Akatsuki no Yona
Chapter 1 – Who is this child?
~ Sensui ~
.
Tetora datang dengan tergopoh-gopoh menuju ruang tempat Lily berada.
"jadi menurut laporan kepala tabib di klinik, jumlah para pecandu Nadai masih banyak yang harus diobati tapi jumlah pecandu saat ini sudah lebih berkurang dibandingkan saat pertama kali klinik dibangun... dan untuk para pedagang..." ujar Ramul melaporkan kondisi kota pada Lily, sampai tiba-tiba Tetora datang sambil menggendong sesuatu yang dibungkus kain "nona Lily, celaka?!".
Lily yang ada di kamar itu langsung menoleh ke arah Tetora "ada apa, Tetora?".
"eh, sebelumnya... bisa yang lain keluar dulu?" tanya Tetora tertawa kecil.
Setelah Lily meminta yang lain keluar sehingga di kamar hanya ada Lily, Ayura dan Tetora.
"nah, sekarang bicaralah... apa yang kau maksud dengan celaka barusan?" ujar Lily memiringkan kepala.
"dan apa yang kau gendong itu, Tetora?" tanya Ayura.
"eng, bagaimana mengatakannya, ya..." ujar Tetora tertawa kecil dengan ekspresi yang kompleks, antara bingung dan terkejut "sebelumnya, tolong lihat ini...".
Lily terbelalak saat melihat Tetora membuka kain yang membungkus sesuatu yang ia gendong dari tadi, yang ternyata adalah seorang anak kecil yang manis, gadis kecil berambut ikal dengan warna merah dan bermata ungu itu tersenyum lebar sambil mengarahkan kedua tangannya pada Lily "bibi Lily ketemu!?".
Lily sangat terkejut, bukan hanya karena anak kecil yang tak ia kenal itu mengenalnya, juga karena anak itu sangat mirip dengan sahabatnya tersayang, Yona, tapi di satu sisi ia merasa kesal karena dipanggil bibi di usianya yang baru berusia 17 tahun.
"panggil aku kakak... siapa kau? Kenapa kau mengenalku?".
"eh? masa bibi lupa padaku? ini aku, Rui... tentu saja aku kenal bibi karena bibi Lily sahabat baik ibuku...".
"dan siapa ibumu?" tanya Lily dengan ekspresi yang sama dengan Tetora.
"mama Yona..." ujar Rui tersenyum lebar.
"APA!?" teriak Lily.
"karena itu saya bilang celaka tadi, kan?" ujar Tetora menahan tawa saat melihat reaksi Lily.
"Rui, jangan bohong, ya... usiamu berapa?".
"ih, biar Rui masih 5 tahun, Rui nggak pelupa dan Rui bukan pembohong... soalnya kata ibu, jangan suka bohong seperti ayah..." ujar Rui menggembungkan pipinya.
"tapi biar bagaimanapun, nona Yona masih 16 tahun dan tak mungkin beliau sudah memiliki anak yang berusia 5 tahun" ujar Ayura.
Tetora membuka seluruh kain yang membungkus tubuh Rui "sebelum anda bertanya lebih lanjut, tolong lihat ini, nona Lily...".
Lily dan Ayura terkejut melihat baju Rui berlumuran dengan darah, sehingga Lily meminta Ayura segera memandikan, mengganti baju Rui lalu mengobatinya jika ada luka. Setelah dimandikan dan diberi baju ganti, Rui tertidur sehingga Lily meminta Tetora memberikan penjelasan lebih lanjut, bagaimana Tetora bisa menemukan Rui. Awalnya, Tetora hanya pergi berbelanja seperti biasa ke pasar, namun saat kembali ke kediaman mereka di Sensui, Tetora melihat Rui meringkuk di dekat pintu masuk sehingga ia berniat membawa Rui masuk. Namun, Tetora terkejut karena anak itu mirip dengan Yona dan ia bahkan mengenal Tetora, ketika Rui meminta Tetora mempertemukannya dengan Lily, ia menyadari adanya bercak darah di baju Rui sehingga ia menyelimuti Rui dengan kain dan membawanya masuk. Giliran Ayura yang barusan memandikannya, setelah meminta salah seorang prajurit di rumah ini untuk mencari baju untuk gadis kecil berusia 5 tahun, Ayura yang memandikan Rui tak menemukan adanya luka melainkan sebuah tanda.
