Melted.
By: hopehobe.
"Aku, ya hanya aku. Bukan anak dari seorang konglomerat atau semacamnya, tetapi aku yang tampan dan mempesona adalah kenyataan, dan itu mutlak."-Jungkook.
"Dan aku, bukan seorang istimewa, tetapi aku bersumpah akan membuat seorang Jeon Jungkook yang manis meleleh dihadapanku." –Taehyung.
PROLOGUE
.
.
.
Entah kenapa saat ini sebuah pasta gigi telah mengumpulkan nilai lebih dimata seorang Jeon Jungkook. Benda itu telah menjadi penyelamat terbesarnya, sungguh, Jeon Jungkook tak pernah merasa seberuntung ini karena telah mempercayai informasi konyol dari sahabatnya, jika saja ia tak menaruh benda itu di tempat tak wajar seperti sekarang, maka sudah akan dipastikan bahwa seorang Jeon Jungkook akan melupakan tujuan awalnya.
"hei aku tak bohong, cobalah menaruh benda di tempat tak wajar dan kau akan mengingat tujuanmu saat kau melihat benda itu!"
Dan benar saja, ia sungguh ingat sekarang. Hampir saja, hampir, sungguh nyaris, jika bukan karena pasta gigi yang ia letakkan disebelah sepatunya, ia akan benar benar lupa membawa form data diri yang telah ia tunda pengumpulannya selama lebih dari lima minggu itu.
"Astaga, aku pasti sedang beruntung hari ini". Desisnya dengan tangan terkatup didepan dada seolah sedang merapal doa.
"Jeon. Kau gila? Cepat berangkat sana". Itu Jeon Wonwoo, kakak kurang ajar dari seorang kurang ajar bernama Jeon Jungkook.
"Kau kan juga Jeon. Idiot". Tanpa mengingat eksistensi sebuah etika Jeon Jungkook melangkahkan kakinya menjauh dari sosok sang kakak, mengambil kertas data diri, melipat dan memasukkannya kedalam tas sebelum ia menenteng tas ransel berwarna kelabu itu setelahnya.
"PARK!" Jungkook berteriak tanpa tahu malu dan tanpa tahu waktu, ruang kelas yang sepi sekarang menjadi berkali-kali lipat lebih sepi dari sebelumnya. Di depan sana seorang guru tengah menghela nafasnya jengah. Jeon Jungkook bukan berulah, tapi tingkah Jeon Jungkook yang berbuat kasar pada pintu sudah membuat suasana kelas memburuk.
Bukan suatu hal baru Jeon Jungkook terlambat, tapi suatu hal baru saat melihat Jeon Jungkook dapat mengingat dengan baik. Seisi kelas telah dibuatnya menganga, sebuah misteri baru telah tercipta, satu hal, Jeon Jungkook masuk dengan mengibas bangga form-nya. Dan itu merupakan sebuah keajaiban.
"maaf pak, tapi aku terlambat karena ini".
.
.
.
Tuk.
Suara ketukan menyadarkannya dari lamunan panjang, seorang lelaki dengan surai coklat keemasan yang tampak lembut dan menggoda seakan meminta untuk diusak itu mengangkat kepalanya dari atas meja untuk menolehkannya kearah suara tersebut. Tidak cukup penting, hanya suara benda padat yang beradu dengan benda sekawannya. Dosen yang ada didepan sungguh memuakkan dan sepertinya juga tidak memiliki daya tarik yang cukup untuk menyedot perhatiannya.
"Huft". Sehela nafas terhembus dari kedua belah bibirnya.
Bagi seorang Kim Taehyung, tak ada hal yang benar-benar menarik, hidupnya biasa-biasa saja, dan kelebihan yang ia miliki hanya satu, itu wajah. Yah setidaknya ia memiliki satu hal dalam hidupnya untuk disyukuri.
"KIM!" Itu Namjoon, yang berteriak baru saja.
"Apa, Kim?" Ini Taehyung.
"Hehe, sebentar lagi ujian kelulusan para siswa dan siswi SMA bukan?" lesung pipi tercetak indah di kedua sisi wajah Namjoon, indah? Bagi Taehyung itu menjijikkan.
"Harus aku peduli?"
Selama beberapa detik keheningan merayapi celah diantara mereka.
"Kau tidak tertarik?" Namjoon mengangkat sebelah alisnya, membuat sebuah ekspresi sok keheranan.
"Kenapa? Jangan berbelit Kim".
"Akan ada maba dan sepertinya akan menarik bukan? Akan banyak gadis cantik dan- Oh iya, aku lupa, pengecualian untuk orang yang menghabiskan masa mudanya dalam kesendirian sepertimu".
Dan dengan itu sebuah makian telah meluncur bebas dari mulut penuh dosa Taehyung untuk mengiringi kepergian sosok Kim Namjoon.
Ini hanya prolog untuk memperjelas penokohan karakter utama. :)
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca!
