Chapter 1

Disclaimer :

Kuroshitsuji by Yana Toboso

Warning : Typo(s), OC.

Genre : Friendship

Rating : T

Fic ini menceritakan tentang 20 tahun setelah kepergian Ciel dan Sebastian.

Selamat menikati ^^


Seorang pemuda bersurai kelabu dengan bola mata safirnya tengah memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. Pemuda dengan tubuh seusia anak 12 sampai 15 tahun itu terus memandang keluar jendala sampai seorang berpakaian hitam menghampirinya.

"Tuan Muda saat-"belum sempat si pria dewasa itu menyelesaikan kata-katanya, bocah kecil itu memotongya.

"Berhenti memanggilku 'Tuan Muda' Sebastian!" katanya.

"Tapi bagi saya anda tetaplah 'Tuan Muda' yang dulu" jawab pria yang dipanggil Sebastian itu.

"Apa? 'yang dulu'? apa aku tidak salah dengar Sebastian?!" bentak pemuda bermanik safir yang telah berubah menjadi merah darah itu, seraya berdiri dari kursinya dengan wajah marahnya yang terbilang sangat imut itu.

"Maafkan saya Tuan" jawab Sebastian seraya berlutut seperti biasa di hadapan sang tuan.

"Tidak Sebastian, kau tidaksalah, aku hanya..." kata pemuda yang tidak lain tidak bukan adalah Ciel Phantomhive kepala keluarga Phantomhive yang telah meninggalkan segalanya, karena perubahan eksistensinya yang sudah bukan manusia lagi.

"Apa anda merindukan 'mereka' Tuan?" tanya Sebastian, pertanyaan yang sederhana, tapi cukup membuat Ciel merasa tertohok.

"Mungkin..." gumam Ciel pelan yang tentu saja dapat didengar oleh butler abadinya itu.

"Tuan mu- eh Tuan, saya dengar Lady Elizabeth mempunyai seorang anak perempuan yang sangat mirip dengan anda." kata Sebastian yang sukses membuat Ciel merubah raut wajahnya yang kusut menjadi raut penasaran dan terlihat sekilas kebahagian di sorot matanya yang tengah menjadi safir seperti semula itu.

"Elizabeth, punya anak perempuan? Anaknya mirip denganku? Berarti anaknya itukeponakanku?" tanya Ciel dengan wajah yang sangat polos, yang ditanya hanya bisa anguk-anguk gaje.

"Sebastian ini perintah!..." kata Ciel, sekilas terlihat senyuman mengambang di bibir mungilnya,

"Yes My Lord" jawab sebastian penuh keyakinan sepertibiasanya. Sepertinya Bocchan tercintanya telah menemukan semangatnya kembali, semangat yang sam seperti saat dia menjalankan misi dari ratu yang telah membuat Ciel-nya menderita.


~OoO~

Sementara itu seorang anak perempuan berusia 13 tahun yang tengah duduk di pinggir sungai kecil, terus menghujam air –yang tengah membasahi kaki, yang memang sengaja dijulurkannya untuk menyntuh permukaan air sungai– dengan manik safir, serta rambut kelabu panjang yang dikepang dua itu ikut berpartisifasi menjamah sungai yang tenang itu. Digerakannya pelan kakinya agar air itu sedikit berubah arah dari sebelumnya, wajah yang benar-benar mirip dengan seseorang yang telah pergi 20 tahun lalu.

"Cicelia, lagi-lagi kau disini?" kata seorang wanita bengan rambut pirang keriting gantungnya.

"Ibu, aku sedang bermain" jawab gadis yang dipanggil itu dengan sangat datar.

"Ciel.." gumam sang wanita saat mendengar jawaban ketus sang anak.

"Ibu, aku bukan Ciel, lagi pula siapa Ciel itu? Aku sering dengar ibu menyebut namanya saat bersamaku" tanya sang anak sambil mendongak guna melihat mata emerald sang ibunda.

Wanita yang bernama Elizabeth Midford sungguh terkejut dengan apa yang didengar dan dilihatnya, dia terkejut karna anak sematawayangnnya ini menanyakan tentang mantan tunangannya yang tengah tiada –menurutnya–, wajah penasaran sang anak 'pun tak kalah mengejutkannya, wajah yang entah bagaimana bisa menjadi sangat mmirip dengan seorang Ciel Phantomhive yang telah meninggalkannya 20 tahun lalu.

Elizabeth sudah tidak tahan lagi pada apa yang dilihatnya ini, tanpa dia sadari tubuhnya bergerak tanpa diperintahkan olehnya.

"Ci... Ci... el..." isaknya yang tengah memeluk tubuh mungil sang anak.

"I... I..bu? Ibu kenapa? A... aku salah ya bu?" tanya Cicelia yang sangat kebingungan dengan perlakuan sang ibu.

"Ti.. dak Cicelia, hanya saja..."Elizabeth tak mampu meneruskan kalimatnya.

Cicelia yang mengerti akan kondisi sang ibu, hanya bisa tersenyum dan belas pelukan sang ibu, seraya berkata.

"Tenanglah bu, tidak apa-apa" katanya lembut sambil mengusap rambut sang ibu.

"Lizzie, Cicelia, kalian sedang apa?" tanya seorang pria dengan rambut auburn mendekati dua orang perempun yang tengah berpelukan itu.

"Ayah!" teriak Cicelia yang tampak sangat gembira.

"Millan? Kau mencari kami?" tanya Elizabeth yang terlihat merasa bersalah

"Tenanglah Lizzie, aku tidak marah kok, kau ini" kata pria bersurai auburn itu seraya menggendong putri kebanggaannya.

"Eh, hahaha,iya" kata Elizabeth canggung.

Sebenarnya McMillan tau apa yang membuat Elizabeth nerasa bersalah, itu karena Elizabeth masih mencintai mantan tunangannya yang menghilang 20 tahun lalu, sekaligus teman baik Millan sendiri, Millan mengenal Elizabeth karena Edward kakak dari Elizabeth yang mengenalkan mereka, sifat ceria Millan lah yang mampu menenangkan hati Elizabath yang terus bersedih karena kepergian Ciel.

Mungkin bukan cinta yang terus mengikat mereka sampai sekarang, melainkan perasaan tenang dan nyaman apalagi setelah lahirnya Cicelia. Anak mereka satu-satunya yang sangat mirip dengan orang yang berperan besar dalam hidup mereka, karena itulah Elizabeth dan Millan memberikan nama Cicelia pada perempuan mereka itu.


~OoO~

"Hm, jadi itu anak Elizabeth dan McMillan?" tanya seoarang pemuda pada orang yang berada disampingnya.

"Ya, Tuan" jawab orang itu.

"A"Hm, jadi itu anak Elizabeth dan McMillan?" tanya seoarang pemuda pada orang yang berada disampingnya.

"Ya, Tuan" jawab orang itu.

"Ayo pergi Sebastian!" perintah sang tuan pada butler abadinya.

"Yes My Lord"

To Be Continued


Fiuh~ akhirnya kelar juga, wah saya gak nyangka bakal ngejodohin Elizabeth sama McMillan, bagi yang belum tau siapa itu McMillan, dia itu adalah teman pertama Ciel di sekolah Weston College.

Hehehe

Tolong minta masukannya ya ^^