Disclaimer: Bleach © Tite Kubo…

FUTARI no Love © Hitomi

Rated: T

Genre: Romance dan Drama

Pairing: Ichigo x Rukia, Renji x Rukia, Ichigo x Senna

Warning: AU, OoC, OC, GaJe, Typo(s) dan lain-lain :D…

Fic pertama saya di dunia penpik. Dan pertama kali terjun di FBI. Saya sadar banget fic ini masih jauuuuhhh dari kata sempurna. Tapi, apa salahnya memberi review atau sekedar mampir untuk membaca fic ini?! Review sangat dibutuhkan demi kesempurnaan fic ini…

Flame? Hm, bolehlah. Saya juga senang kok dapat flame. Seperti ada yang nantangin gitu

Enjoy the story…

SUMMARY:

"Sadar kalau cinta itu untuk kita berdua. Berawal dari pertengkaran berdua, skandal berdua, bersama berdua, suka cita berdua dan berujung pada cinta untuk berdua. Fic pertama saya. Ichiruki. AU, OoC, Typo(s). Review, please. Flame bolelah! Maaf, yah. Saya masih newbie."

-Chapter 1: Prologue-

.

.

.

FUTARI no Love

"Mau kemana?" Tanya Hisana pada Rukia yang sedang memakai sepatunya.

"Mau ke taman kota sebentar. Aku tidak akan lama," Rukia bergegas menggapai kenop pintu.

"Hm, pulanglah sebelum malam. Salju semakin banyak turun, nanti kau kedinginan."

"Tenanglah, nee-san."

.

.

.

Taman kota at 5 p.m…

"Hah, ucapan Hisana nee-san benar. Cuacanya begitu dingin." Ucap Rukia sambil meniup-niup telapak tangannya sesekali juga menggosokkannya. Rukia duduk di salah satu kursi di taman. Ia menerawang menatap langit yang dihujani beberapa butir salju. Membiarkan salju itu mendarat-?- di wajahnya. Rukia tersentak begitu ia mendengar suara dari sebuah gang kecil di sampingnya. Karena penasaran, Rukia segera berjalan mencari asal suara. Di gang itu ia dapat melihat seorang anak lelaki tengah menyeringai sambil menatap seorang pria lemah yang sedang memohon ampun padanya.

"Ampun! Saya minta maaf karena telah menantang anda. Saya berjanji tidak akan berbuat jahat lagi." ucap pria yang lemah itu.

"Heh, kau pikir aku peduli pada ucapanmu itu?" pria bermata musim gugur berambut oranye itu melebarkan seringai evilnya.

"Ampun!" mohonnya sekali lagi.

Lelaki berambut oranye itu hendak bertindak, namun Rukia yang tidak tega menyaksikan pertunjukan-?- selanjutnya segera menghampiri lelaki itu.

"Jeruk sialan! Singkirkan tanganmu!" BUAK! Rukia memukul pria itu menggunakan tasnya.

"Aw! Apa yang kau lakukan?!" teriak pria itu tidak terima.

Rukia menatap pria berambut oranye itu. Ichigo, si pria berambut oranye bermata musim gugur tersebut balik menatap Rukia dengan tatapan kesal.

"Dasar keterlaluan! Hampir saja kau membunuh orang itu!" teriak Rukia.

"Heh?! Enak saja bicaramu, pendek! Aku tidak ingin membunuhnya. Hanya memberinya sedikit pelajaran karena telah mengambil permen anak itu!" Ichigo menunjuk seorang anak berambut hijau tosca yang tengah menangis. Padahal tadi anak itu sudah diam karena Ichigo sedang melawan pencuri permennya, karena menurutnya Ichigo amat sangat keren saat sedang berkelahi. Tapi saat ini anak itu langsung menangis lagi. Apa karena Ichigo sedang 'menjeda' aksinya? Entahlah…

"Tapi tadi kulihat kau…"

"Kalau kau tidak mengerti apa-apa, pergilah! Jangan campuri urusanku!" Ichigo mencoba mendorong bahu Rukia.

"Aku tidak sedang mencampuri urusanmu!" teriak Rukia sambil menepis tangan Ichigo yang mendorongnya.

