Disclaimer : All characters belong to God, their parents and their agency. But this fanfic belong to me.

Warning : YAOI. OOC. Typo, story line agak gajelas, humor ambyar, plotless, pointless,cerita pasaran, etc.

.

.

~Hunaxx present~

.

.

Hellove, sugar. (Side story!interview xD)

.

.

This is Yaoi. Don't like? Don't read. NO BASH! And NO PLAGIAT! NO NO NO

.

.

ENJOY~

.

.

.

.

.

"HAH KOK KAMU LAGI!" lelaki berkemeja cream itu berteriak kaget dengan tangannya yang menunjuk-nunjuk seorang lelaki lain yang sedang tersenyum tidak jelas didepannya.

Oh ini masih pagi. Tolong digaris bawahi, masih pagi. Kantor tempat lelaki yang berteriak tadi atau sebut saja Yoongi, juga masih sepi. Dan mungkin ini rekor karena Yoongi datang (terlalu) pagi begini. Biasanya Yoongi datang satu menit sebelum jam masuk kerjanya. Dan berhubung sekarang ada rapat di pagi hari, atasannya menyuruh Yoongi untuk datang lebih pagi.

Yoongi kesal sebenarnya, wajahnya tertekuk seperti tidak mendapat bonus didalam amplop gajinya. Tentu saja, jam tidurnya jadi berkurang. Dia jadi harus rela menunggu bus dengan sekelompok siswa siswi sekolah yang menurutnya terlalu berisik. Kalau tidak ingat dengan pekerjaannya, Yoongi inginnya tidur saja di ranjangnya yang empuk.

Dan pagi ini makin buruk ketika Yoongi baru saja memasuki kantornya, dia sudah melihat seonggok lelaki bersurai abu-abu dengan senyumnya yang menawan.

"Kita bertemu lagi, sugar" lelaki yang terdeteksi bernama Jimin tersebut tersenyum lebar melihat Yoongi yang terlihat sebal.

Yoongi mencoba mengabaikannya, berlalu begitu saja.

"Sugar, kok jodohnya ditinggal gini sih?"

"JODOH MBAHMU!" Yoongi berjalan dengan menghentakkan kakinya. Beruntung kantor saat ini masih sepi, jadi dia tidak akan malu akan ada yang melihatnya bertingkah seperti ini.

Sedangkan lelaki bersurai abu-abu dibelakangnya cekikan melihat Yoongi yang menghentakkan kakinya. Lelaki yang berdasarkan nametag di kantung kemejanya yang bernama Jimin itu terus mengikuti Yoongi hingga lelaki bersurai hitam kelam itu berada di meja kerjanya.

Yoongi mendelik saat tahu Jimin masih mengikutinya bahkan sampai ke meja kerjanya. Yoongi sempat melihat ke meja yang ada disebelah meja kerjanya, kok bersih sekali. Heran. Karena biasanya temannya yang bernama Seungcheol itu selalu membiarkan mejanya berantakan.

Yoongi duduk di kursi meja kerjanya. Dia bisa melihat Jimin, lelaki itu malah duduk di kursi meja kerja milik temannya, yang berada tepat disebelahnya.

"Ngapain disitu?" tidak ada manis-manisnya. Memang. Untuk apa Yoongi bermanis-manis pada orang yang sudah membuat darahnya naik.

Jimin mengeluarkan sebuah map dari tasnya, lalu menaruhnya di meja sebelum akhirnya menatap pada Yoongi. "Kerja, sugar. Memang kenapa? Kamu mau aku pangku biar kita bisa kerja bareng?" Jimin mengerling pada Yoongi. Yoongi sudah ancang-ancang melemparkan bingkai foto yang ada di meja kerjanya pada kepala pemuda bermarga Park itu.

"Bocah gila! Itu tempat temanku!"

"Tapi disurat yang kemarin aku terima, tempat kerjaku disini, sayang"

"Tunggu, surat—APA?! KOK YA BISA-BISANYA KAU DI TERIMA KERJA DISINI!" Yoongi mendadak merasakan pening di kepalanya. Tidak, dia tidak boleh pingsan. Lima menit lagi dia harus menghadiri rapat.

Jimin tersenyum lebar, "Tentu saja. Kan sudah aku bilang, Tuhan tidak mungkin menjauhkanku dari jodohku sendiri, sugar"

BRAK

Yoongi membanting sebuah buku tebal pada mejanya. Jimin sempat kaget, tapi beruntung dia dapat mengendalikan dirinya sendiri. Yoongi dengan cepat langsung berdiri dan berlalu meninggalkan Jimin yang tersenyum-senyum sendiri di mejanya.

'Aku akan dapatkan dirimu, sugar~"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

a/n :

Haiii. Bosen ga sih liat saya lagi saya lagi yang muncul di page ffn. Sebenernya gamau dibikin side story gini, tapi kalo dipikir-pikir mau dibikin series aja, gitu. HEHEHEHE.

And then, mind to review?