OSM
Decklaimer :
Member NCT punya Tuhan dan orang tua masing-masing.
Aku cuma orang yang punya cerita ini gak lebih.
Rating : T
Genre : Romance
Pair : JaeYu
…
" Biar aku antar."
" Eh? Tidak…"
" Aku tidak menerima penolakan."
Yuta mengerucutkan bibirnya kesal. Pemuda manis itu duduk di boncengan sepeda Jaehyun dengan ekspresi lucu. Tapi sayang, Jaehyun tidak bisa melihatnya karena pemuda putih bertubuh tinggi itu sedang mengendarai sepedanya saat ini.
Jaehyun tersenyum. Bagaimana Jaehyun tidak tersenyum jika orang yang akhir-akhir ini mencuri perhatiannya sedang pulang bersamanya?Apa ini yang dinamakan dengan kebetulan yang menguntungkan?
" Jaehyunie kelas berapa?"
" Kelas 10."
" Sungguh."
Jaehyun hanya mengangguk sebagai jawaban. Jaehyun ingin sekali menengok kebelakang dan melihat reaksi Yuta. Terkejutkah? Atau kesal? Jaehyun tidak tahu, yang pasti Jaehyun sedang fokus dengan jalanan di depannya saat ini.
Jaehyun mengendarai sepedanya dengan sangat pelan. Ia ingin menikmati suasana sore hari yang entah kenapa terasa sangat menyenangkan seperti ini.
" Tinggal di rumah apa apartemen?"
Tanpa dijawab Yuta pun sebenarnya Jaehyun sudah tahu. Jaehyun kan selalu menguntit Yuta sepulang sekolah.
Bisa dibilang Jaehyun ini fansnya Yuta, tapi rasa suka Jaehyun tidak membuatnya jadi terobsesi hingga menjadi sasaengnya Yuta ya.
" Apartemen."
" Rumah hyung arah mana?"
Yuta melotot tajam. Jaehyun ini apa-apaan sih? Kenapa sok dekat sekali, pakai memanggilnya hyung segala lagi bukannya sunbae.
" Tiga gang lagi depan toko bunga Na Sarang."
Yuta menghela napas berat, biarpun Jaehyun orangnya suka seenaknya tapi Jaehyun sudah sangat baik pada Yuta. Jaehyun sudah mau mengobati lukanya dan mengantarnya pulang. Jadi Yuta tidak berhak marah. Yuta benar kan?
Jaehyun tersenyum, suara Yuta halus sekali. seperti apa ya Jaehyun lupa. Ah iya, seperti kain sutra. Halus dan indah.
Jaehyun menghentikan laju sepedanya begitu mereka berdua sampai di jembatan. Jaehyun menoleh ke samping, ia menatap pantulan matahari yang mulai kembali ketempatnya dan perlahan-lahan digantikan oleh rembulan yang sebentar lagi memancarkan keindahannya.
Jaehyun melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 17:30. Jaehyun tersenyum, sepertinya ia sangat menyukai warna jingga sekarang.
" Jaehyunie? Kenapa berhenti disini?"
Jaehyun tidak menjawab, pemuda tinggi itu justru menatap Yuta dengan senyum mengembang dan tatapan mata yang suit diartikan.
" Coba lihat itu hyung."
Yuta mengikuti arah pandang Jaehyun. Dan pemuda itu membeku setelahnya.
" Cantik." Gumam Yuta pelan. Jaehyun mendengar gumaman Yuta.
Sebenarnya Jaehyun ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi. Jaehyun mengintruksikan pada Yuta untuk duduk di boncengan sepedanya lagi.
" Kaja hyung, kita pulang."
Yuta menganggukkan kepalanya, pemuda manis itu duduk di boncengan sepeda Jaehyun, tanpa sadar tangan lentik itu memegang ujung seragam Jaehyun dan meremasnya.