"Oke! Pergilah! Aku harus mengurus orang itu sampai dia kapok!" ucap Ichigo sambil menyisingkan lengan kemejanya untuk melanjutkan aksinya.

"Hueeee, kakak! Pencurinya lari…" anak itu kembali menangis.

"Eh! Geez, ini gara-gara kam-Eh?! Kemana gadis pendek itu?!"

"Ia juga melarikan diri, kak!"

'Sial!' umpat Ichigo kesal.

.

.

.

"Rukia, aku pergi dulu, ya. Jaga dirimu. Jangan makan ramen terus, supaya tinggimu bisa naik-naik sedikit." Hisana menghentikan ocehannya.

Rukia mengerutkan dahi begitu Hisana menyebut masalah tinggi badannya. "Ya, nee-san. Kau tak perlu khawatir."

"Ya, sudah. Aku berangkat dulu. Oh, ya. Mengenai lelaki, kau tidak boleh bergaul dengan lelaki sembarangan, ya. Kalau kau memilih kekasih, harus baik, rapi, pintar, sopan dan bisa membahagiakan keluarga lah! Well, sampai jumpa!" ucap Hisana sambil memasuki bis yang di tumpanginya.

"Hah?! Apaan, sih? Kenapa bicaranya malah kesana? Ya, sudah. Sampai jumpa!"

.

.

.

Rukia menatap sekeliling stasiun. Ia agak sedih juga karena Hisana-nee baru saja meninggalkannya dan memilih untuk tinggal di Soul Society. Sebenarnya bukan maksud Hisana untuk meninggalkan Rukia, ia juga sebenarnya tidak ingin kok. Hanya saja, Byakuya berkata bahwa Rukia sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri, jadi Hisana merasa lega mendengarnya dan mempercayai Rukia.

Sampai pandagan Rukia jatuh pada sosok lelaki paruh baya yang tengah kesusahan mengangkat koper-kopernya. Rukia yang merasa tenggang rasa segera menghampiri lelaki paruh baya itu. Ia membungkuk sebentar.

"Maaf, paman. Saya lihat anda tampak kesusahan. Bolehkah saya membantu anda?"

Lelaki itu mendongak menatap Rukia dan menghentikan kegiatannya sejenak. Rukia yang dipandangi seperti itu jadi gugup dan berpikir bahwa lelaki itu akan memarahinya. He? Apa salahnya sekedar membantu, sih?

"Uwaaah! Kamu manis sekali! Aku jadi tidak tega menyusahkanmu!" teriak lelaki paruh baya itu sambil memeluk tubuh mungil Rukia.

Rukia yang masih syok hanya bisa diam mematung. 'A-a-apa yang terjadi?!' batinnya.

"Hei! Kau kenapa, nak?" lelaki berjenggot itu mengibaskan tangannya di depan wajah Rukia.

Rukia tersentak, kemudian kembali tersadar dari lamunannya. "A-ah! Yah! Aku bantu ya, paman! Ini mau dibawa kemana?" ucap Rukia sambil mengambil beberapa barang milik lelaki itu.

"Hm, bawa ke depan saja. Sebentar lagi putraku akan menjemputku."

"Ah, iya." Rukia pun menuruti perintah lelaki itu untuk membawa barang-barangnya ke depan satasiun.

Di depan Stasiun…

"Apa putra paman sungguh akan datang?" Tanya Rukia cemas.

"Iya, kenapa?" kata Isshin, lelaki paruh baya itu.

"Sepertinya sudah setengah jam putra paman belum datang juga. Ehm, saya memang tidak tahu putra paman, tapi…"

"Yah, begitulah dia. Dia itu anak yang sangat senang melakukan aktivitas di luar rumah. Saat ini ia sedang bersenang-senang dengan temannya."

'Wah, putra paman ini benar-benar kurang ajar. Masa' lebih memilih bersama teman-temannya daripada menjemput ayahnya sendiri, sih?! Dan paman ini baik sekali. Ia lebih memilih menunggu putranya tanpa mengomel sedikitpun. Hebat…' batin Rukia.