"tolong lihat ini..." ujar Ayura menyingkap baju Rui setelah menepis rambut ikal Rui ke samping sehingga terlihat tanda naga merah bermata ungu di bahu kanan Rui "apa mungkin anak ini memiliki hubungan dengan ke-4 ksatria naga dan nona Yona?".
"mungkin saja, tapi... bagaimana caranya kita bisa menghubungi mereka?".
"kelihatannya tidak ada pilihan lain selain kita menunggu mereka datang kemari... ah, tapi tunggu..." ujar Lily mendapat ide, meski ia tidak tahu ini ide yang bagus atau tidak "Ayura, Tetora, kita pergi ke Kuuto... aku akan mencoba bertanya pada Ogi...".
"tapi bukankah yang mulia Soo Won melarang anda menemuinya?".
Lily tersenyum sinis, bukan Lily namanya jika ia mau menuruti apa yang dikatakan Soo Won "karena itulah~ kita bawa Rui diam-diam ke tempat Ogi!? si muka tofu itu memang melarangku mengikutinya untuk bertemu Ogi, tapi dia tak melarangku menemui Ogi diam-diam, kan? toh ini kulakukan karena aku juga ingin mengantar Rui pada orang tua kandungnya yang asli".
~ Chishin ~
.
Chul Rang berlari di lorong kastil Chishin mengejar gadis kecil yang terlihat masih berusia 5 atau 6 tahunan "tunggu, jangan kesana!?".
Hingga akhirnya, ketika gadis itu berbelok ke salah satu lorong, Chul Rang bertabrakan dengan Geun Tae karena gadis kecil itu meluncur melalui celah di antara kedua kaki Geun Tae.
"Chul!? Apa yang kau lakukan!?" umpat Geun Tae yang mengaduh kesakitan.
"maaf, tuan Geun Tae!? Tapi ada anak tak dikenal menyusup kemari!?" ujar Chul Rang menunjuk ke belakang Geun Tae.
Terlihat gadis yang dikejar Chul Rang berlari ke arah jembatan dan menabrak Yun Ho. Melihat gadis berambut hitam bergelombang bermata ungu di depannya, Yun Ho segera memeluknya sambil mengeluskan pipinya "MANISNYA~".
"lepaskan aku, dayo!?" protes anak itu.
Melihat Yun Ho menangkap anak itu dengan mudah, Chul Rang merasa terpuruk "tadinya pak Hee Dae membawanya karena anak ini ditemukan di area pertambangan dan memintaku mencari orang tua anak ini... berbahaya bagi anak-anak jika bermain di area pertambangan, kan? masalahnya, anak ini tak terlihat seperti anak tetangga sekitar, jika dia anak pengunjung tambah repot...".
"eng, tunggu... entah kenapa anak ini mirip dengan seseorang, tapi siapa..." ujar Geun Tae memicingkan mata melihat gadis itu dan berusaha mengingat.
Gadis itu menoleh ke arah Geun Tae dan Yun Ho bergantian "paman dan bibi siapa, dayo?".
"namamu siapa, nak?" tanya Yun Ho.
"Umi... tapi ini dimana, dayo?".
"beneran anak nyasar, ya... ini di Chishin... asalmu darimana?" tanya Geun Tae menepuk kepala Umi.
"dari Kuuto, dayo...".
