"Kau.. Apakah kau mau jadi pacarku?"

.

DISCLAIMER : TITE KUBO

PAIRING: ULQUIHIME

WARNING: AU, OOC, GAJE, ABAL, TYPO(S), ect

"SANDARAN"

.

"KYAAAAAAAAA….."

"Tidak mungkin."

"Senpai, kenapa harus dia si?"

"Hiks.. Hatiku hancur."

"Ini. Sungguhan? Oh, Kami-sama ini sungguh mimpi buruk."

.

Orihime inoue, gadis berambut senja yang baru saja seminggu yang lalu mendengar pernyataan cintaku. Huh, bukan karena aku suka padanya. Hanya saja aku begitu terganggu dengan teriakan-teriakan gadis-gadis berisik itu setiap kali melihatku, karenanya aku pikir tidak salah jika memiliki kekasih. Hanya sebagai status saja, agar gadis-gadis berisik itu tidak lagi menggangguku. Ya.. Sekarang setidaknya teriakan itu sudah agak berkurang, kalau tidak sepertinya aku setiap hari harus periksa ke dokter THT. Sebab suara mereka sungguh memekakkan telinga dan tidak enak didengar. Tapi, Inoue dia sungguh lain. Tidak pernah mengejarku ataupun meneriakiku seperti yang dilakukan oleh para FG ku. Dan satu lagi yang membuatku lucu, dia tiap kali bertemu denganku selalu saja membuang muka menyembunyikan semburat merah di pipinya, bicara denganku saja dia gelagapan sampai kukira dia gagap betulan, nyatanya tempo hari kulihat dia berbicara dengan sahabatnya Tatsuki dia tidak gagap kok. Gadis yang aneh.

Flashback

"Kyaaaaaa….. Senpai mau pulang ya?"

"Bareng yuuk"

"Sama aku aja senpai"

"Pantesnya sama aku tau!"

"Aku aja!"

"Aku!"

"Aku!"

"Akuu!"

Hiaaaaah... ==''

Dan ya. Terjadi lagi keributan diantara FG ku, padahal akunya saja tidak mau pulang dengan salah satu diantara mereka. Berisik sekali mereka ini. Kesempatan, selagi mereka saling bertengkar sebaiknya aku buru-buru pulang.

Saat aku baru melangkahkan kaki keluar dari kerumunan keributan.

"Eeh… Waaa…"

BRRUUKKK

"Aduduhh… Itaiii. Yah, semua jadi berantakan" terdengar nada kecewa sang gadis melihat semua barang-barang yang tadi dibawanya telah berjatuhan semua.

We? Sudah SMA masih bisa jatuh. Ceroboh sekali dia, pikirku. Kuperhatikan lagi dia, sedang sibuk merapikan barang-barang yang tadi dibawanya jatuh berceceran. Alisku menaut ditengah, pantas saja dia jatuh tali sepatunya sudah tidak lagi terikat. Mungkin tadi terinjak olehnya, dan lagi barang-barang apa itu? Banyak sekali, mana mungkin bisa dibawa sendiri.

Aku mendatanginya, berlutut dan tanpa diminta aku mengikatkan tali sepatunya. Ntah apa yang mendorongku untuk ikut membantunya berdiri dan membawa barang-barang.

"Ne? Sssenpai a-a..ano." wajahnya memerah bak tomat.

"Ada apa? Ayo pulang." seruku padanya. Aku cemas, bagaimana kalau FG ku tiba-tiba memergokiku melakukan ini pada seorang gadis. Pasti mereka semakin berisik.

"Aa.. ari-gatou go-go-zaimasu" jawabnya dengan wajah menunduk.

Lalu . . .

"Kau.. Apakah kau mau jadi pacarku?" tanyaku spontan padanya.

FG ku yang daritadi masih saling bertengkar reflex melihat kearahku, tanda kalau itu tadi suaraku. Dan,

"KYAAAAAAAAA….."

"Tidak mungkin."

"Senpai, kenapa harus dia si?"

"Hiks.. Hatiku hancur."

"Ini. Sungguhan? Oh, Kami-sama ini sungguh mimpi buruk."

Dan, bla bla bla. Masih banyak lagi teriakan histeris yang meneriakiku. Aku yang bosan mendengarnya spontan menarik tangan lawan bicaraku tadi. Yang sampai sekarang belum menjawab pertanyaanku, masih ternganga, matanya membulat tidak percaya, wajahnya semakin memerah tidak karuan.

"Nah.. Kita sudah sampai. Yang tadi itu, kalau tidak mau juga tidak apa, lupakan saja. Lain kali hati-hati ya" sahutku padanya.

Saat aku mau melangkahkan kaki keseberang jalan.

"Tu-tut-tunggu sssenpai! A-a-aku ma-mau!" jawabnya terbata dengan wajahnya yang merah menatapku mantap.

Aku yang melihatnya saat itu hanya bisa tersenyum dan mengatakan "Arigatou". Lalu melangkah pulang dengan menyeberang jalan. Ya, dia memang tetangga baruku, rumah kami berseberangan. Mulanya ku kira aku hanya akan menjadikannya sebuah status, tp sepertinya aku …

Back to Normal

"Kau sedang apa disini Ulqui? Tidak ingin ke kantin? Aku ingin menyusul Nel ke kantin. Kau mau ikut?" tanya Grimmjow padaku.