Jaehyun yang merasakan sesuatu yang aneh pada seragamnya menoleh kebelakang. Melihat Yuta yang saat ini masih menatap tenggelamnya matahari dengan mata berbinar.
Jaehyun tersenyum lagi. Entah sudah berapa kali Jaehyun tersenyum karena kakak kelas yang diboncengnya saat ini.
Jaehyun mengayuh sepedanya, dan meninggalkan jembatan yang kini tampak benar-benar sepi.
" Hyung tinggal sendirian?"
" Tidak kok."
" Terus hyung tinggal dengan siapa?"
" Mungkin kamu tidak mengenalnya. Aku tinggal dengan sepupuku Hansol hyung."
" Tunggu, tadi hyung bilang Hansol?"
" Iya. Memangnya kenapa?"
" Tidak kok. Hanya kaget saja. Ternyata kita tetangga ya."
" Eh? Benarkah?"
Jaehyun tidak menjawab. Ia lebih memilih menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Jaehyun melihat sekelilingnya, hari sudah benar-benar gelap ternyata.
Tapi walaupun begitu, Jaehyun sama sekali tidak memiliki niatan untuk mempercepat kayuhannya. Terus kenapa? Lagian ia dan Yuta berada di apartemen yang sama.
Jaehyun merasa bodoh sekali, ia suka menguntit Yuta sepulang sekolah dan sudah tahu kalau ia sebenarnya memang satu apartemen dengan Yuta.
Tapi apa ini? Jaehyun baru tahu kalau Yuta itu sebenarnya sepupunya Hansol. Pantas saja saat pertama kali melihat Yuta, Jaehyun merasa Yuta dan Hansol punya wajah yang sama.
Biarpun sama, tapi mereka berdua punya wajah yang sangat berbeda ya. Tanpa perlu diperhatikan secara mendetail pun Jaehyun bisa membedakannya.
Hansol terlihat sangat tinggi dan tampan. Iya sih, Hansol punya mata yang besar tapi itu yang menjadi daya tariknya. Hansol itu tampan tidak manis, tidak imut juga apalagi cantik.
Sedangkan Yuta? Dilihat dari mana pun pemuda Jepang ini tidak ada unsur manlynya sama sekali. Jaehyun sering menguntitnya jadi Jaehyun tahu persis visual Yuta itu bagaimana.
Tubuhnya sangat ramping dan putih, Jaehyun bisa mengatakan seperti itu karena Jaehyun pernah melihat -mengintip- Yuta saat pemuda Jepang itu sedang berganti baju saat jam olahraga. Jaehyun ingatkan lagi ya, Jaehyun itu bukan sasaeng.
Yuta juga punya tangan yang sangat lentik dan kecil seperti tangan perempuan. Seingat Jaehyun, tangannya tidak selentik itu. Tangan Jaehyun juga bagus sih sebenarnya, tapi tangan Jaehyun itu besar. Sedangkan tangan Yuta itu kecil. Sepertinya Jaehyun harus menggandeng tangan itu secepatnya begitu mereka sampai nanti.
Wajah? Jangan ditanya, Yuta banyak fansnya juga berawal dari wajahnya yang mirip perempuan itu. Cantik, manis, imut dan terkadang juga Yuta terihat tampan sih. Itu pun jika Yuta memperlihatkan jidat bangsatnya, selain itu jangan tanya Jaehyun lagi. Jaehyun belum tahu Yuta sampai kedalamnya.
" Kita sampai. Hyung tunggu di sini sebentar jangan pergi kemanapun oke."
Jaehyun meninggalkan Yuta yang menatapnya heran. Jaehyun kembali kehadapan Yuta setelah menaruh sepedanya di garasi apartemen.
Jaehyun menggenggam tangan Yuta yang benar sekali terasa kecil dan pas di genggamannya. Huh, Jaehyun beruntung. Jaehyun itu fans yang sangat beruntung kan?