"cara bicaranya aneh... apa maksudnya dayo? Seharusnya gunakan salah satu kata pada ujung kalimatmu, da atau yo..." ujar Geun Tae menepuk-nepuk kepala Umi.
"ayah ibumu mana?" tanya Yun Ho.
"ayah sudah meninggal saat aku belum lahir, dayo... kalau ibu lagi sakit, makanya aku dan saudaraku mencari obat bersama paman tampan jenius, dayo...".
"terus mana saudaramu? Siapa lagi yang kau maksud paman tampan jenius?" ujar Geun Tae tambah bingung.
Umi menggelengkan kepala "nggak tahu, dayo... aku terpisah dari saudaraku ketika main petak umpet dan jatuh, jadi aku menutup mataku dan saat sadar, ternyata aku ada di depan gua jadi sekarang aku tak tahu ini dimana sampai tadi, dayo...".
Yun Ho dan Geun Tae saling bertatapan beberapa saat, sampai Yun Ho yang mencemaskan kondisi Umi meminta Geun Tae untuk mencari orang tua Umi.
"tidak bisakah kita carikan ibunya di Kuuto, tuan Geun Tae?".
"aku mau ikut kalau paman pergi ke Kuuto, dayo".
"baiklah, akan kuantar kau ke Kuuto... ayo" ujar Geun Tae menarik Umi, namun Umi tak mau melepas genggaman tangannya dari Yun Ho "hei, nak, bagaimana caranya aku pergi kalau kau tak mau lepas dari istriku?".
Umi menggelengkan kepala "nggak mau, dayo!? kata ibu jangan mudah percaya pada laki-laki, kalau sama-sama perempuan lebih aman, dayo".
"tapi kau bilang kau pergi dengan paman tampan jenius? Dia laki-laki juga, kan?".
"paman tampan jenius itu mukanya cantik seperti perempuan, lagipula paman tampan jenius itu orangnya baik, dia juga dokter ibuku, jadi aman saja, dayo".
Yun Ho akhirnya melerai pertengkaran mulut Geun Tae dan Umi yang terlihat lucu "begini saja, tuan Geun Tae... biar aku ikut ke Kuuto untuk menjaga anak ini, tapi jika terjadi apa-apa, aku akan tetap tinggal di kastil Hiryuu, aku janji takkan pergi ke tempat berbahaya, ya?".
Tak ada pilihan lain, Geun Tae meminta Chul Rang menyiapkan barang Yun Ho juga. Saat Chul pergi untuk melakukan apa yang diminta Geun Tae, Geun Tae kembali menginterogasi Umi.
"tapi... kau tahu siapa nama ayah dan ibumu, tidak?".
"maaf, paman... tapi kata paman Tae Woo dan bibi Lily, nama ayah dan ibuku tidak boleh diberitahu pada orang lain sembarangan kalau tidak akan berbahaya padaku dan saudariku, dayo...".
"hah?" ujar Geun Tae melongo.
"anak ini kenal dengan Lily dan jenderal Tae Woo? Tapi apa mereka orang yang sama dengan yang kita kenal?".
"aku kenal, dayo... paman Tae Woo itu jenderal suku angin dan bibi Lily itu anak jenderal suku air An Joon Gi, kan? mereka orang baik, jadi aku bisa percaya mereka, dayo" ujar Umi tersenyum lebar.
Yun Ho dan Geun Tae kembali bertatapan, kali ini mereka berpikir kalau mereka harus menanyakan pada Lily atau Tae Woo tentang siapa anak ini sebenarnya, kenapa anak ini bisa mengenal mereka berdua, dan siapa orang tua kandung anak itu sebenarnya, sampai Tae Woo dan Lily yang dikenal Umi memintanya tutup mulut soal orang tua mereka.
~ Fuuga ~
.
Han Dae mendarat di tengah lapangan dimana Mundok dan Tae Woo tengah berlatih, membuat rusuh "tetua!? Jenderal!? Celaka?! gawat!?".
