THE BROKEN STRING

-Let me drag you to the Abyss-

.

.

.

Disclaimer :

Naruto Masashi Kishimoto

.

.

Prolog

.

.

'Maafkan Aku'

.

.

Kalimat itu terus melintas dalam pikirannya. Sebuah kalimat sederhana yang diucapkan oleh sosok tidak biasa baginya, ternyata mampu membuat hatinya hancur dengan cara yang sederhana juga.

Tidak ingin terus terlarut dalam keterpurukannya, manik cerahnya yang kini mati itu kembali memfokuskan diri pada setumpuk rekam medik di atas meja kerjanya. Bola matanya tidak menghiraukan getaran dan cahaya layar handphonenya yang menyala untuk kesekian kalinya. Tanpa dilihat, gadis itu sudah tahu siapa sang penelpon yang sedari tadi siang menghubunginya.

'Sang Perusak Hati'

Menghisap kopinya sejenak, tanpa memperdulikan kerlipan cahaya hijau dari benda hitam di ujung mejanya, gadis itu kembali fokus membaca jurnal-jurnal kesehatan yang terpampang jelas di layar komputer kerjanya.

Saat ini, Kerja adalah prioritas utama untuk mengalihkan kenyataan hidupnya yang kejam. Dibandingkan harus diam meratapi kesialannya yang bertubi-tubi, gadis berhelaian cerah sepunggung itu lebih memilih menimbun diri dalam segudang tugas kerja.

Teng … Teng … Teng

Dentingan jam yang berada di ruangan itu berdenting delapan kali. Manik mataya melirik sang sumber suara sekilas, sebelum akhirnya melepas kacamata hitam di wajahnya dan merenggangkan punggungnya yang terasa kaku karena terlalu lama duduk.

Pukul delapan malam, ketika ia menyadari bahwa dirinya sudah bekerja hampir 12 jam. Pantas saja ia merasakan tubuhnya berteriak kesakitan sedari tadi, namun teriakan mereka terkalahkan oleh pikirannya yang masih ingin terus bekerja. Kaki jenjangnya kini beranjak menuju sofa di sudut ruangan yang menghadap kaca, dan merebahkan diri tanpa mau menutup mata.

Istirahat adalah musuhnya. Setiap ia terlelap, mimpi itu akan terus kembali seakan mengejek kehidupannya. Sebab dulu, ia selalu mendambakan berjalan menuju altar berdampingan dengan pemuda itu, pemuda yang selalu menemaninya sejak kecil, seseorang yang merengkuhnya dalam kesendirian, dan juga sosok yang menghancurkan mimpi indahnya dengan sebuah kalimat sederhana. Silahkan katakan bahwa dirinya lemah, bodoh, bahkan pecundang yang merusak tubuh sendiri karena orang lain. Sebab faktanya, berbicara lebih mudah daripada bertindak.

Secara penuh, gadis itu menyadari … dirinya sudah jatuh terlalu jauh kedalam jurang cintanya kepada pemuda itu. Sehingga, ketika pemuda itu meminta mereka untuk membatalkan rencana pertunangan mereka-yang sebenarnya juga merupakan perjodohan dari orang tua mereka- ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Dan dengan bodohnya, ia malah tersenyum-menekan segala emosinya- dan mengatakan, 'Baiklah,' ketika menangkap tatapan penuh harapan mengiyakan dari sosok pemuda itu.

'Bodoh'

'Kau Bodoh'

Umpatnya terus menerus. Berat memang, tapi kali ini ia mengakui sendiri bahwa, dirinya patah hati.

Seketika ia menyadari hal itu, manik matanya kembali terasa terbakar, detak jantungnya naik seakan tertalu, kepalanya berdenyut seakan ingin meledak, dan tubuhnya seakan terlilit ular yang siap memangsanya kapan saja. Rasa aneh yang beberapa hari ini menyelimuti hatinya kembali mendominasi diri.

Benci, dia sangat benci dengan perasaan aneh ini. Perasaan yang membuat dirinya lemah kini seakan memberitahunya bahwa ia adalah seorang pecundang yang selalu kalah telak oleh sosok wanita yang dibencinya.

Ingin rasanya ia berteriak saat itu juga. Menumpahkan segala luapan emosi yang menggerogoti tubuhnya selama ini. Tapi kenyataannya, ia tidak bisa melakukannya.

Dipandangnya liontin hijau pemberian terakhir Ibunya. Matanya yang masih berkaca-kaca itu terpejam, dengan menggenggam erat liontin tersebut di dadanya.

"Semua kan baik-baik saja, kan? Ibu?"

Paraunya diiringi aliran bening yang jatuh menelurusi wajah pucatnya.

Dan, biarkan kali ini ia kembali menangis. Karena ia yakin, suatu saat air mata itu tidak akan pernah turun untuk orang yang sama lagi. Ia harus segera bangkit, menata kebahagiannya yang kembali terengut oleh kejamnya takdir.

Dia harus menjadi sosok yang kuat.

Sosok yang mampu menghancurkan mereka yang kini tengah tertawa diatas roda takdirnya.

.

.

.

-Hidup selalu berotasi, jika takdir mengikat kalian dengan erat untuk terus berada di atas, maka aku adalah sosok yang akan memutuskan tali tersebut dan mendorong kalian ke Neraka-