" Kamu mengenal Hansol hyung?"
Yuta sepertinya tidak mempermasalahkan tangan Jaehyun yang tengah menggenggam tangannya tanpa persetujuannya terlebih dahulu.
" Tentu saja hyung. Kami sering bermain sepak bola bersama."
" Wah, kamu suka sepak bola? Aku mantan pemain sepak bola saat di Jepang dulu loh."
" Mantan? Terus sekarang apa?"
" Aku tidak punya hobi yang pasti jadi sekarang aku pengangguran. Hansol hyung tidak pernah mau aku ajak bermain sepak bola. Menyebalkan sekali, padahal sama kamu mau."
Yuta mengerucutkan bibirnya lucu, pipinya menggembung dengan wajah yang memerah. Sialan, Jaehyun ingin mengumpat saja rasanya. Yuta terlalu menggemaskan. Jaehyun tidak kuat.
" Ya sudah kalau Hansol hyung tidak mau dengan aku saja."
" Boleh?"
" Tentu saja boleh."
Sebenarnya ini hanya akal-akalan Jaehyun saja sih. Bermain sepak bola dengan Yuta sepertinya sangat menyenangkan. Jaehyun jadi bisa melihat Yuta yang berkeringat secara langsung-karena selama ini Jaehyun selalu mengintip-pasti terlihat seksi sekali.
Mereka berdua memasuki lift, entah kenapa suasananya menjadi canggung sekali menurut Jaehyun. Ini teralu sunyi, Jaehyun tidak tahu harus berkata apa lagi. Jadi Jaehyun memutuskan untuk menatap Yuta yang sedang memainkan ponselnya.
Tatapan Jaehyun melembut. Sialan, sepertinya Jaehyun sangat menyukai Yuta.
" Huh? Menyebalkan sekali sih."
" Ada apa hyung?"
" Hansol hyung tidak pulang. Dia menginap di rumah Taeil hyung. Aku sendirian lagi. Mentang-mentang besok minggu jadi seenaknya begitu. Kalau mau bermain game kan aku juga bisa. Kenapa harus kerumah Taeil hyung segala sih? Menyebalkan."
Jaehyun tertawa lebar. Apa barusan Yuta sedang mengomel? Kenapa omelannya terdengar lucu begitu? Hah, Jaehyun kan jadi makin cinta.
" Menginap di rumahku bagaimana?"
" Tidak mau. Dilihat dari wajahmu sepertinya kamu mesum. Aku tidak percaya."
Senyum Jaehyun lenyap seketika. Tadi Yuta bilang Jaehyun apa? Mesum? Apa Yuta sebenarnya sudah tahu bahwa selama ini Jaehyun sering mengintipnya ganti baju saat disekolah? Tidak mungkin.
" Jaehyunie aku duluan ya."
Jaehyun menatap Yuta yang kini masuk kedalam ruangan yang kini tertutup dan menampakkan pintu bernomor 407. Jaehyun mengernyit begitu meihat nomor yang tertera dipintu itu.
Jaehyun membulatkan matanya tak percaya begitu mengingat sesuatu. Setahu Jaehyun apartemen bernomor 407 itu apartemen HAansol. Dan bodohnya Jaehyun baru ingat kalau Hansol itu sepupunya Yuta.
Jaehyun menatap pintu bernomor 406 tepat di sebelah kirinya. Lebih tepatnya apartemennya sendiri. Jaehyun tersenyum lebar. Sepertinya hari-hari Jaehyun akan terasa sangat meyenangkan kedepannya.
TBC
Jangan Tanya kenapa judulnya OSM aku sendiri juga gak tahu. Apa judulnya terlalu random?
Ini sequel dari Our Sweet Mochi sebenarnya. Jadi aku masih menggunakan cast yang sama dengan Yuta!Uke sebagai cast utamanya.
Enaknya setelah ini siapa ya?
Salam
sokyu