Sebenarnya Rukia juga tetap betah bersama Isshin karena ia sedang berbincang-bincang mengenai kehidupannya.

"Hah, begitu, ya. Jadi siapa nama putra paman itu?" Tanya Rukia.

"Namanya adalah…–Ichigo! Kau sudah datang rupanya!" teriak Isshin sambil melambaikan tangannya pada pria bernama Ichigo itu.

Ichigo pun menghampiri ayahnya. "Ayah ini kenapa, sih!? Kalau berlagak begitu, kita akan dianggap aneh!" protes pria berambut oranye itu.

"Ahaha, Ichigo. Kamu kenapa malu seperti itu pada ayahmu sendiri?"

"Itu karena kau membuatku malu! Hah, ayo pulang!"

"Baiklah! Nah, Rukia, paman pulang du–Eh?" Isshin terkejut menatap Rukia yang hanya diam membatu.

"Kau kenapa, Rukia?" lanjut Isshin heran.

"I-itu…"

"Hn?" Ichigo hanya mengangkat alis kirinya.

"Paman tidak bilang bahwa putra paman adalah pria kurang ajar ini?! Hah, pantas saja!" teriak Rukia histeris. Kemudian Rukia cepat-cepat membungkam mulutnya, takut-takut Isshin akan mengamuk padanya karena telah mengatai putranya kurang ajar. T-tapi, Rukia 'kan mengatakan yang sebenarnya. Yang tadi itu is a fakta, sodara-sodara.

"Hoi! Apa maksudmu, midget?!" Bukannya Isshin yang mengamuk, malahan Ichigo yang angkat bicara.

"Apa yang kukatakan itu benar! Kau kurang ajar. Suka berkelahi sembarangan. Apalagi namanya kalau bukan kurang ajar, jeruk busuk?!" Rukia menunjuk wajah Ichigo.

"Setidaknya waktu itu aku sedang menolong seorang anak kecil yang permennya dirampas oleh lelaki itu, pendek!"

Dan terjadilah pertengkaran mulut dari Ichigo dan Rukia. Isshin hanya bisa geleng-geleng. "My lovely son! Rupanya kau sudah dewasa! Ayah tidak keberatan jika kau menjalin hubungan dengan Rukia! Dia sangat manis. Jadilah menantuku dan berikan aku cucu-cucu yang sama manisnya denganmu. Kalau kau keberatan, jadilah 'my third daughter'" Seru Isshin semangat dan…

BUAK! Ichigo menendang ayahnya hingga terpental di dinding. "Apa yang kau pikirkan, baka–oyaji! Aku tidak menyukai si pendek ini. Dia cerewet dan suka memukul sembarangan!"

"Apa?! Coba ulangi apa yang kau katakan mengenai diriku."

Ichigo mendekatkan wajahnya ke telinga Rukia dan berbisik. "Aku bilang kau itu cerewet dan suka memukul sembarangan!"

Hembusan napas Ichigo di telinga Rukia membuat gadis itu merona malu. Rukia menjauhkan wajahnya dari Ichigo.

"Geez. Aku benci kau, jeruk busuk!"

"Aku juga sama, midget!"

Rukia berlari menjauhi Ichigo dan Isshin dengan wajah yang memerah. Entah malu atau marah. Semuanya bercampur menjadi satu.

"Hei, my son! Kau membuatnya kesal. Padahal gadis manis itu yang menemani ayah sewaktu kau lama datangnya."

"Pasti ia ada maunya. Si pendek itu pasti meminta sesuatu dari ayah!"

Isshin menggeleng. "Bicara sembarangan kau. Dia sama sekali tidak meminta apapun dari ayah. Ya, sudahlah. Ayo, pulang!"

.

.

.

Rukia bergegas menuju ke Karakura High School. Sebenarnya ia berangkat cepat hari ini. Bukan karena keinginannya, tapi ini permintaan Momo yang menyuruhnya berangkat cepat. Katanya ada momen istimewa di kelas mereka yang tak boleh dilewatkan.