"Tidak. Aku ingin disini saja" jawabku datar.

"Kau tidak ingin menemui kekasih barumu?" tanyanya lagi.

"Tidak. Dia sepertinya sedang sibuk" jawabku datar (lagi).

"Dari mana kau tahu?" tanyanya (lagi).

"Itu dia." jawabku sambil menunjuk kearah seseorang yang sedang jatuh di lapangan dengan barang-barangnya yang telah jatuh berceceran terlihat dari jendela kelas.

"Dia itu.. Ceroboh ya Ulqui. Kenapa juga kau jadikan dia korban?" serunya padaku yang masih menatap keluar jendela. Tanpa menatap lawan bicara aku hanya tersenyum menanggapinya.

"Aku tidak tahu Grimmjow, semua terjadi begitu saja" jawabku seadanya.

"Ya, sudah. Aku ke kantin ya"

"Ya" jawabku tanpa menoleh. Pandanganku tak beralih dari gadis berambut senja itu, yang kini sudah berdiri dan kembali berlari.

"Maafkan aku." gumamku dalam hati.

.

"Ma-ma-maaf Senpai aku terlambat" sahut gadis berambut senja itu dengan wajah takut di depanku.

Hei, mengapa ekspresinya begitu? Apa dia berfikir aku akan marah? Ini baru telat 5 menit kan? Apa aku begitu menakutkan hingga dia begitu tegang menghadapiku?

"Ayo pulang" sahutku datar.

"Ba-baik" jawabnya terbata.

Sepanjang jalan kami hanya diam, ya dialog itu lah yang sering kali kami bicarakan. Diam, menjadi suatu pembicaraan buat kami. Lalu, kenapa aku memilih menunggunya dan pulang bersamanya. Ya, sekali lagi hanya untuk menghindari teriakan para FG ku.

"Sampai jumpa besok"

"Terima kasih senpai" jawabnya dengan senyum khasnya itu.

Sedangkan aku, bukannya menjawab. Hanya berpaling dan menyeberang jalan menuju rumahku yang hanya berseberang jalan dengan rumahnya. Kuliha ia, masih didepan pagar rumah memperhatikanku lalu sekilas.. Bisa kubaca gerakan mulutnya. Mengatakan..

"Terima kasih senpai. Senang membantumu"

Hei, apa maksudnya itu? Membantu? Apa dia tahu? Lalu? Kenapa aku risau? Aku seakan takut dia kecewa. Apa maksudnya ini? Yang jelas aku tidak menyukai perasaan ini.

"Senpai lihat! Awannya berbentuk kue Mochi."

Gadis berambut senja itu menatap langit dengan mata berbinar, mirip seperti anak kecil yang senang karena diberi permen.

"Hmm"

"Senpai suka kemari? Ah, aku baru tahu ada tempat yang sebagus ini di sekolah"

"Apa maksudmu? Bukankah sekolah kita sendiri cukup indah untuk dilihat" tanyaku padanya dengan alis yang menaut ditengah.

"Hmh… maksudku, ini lebih indah lagi" jawabnya dengan senyum yang tampak dipaksakan.

"Cerita saja kalau kau mau" sahutku datar.

Hari ini aku mengajaknya keatap sekolah, tempat biasa aku menyendiri menenangkan sedikit pikiranku dan kebosananku di sekolah, tapi ntah kenapa kali ini aku ingin ditemani disini. Dan kenapa dia adalah orang yang kuajak. Awannya indah, sangat.. Seperti kapas putih yang melayang di langit biru. Dan kali ini ntah mengapa aku nyaman disini bersama orang lain.

"Aku.. tak pernah punya teman."

Kalimat itu berhasil menyentakku, pandanganku beralih menatap wajahnya yang kini sendu.

"Semua menertawakanku karena aku selalu terjatuh, haha… aku mungkin terlalu ceroboh ya?"

"Ya. Sedikit." Jawabku.

"Haha… Senpai juga berfikir seperti itu? Lalu, kenapa waktu itu Senpai …"

"Itu, aku refleks" jawabku cepat.
Cih.. Dia tidak boleh melihat wajahku yang memerah.

"Arigatou.."

"U..untuk apa?" tanyaku gelagapan.
Kumohon jangan berwajah seperti itu, aku.. Tidak mengerti dengan perasaan seperti ini.

"Untuk semuanya" jawabnya dengan wajah manis, dan.. senyum itu, senyum itu yang berhasil membuat wajahku semakin memerah.

"Do-douita" balasku dengan wajah yang kututup dengan sebelah tangan.

Hari ini, mungkin tidak ada salahnya juga bila aku minta ditemani di sini.

….

Gomen buat para reader yang bingung, sebenarnya ini Multichapter. Jadi belum ending masi ada chap yang lainnya.

Maaf lupa buat Author's note
Jaa~
Diharapkan review serta saran yang membangun.
*pundung dipojokan*