"tenang dulu, bego!? Kenapa kau panik begitu?" tanya Tae Woo mengayunkan tombaknya yang berhasil dihindari Han Dae yang bergelantung di atas pohon.
"paman, kepalaku naik ke kepala, desu..." ujar gadis kecil yang dibawa Han Dae sehingga ia ikut tergantung di pohon dengan posisi terbalik.
"ups, maaf" ujar Han Dae turun ke bawah, menurunkan gadis kecil yang ia tutupi dengan kain itu sebelum menyingkap kain yang menutupinya "jangan kaget, ya".
Mundok dan Tae Woo merasa seperti disambar petir di tengah siang bolong melihat sosok gadis itu. Gadis kecil yang seukuran dengan Tae Yeon itu menatap Mundok dan Tae Woo dengan mata kucingnya yang terlihat mengantuk. Yang membuat mereka bertiga jadi kehilangan kata-kata adalah karena sosok gadis itu yang mirip dengan seseorang yang mereka kenal, mata berwarna biru yang gelap seperti laut yang ekor matanya naik seperti mata kucing dan rambut lurus berwarna merah yang panjangnya hampir mencapai tanah.
"tetua, perasaanku saja atau bukan, ya? kenapa rambutnya dan matanya seperti..." ujar Tae Woo terhenti karena Mundok menjitaknya "jangan katakan apa yang kau pikirkan karena aku juga berpikiran begitu, bocah...".
"tidak ada waktu... tolonglah ibu, jenderal Tae Woo..." ujar gadis itu memegang kain celana Tae Woo.
"...siapa kau sebenarnya dan siapa ibumu? kenapa kau memintaku menolongnya?" tanya Tae Woo berlutut di depan gadis itu, ia merasa tatapan mata gadis itu bukanlah tatapan mata yang bisa dimiliki oleh anak kecil.
"namaku Hanna... dan ibuku... kau bisa bertemu dengannya di Kuuto... entah dengan pria itu, yang membuatku khawatir adalah karena pria itu telah berjanji kepada penjaganya untuk membunuh Hak di pertemuan berikutnya dan yang pasti penjaga pria itu takkan membiarkan pria itu celaka atau mengingkari kata-katanya... jika tetua Mundok dan jenderal suku angin ada di sana, mereka pasti takkan membunuhnya... bawa aku juga..." ujar Hanna sebelum tertidur "ah... ngantuk, desu...".
"eh?!" ujar Tae Woo menahan Hanna yang tertidur.
~ Kuuto ~
.
Soo Won yang berkunjung ke tempat Ogi karena Ogi memanggilnya dengan urusan darurat, dikejutkan dengan cukup banyak hal, salah satunya adalah anak kecil yang langsung memeluk kakinya begitu ia tiba disana.
"kau lama... kukira kau takkan datang, Won... anak itu mencarimu dan terus menunggu di pojokan, siapa dia?" ujar Ogi meniup pipanya.
"...kau siapa, dik?" ujar Soo Won berjongkok dan meminta si gadis kecil untuk menunjukkan wajahnya.
Soo Won terbelalak melihat rupa gadis kecil itu yang mirip dengan seseorang yang ia kenal "tunggu, rambut hitam lurus dan mata biru... bukan Lily, matanya lebih mirip dengan...".
"Ruri..." ujar gadis itu mencubit pipi Soo Won "jawaban dari pertanyaanmu barusan, namaku Ruri... ini pesan dari ibuku, Won".
"tunggu, tulisan ini..." pikir Soo Won mengerutkan kening dan menyimpan surat itu. Saat Soo Won pamit, ia membawa Ruri ikut serta. Tepat di saat Soo Won hendak pergi sambil membawa Ruri, ia bertabrakan dengan Lily yang baru tiba di tempat itu.
"yang mulia? kau..." ujar Lily refleks menutup mulut "celaka!?".