'Ada apa sebenarnya? Apakah hari ini Hitsugaya akan mengungkapkan perasaannya pada Momo sampai gadis itu melarangku melewatkan momen –yang katanya– indah ini?' pikir Rukia

.

.

.

"Ohayo…" sapa Rukia pelan.

Grep! "Rukia! Aku sudah menunggumu!" teriak Momo sambil memeluk erat tubuh Rukia.

"Hah?! Ada apa ini?"

Momo melepaskan pelukan mautnya. Kemudian, ia tersenyum senang. "M-memangnya ada apa menyuruhku datang sepagi ini?!" Tanya Rukia kesal.

Momo menarik napas, kemudian menghembuskannya perlahan. "Hitsu-kun akan menembakku saat istirahat nanti!"

Rukia cengo sebentar. "Hah?! Hanya untuk itu kau menyuruhku untuk datang lebih awal?"

Momo mengangguk dengan wajah super inosennya. "E-eh, tidak hanya itu. Hari ini akan ada siswa pindahan dari luar kota. Katanya sih cowok dan akan menempati kelas kita. Hah, semoga saja tampan!"

"Sudahlah! Aku mau duduk dulu."

.

.

.

KRIINGGG…

Bel masuk berbunyi. Murid kelas 12-1 segera berhamburan ke bangku masing-masing. Ochi-sensei memasuki ruang kelas sambil tersenyum.

"Ohayo, minna." sapa Ochi-sensei ramah.

"Ohayo, sensei!"

"Hah, langsung saja. Hari ini kita kedatangan siswa baru. Kurosaki-san, masuklah…"

Dan nampaklah seorang pria berpostur tinggi berambut oranye nyentrik memasuki kelas tersebut. Rukia masih berkutat pada bukunya. Sebenarnya ia kurang tertarik dengan murid baru itu.

"Kurosaki-san, silakan perkenalkan dirimu!"

"Aku Ichigo, Ichigo Kurosaki lebih tepatnya. Salam kenal!" Ichigo memamerkan senyum manisnya yang membuat sebagian siswi di kelas itu meleleh, minus Rukia yang masih sibuk pada bukunya.

"Kurosaki-san, kau boleh duduk di bangku kedua setelah Kuchiki-san. Kuchiki-san, acungkan tanganmu!"

Rukia tersentak karena panggilan Ochi-sensei. Ia mendongak dan mengacungkan tangannya.

"Nah, duduklah, Kurosaki-san. Sensei harap kalian mampu mengakrabkan diri dengan Kurosaki-san!" ujar Ochi-sensei.

Rukia menyipitkan matanya. Ia memasang pandangan menyelidik ke anak baru itu. "Rasanya aku mengenalnya!" gumam Rukia.

Tapi, itu hanya dianggap angin lewat bagi Rukia. Ia kembali memfokuskan pandangannya ke bukunya. Ichigo berjalan mendekati bangku Rukia. Ia berhenti di samping Rukia, menundukkan sedikit tubuhnya dan mendekatkan wajahnya ke telinga Rukia.

"Hei, midget…" bisik Ichigo pelan.

Rukia tersentak dan menoleh ke Ichigo. "Astaga! Apa yang kau laku-Eeeeeh?! K-kamu 'kan si jeruk busuk yang kurang ajar itu!" teriak Rukia yang mengakibatkan seluruh penghuni kelas itu memelototinya.

"Kuchiki-san! Apa yang kau katakan barusan?" ucap Ichigo.

"Hah! Jangan pura-pura budeg! Kau, menyingkir!" Rukia mendorong Ichigo dengan kesal.

.

.

.

Sekarang adalah waktunya istirahat. Rukia baru saja selesai melengkapi catatannya. Ia berjalan menuju perpustakaan untuk meminjam beberapa buku. Rukia baru akan melangkah sampai tiba-tiba Ichigo datang mengganggunya.

"Hoi! Aku mau pinjam catatanmu, ya!"

"Hah, memang kau siapa?! Aku tidak mau!" tolak Rukia cepat.

"Hei, kumohon!" Ichigo menunjukkan wajah memelasnya.

"Tidak! Kau pergi saja pinjam buku di perpustakaan!"

