpun aku tidak berani.
"Jadi itu benar? Sungai Cheonho akan jadi aliran air gersang tanpa keindahannya lagi?"
"Dan yang membuat masalah itu menjadi kompleks adalah..."
Cara Donghae hyung memberitahukanku, benar-benar membuatku deg-degan.
Sungguh ini lebih mendebarkan daripada hari pengumuman SPMB ku dulu...
Hae Hyung... Cepat katakan...
.
.
.
TeBeCe^^
a/n:
wehe... ada yang merasa pernah baca ff ini?
ff ini emang gag Cuma aku publish disini aja... lebih tepatnya, pada akhirnya, aku memindahkan ff aku ke ffn. Entahlah, biar arsip lebih banyak kali. jadi kalo disini ilang, disana masih ada. Atau disana ilang, disini masih ada. Ya, kurang lebih begitulah... XD
untuk kegajean ceritanya tolong jangan hakimi saya ya. Ide itu muncul dengan sangat cantik, tapi menghilang dengan sangat kejam. Saya jadi bingung, gimana mau ngembanginnya. Jadilah kayak gini.
Kalo memang ada yang tertarik bakal saya lanjutin, tapi kalo enggak, ya tetep saya lanjutin. XD. Saya gag suka penasaran, jadi gag mau buat orang jadi penasaran juga... kekeke...
Oh iya, berhubung kemaren itu, pas Kiss and Cigarette itu saya langsung publish dua chapter, jadi saya gag sempet thanks giving sama yang udah review, jadi saya ucapin disini aja yah. Gag jamin sih, mereka yang udah review Kiss and Cigarette bakal baca ff ini juga, tapi teteplah aku say thanks disini aja.:)
Dming- J.A- sissy- pink polar- minoru- ming0101- kyuminlovelovelove- Mingre- 1307- SPREAD JOY137- pumpkinsparkyumin- wyda joyer- CharolineElf- - Gyurievil- futari chan- sitapumpkinelf
Gamsamida Yorobeun