"Lily? Kenapa kau ada di..." ujar Soo Won terbelalak melihat anak yang dibawa oleh Lily "tunggu dulu, anak itu... warna rambut merah yang ikal dan mata ungunya yang bulat itu...".
"Rui!?" ujar Ruri berdiri sambil membersihkan bajunya.
"kak Ruri!?" ujar Rui memeluk Ruri sambil menangis "huwa!? aku takut sekali!? syukurlah kakak selamat...".
"cep cep cep, jangan nangis, dong... dasar cengeng, ayo hapus air matamu!? habis ini kita masih harus mencari si desu dan si dayo, kan?" ujar Ruri menyeka air mata Rui sambil mengelus-elus kepala Rui, lalu menoleh ke arah Soo Won "oi, paman, ayo kita pergi temui ibu, jangan buat ibu kami menunggu lama".
Melihat Ruri memerintah Soo Won, entah kenapa Lily merasa ingin tertawa sekeras-kerasnya "untuk ukuran anak kecil, kau cukup belagu... memang siapa ayah kalian, sih?".
"tak perlu membicarakan orang itu di hadapanku, bibi Lily..." ujar Ruri yang menatap sinis Lili dengan sorot mata tajam.
"kak Ruri serem..." ujar Rui dengan wajah pucat.
"itu bukan sorot mata yang bisa dimiliki anak kecil biasa..." pikir Lily kagum.
Lily mengikuti Soo Won sambil menggandeng Ruri dan Rui "tunggu, kau mau kemana, yang mulia?".
"kembali ke kastil Hiryuu" sahut Soo Won menyerahkan Ruri dan Rui pada Lily "jika kau masih ada perlu denganku, tolong jaga dua anak ini sementara waktu di luar kastil dan jangan sampai ada orang dalam istana yang curiga".
"...Ayura, Tetora, aku akan ikut dengan yang mulia ke kastil Hiryuu, salah satu dari kalian berdua susullah aku nanti dan yang satu lagi harus menjaga anak-anak ini di penginapan, kita berangkat nanti malam, paham?".
"baik, nona Lily" ujar Ayura dan Tetora bersamaan.
Sementara itu, beberapa saat kemudian di kastil Hiryuu...
Joo Doh menautkan alis melihat Geun Tae datang bersama Yun Ho, bukan hanya karena Geun Tae yang tumben-tumbenan datang bersama istrinya, tapi juga karena anak kecil yang ada di gendongan Yun Ho "...apa kau datang kemari bersama istrimu hanya untuk memamerkan anak kalian?".
"dia bukan anak kami, tapi anak nyasar... katanya dia dari Kuuto, makanya kami bawa kemari dan istriku juga ikut kemari karena dia tak mau lepas dari istriku..." ujar Geun Tae menoleh ke sekeliling "ngomong-ngomong, dimana yang mulia Soo Won?".
"hilang sejak beberapa jam yang lalu dan kami sedang mencarinya..." ujar Joo Doh kesal.
Tak jauh dari tempat mereka, di lorong lain terdengar suara pertengkaran.
"aku mengerti, Lily...".
"tidak, kau tak mengerti!? jika kau mengerti, kenapa kau mengambil keputusan ini!?".
"apa kau bisa berikan pilihan lain yang lebih baik? ini demi kerajaan ini...".
"dan membuat dia lebih menderita lagi?".
Soo Won menutup mulut Lily dan berbisik "jangan keras-keras bicaranya, kita berdua ada di kastil saat ini... lalu apalagi keperluanmu kali ini? bukankah urusanmu di Kuuto sudah selesai?".
"benar, tapi aku kembali memiliki satu urusan lagi di Kuuto, memastikan kau mengubah keputusanmu atau aku takkan pulang..." ujar Lily setelah melepas tangan Soo Won.
"dan kau tahu itu takkan terjadi... kau membuang waktuku dan menyia-nyiakan waktumu sendiri, nona".