"Hah, malas tau…"

Rukia mendorong tubuh Ichigo yang terus melangkah mendekatinya. "Ya, sudah! Menyingkir!"

"Kalau kau tidak mau, aku akan merobek bukumu itu!" iseng-iseng Ichigo mencoba untuk menakuti Rukia.

"Robek saja! Aku tidak takut!"

"Hahaha! Oke! Kau berani juga."

Rukia berjalan meninggalkan Ichigo. Ia amat kesal dengan sikap Ichigo yang terlalu kekanakan. 'Dasar manja! Dia pikir aku takut padanya kali.' Batin Rukia kesal.

.

.

.

Rukia memasuki kembali kelasnya. Sekarang para murid di Karakura High School pada pulang semua. Yang tersisa hanya Rukia yang baru saja dari toilet. Rukia memakai tasnya dan segera berjalan keluar kelas. Rasa-rasanya ada yang aneh dengan tasnya. Ia merasa tasnya tidak berat seperti tak ada satupun barang di dalamnya. Rukia mengingat-ingat apakah ia melupakan sesuatu di kelasnya. Ia pikir tidak. Rukia pun kembali melanjutkan langkahnya melewati halaman sekolah.

"Hei, kalian semua! Apa kalian ingin buku-buku kalian memiliki nasib sama seperti ini?!" teriak Ichigo pada teman-temannya sambil memegang sebuah buku yang sudah terkoyak.

"Tentu aku tidak mau!" celetuk Grimjoww, siswa kelas 12-3.

"Wah, yang punya buku ada di sana tuh! Hahaha, kasihan! Terlalu sok hebat sih…" ucap Ichigo.

Rukia membelalakkan mata. Ia menghampiri Ichigo dan teman-temannya. "A-apa yang kau lakukan pada bukuku?!" teriak Rukia.

Ichigo melempar buku itu di depan Rukia. Ia berjalan mendekati Rukia. "Itu balasanmu, midget!" Kemudian tawa teman Ichigo serasa menyakitkan di telinga Rukia. Rukia ingin menangis saja waktu itu. Tidak masalah baginya apabila Ichigo menyobek bukunya yang lain. Tapi tidak dengan itu, buku itu adalah novel yang dibelikan Hisana pada hari ulang tahunnya yang ke-16. Rukia terisak. Ia menundukkan kepala agar orang yang lalu lalang di sana tidak melihatnya.

Ichigo melangkah pergi bersama teman-temannya. Ia menoleh sebentar untuk melihat reaksi Rukia.

"Yeah! Rasakan itu!" teriak Ichigo.

.

.

.

Sudah satu minggu lamanya Ichigo menjadi murid di KHS (Karakura High School). Rukia menjadi amat membenci Ichigo. Sedangkan Ichigo masih senang menjahili Rukia. Ichigo juga sebenarnya amat kesal terhadap tingkah Rukia yang –katanya– sok hebat.

Sampai suatu ketika Ichigo berencana untuk menjahili Rukia lagi. Ia sudah menunggunya di depan kelasnya. Begitu Rukia keluar dari kelas, Ichigo segera menarik tangan Rukia.

"Ehhm, Rukia! A-aku minta maaf!"

"Eh, lepaskan!" Rukia menepis tangan Ichigo. Ia menatap Ichigo tajam.

"Kau mau 'kan memaafkanku?"

"Hah, dengan semua perbuatan bodohmu kau pikir aku mau memaafkanmu begitu saja? Aku tidak akan pernah memaafkanmu!"

Ichigo terus mengikuti Rukia sampai ke halaman belakang sekolah yang menjadi jalan pintas baginya agar segera sampai di luar sekolah. Ichigo sudah menduga Rukia akan melewati tempat ini.

"Berhenti mengikutiku! Aku tidak akan memaafkanmu, jeruk sialan!"

"Benarkah begitu?!" Ichigo mendadak menampilkan seringai liciknya. 'Ini adalah waktunya!' batin Ichigo.