Saat Geun Tae, Yun Ho dan Joo Doh memergoki mereka berdua, mereka bertiga terkejut melihat Lily menampar Soo Won keras-keras. Sementara ketiga orang dewasa di tempat itu terdiam, anak kecil yang terkejut melihat hal itu justru berhasil melerai mereka berdua.
"bibi Lily, jangan bertengkar, dayo!?" teriak Umi dari kejauhan sehingga Lily mengecek tubuh Umi sampai ia berhasil menemukan tanda kura-kura hitam yang dililit ular di tengkuk leher Umi "...Umi?".
"iya... ada apa, dayo?".
Logat bicara Umi yang aneh membuat Lily teringat pada Hanna sehingga Lily mengerutkan kening dan menahan tawa "mungkin aku harus menanyakan ibumu, kenapa caramu bicara jadi aneh begitu...".
Melihat Lily tersenyum, Umi langsung memeluknya dan tersenyum lebar "nah, begini baru namanya bibi Lily, dayo... bibi Lily kan biasanya baik, ramah, selalu tersenyum dan lembut, kenapa bibi marah dan menampar paman itu, dayo?".
Saat Umi menunjuk Soo Won, Lily memicingkan mata menatap Soo Won, terlihat jelas kalau ia sedang kesal pada Soo Won sampai-sampai Lily memalingkan wajahnya dari Soo Won saat menggendong Umi "tak apa-apa, itu pantas untuknya dan yang lebih penting... kedua saudarimu ada di tempat bibi sekarang, jadi Umi ikut pulang dengan bibi, ya?".
"tapi dayo... ibu...".
"nanti bibi minta ibumu datang menjemputmu".
"bukan itu, dayo... sekarang ini ibu kan sedang kesusahan karena para paman ditawan orang jahat".
"serahkan masalah para paman dan ibumu padaku, nanti mereka akan kuminta datang ke tempatmu, jadi kau tunggu saja bersama Lily, ya?" ujar Soo Won mengulurkan tangannya untuk menepuk kepala Umi, sehingga Lily menjauhkan Umi dari Soo Won.
"tidak perlu, tuan baik hati... biar saya yang mengurus semua yang berkaitan dengan ibu dan para paman anak ini karena saya yakin anda takkan bisa" ujar Lily menatap tajam Soo Won.
Melihat reaksi Lily, Joo Doh mendekatkan wajahnya ke wajah Umi "sebenarnya siapa yang kau maksud para paman dan ibumu? Cepat beritahu atau...".
"paman itu seram, aku tak mau dekat-dekat, dayo?!" ujar Umi yang sembunyi ke bahu Lily.
"wajahmu menakutkan, jenderal Joo Doh!? kau membuat gadis kecil ini ketakutan!?" ujar Lily meminta Joo Doh menjauh sambil menepuk-nepuk punggung Umi.
"sebenarnya kau ada berapa saudara, sih?" tanya Geun Tae yang menahan tawa.
"kami 4 bersaudara tapi karena kami kembar dari sel telur yang berbeda, makanya kami terlahir sebagai kembar non identik, jangan heran jika kami tak mirip, dayo... jika dari urutan lahir, kak Ruri anak sulung, aku anak kedua, anak ketiga Hanna dan si bungsu Rui, dayo..." ujar Umi.
"berarti aku tinggal mencari Hanna, ya? kalau begitu Umi kubawa, ya... terima kasih banyak atas bantuannya, jenderal Geun Tae dan nona Yun Ho..." ujar Lily pamit pada mereka semua "Yona, semoga kau selamat...".
Yun Ho menghela napas "wah, aku terkejut melihat sisi lain Lily yang tak pernah kulihat... sebenarnya apa yang terjadi pada kalian berdua sampai anda bertengkar, yang mulia?".
"lupakan saja" sahut Soo Won menjauh dan meminta Joo Doh bersiap.