"Kau pergilah! Aku muak meli-Kyaaa!" Rukia terjatuh di dalam lubang yang di dalamnya terdapat air super dingin. Rukia sama sekali tidak melihat lubang ini. Yang ia lihat tadi hanya tumpukan dedaunan yang ia pikir adalah sampah yang disapu oleh petugas kebersihan tadi pagi.

Saat itu tawa Ichigo meledak. "Hahahahhaha! Rasakan itu! Ternyata kau tak hanya sok hebat! Kau juga bisa berlagak sombong begitu dan akhirnya kau dapatkan batunya. Hahahaha!" Ichigo menunjuk-nunjuk Rukia sambil tertawa tanpa henti.

Sementara itu, Rukia hanya mampu memeluk tubuhnya yang kedinginan. Pasalnya, kali ini adalah kali pertama ia merasakan dinginnya air melebihi dinginnya badai salju. Bibir Rukia langsung memucat seketika. Ia terkena Hiportemia. Bahkan Rukia merasa darahnya sudah membeku saking dinginnya.

Ichigo melangkah menjauhi tempat itu. Ia masih cekikikan membayangkan Rukia yang tengah kedinginan itu. Yang ini sih, bukan menjahili namanya, tapi ini adalah penyiksaan.

ESOKNYA~

Ichigo memasuki kelasnya masih dengan wajah super puasnya. Ia malah berharap pagi ini Rukia akan menghajarnya habis-habisan. Tak masalah, ia masih bisa buat rencana penyiksaan yang lebih berat lagi 'kan?

Tiba-tiba Ichigo menghentikan langkahnya. 'Mana tuh si cewek sombong?' batin Ichigo seraya celingukan mencari Rukia.

"Ada apa, Kurosaki-kun?!" Tanya Momo pelan.

"Ah, tidak apa-apa!"

.

.

.

'Sudah sampai istirahat begini masa' dia belum datang juga?' batin Ichigo. Ia bingung dengan perasaanya sendiri yang tiba-tiba terus kepikiran tentang Rukia.

"Hah, kasihan ya, Rukia! Dia sampai demam tinggi begitu karena kedinginan." Ucap Momo pada Inoue.

"Hm, katanya Rukia terkena hiportemia!" Inoue memasang tampang sedih.

"Bagaimana kalau kita menjenguknya?"

"Eh, sepertinya tidak bisa hari ini. Soalnya kita 'kan ada ekskul sepulang sekolah!" ucap Inoue.

"Ya, sudah. Besok saja, deh!"

"Okeh!"

'Hah? Dia sakit?' batin Ichigo.

Pikirannya menerawang. Dalam benaknya selalu dipenuhi oleh Rukia. Perlahan rasa bersalah dan menyesal menyusup di hatinya. Ia menyesal telah memperlakukan Rukia sekasar itu. Tapi, Ichigo masih ragu dengan pemikirannya. Ia mencoba bertanya pada dua sahabat Rukia itu.

"Ehm, apa benar Rukia tidak hadir hari ini karena sakit?" Tanya Ichigo.

"Y-ya, Kurosaki-kun! Rukia terkena hiportemia." Inoue angkat bicara.

"Kasihan Rukia. Ia jadi harus mengurus dirinya sendiri. Kak Hisana belum sampai sebulan ini telah kembali ke Soul Society. Hah, makanya. Lusa nanti kami berdua akan menjenguknya." Kata Momo dengan nada prihatin.

"Aku ikut dengan kalian, ya!" Ichigo bermaksud menjenguk Rukia hari ini, tapi niatnya ia urungkan karena takut pada Rukia. Jadinya ia ingin menjenguk Rukia bersama Momo dan Inoue saja besok.

Tebese…

Hollllaaa…

Saya Hitomi dengan fic pertama saya. Maaf kalau masih hancur. Saya harap kedepannya akan lebih baik lagi. Ehmmm, karena itu bolehkah saya meminta review dari para readers ini? Please, karena ini first fic makanya saya sangat butuh saran. Dimana letak kesalahan saya? Apa ini termasuk bashing chara? Atau mungkin perusakan karakter? Hah, saya juga kurang ngerti mengenai itu semua. Jadinya bolehkah saya minta review sekali lagi? Itu saja, sampai jumpa!