Tomorrow
Ryuuza Nakazawa
Present
Ketika harapan bertumpu kepada hari esok…
Akankah esok itu ada?
Moon Bin kerap bertanya pada guguran daun-daun maple di halaman rumahnya, atau kepada ranting-ranting pohon yang meranggas tersapu musim. Ia bertanya tentang banyak hal. Tarkadang tentang harinya, terkadang tentang nasibnya, bahkan terkadang tentang cinta musim gugurnya.
"Bin-ah, kau ingin makan apa?"
Suaranya selembut angin musim gugur. Senyumnya seindah langit musim gugur, tutur katanya lembut, selembut suara jatuhnya daun musim gugur . Pemuda dengan mahkota sewarna langit malam cerah yang ia jumpai di pertengahan musim gugur.
Ada kalanya mimpi dan kenyataan terasa menyatu dan sulit untuk dibedakan…
Moon Bin pernah bermimpi pada suatu hari. Ia berdiri di atas hamparan padang bunga, di atas guguran helaian Dandelion. Ia mengucapkan harapan-harapan yang begitu indah, hingga kata-katanya seolah-olah akan mencapai langit dan berakhir ke pangkuan Tuhan.
Tapi Moon Bin tahu, bahkan sangat tahu itu hanyalah mimpi. Karena ketika hari menjadi pagi keesokannya, ia akan terbangun dan tenggelam dalam sepi yang sama. Sepi yang mengurung hatinya dalam penyesalan.
Kau tahu apa yang dilakukannya kemudian?
Ia akan kembali berbaring, memejamkan mata hanya untuk tenggelam dalam mimpi yang sama.
Untuk selanjutnya…
Untuk selanjutnya…
Dan untuk lebih banyak selanjutnya.
Karena ia berharap akan ada esok yang berbeda, akan ada esok yang tidak menyakitkan, dan akan ada esok dimana ia masih bisa menggenggam tangan hangat Eun Woo-hyungnya.
Tidak seperti hari ini…
Aku berharap kau bahagia…
Hanya itu harapanku.
Kau tahu kenapa?
Karena jika kau bahagia…
Untuk apa aku menangis?
Hyungnya tetap sangat indah, bahkan ketika ia disandingkan dengan panorama musim gugur. Matanya yang hitam kecokelatan tetap lebih memukau dari daun-daun pohon momiji di balik jendela gereja. Suaranya yang lembut tetap lebih membuai dari hembusan angin.
Eun Woo-hyungnya begitu indah. Hingga Moon Bin merasa bahwa ia bermimpi ketika Eun Woo berdiri di hadapannya, lengkap dengan senyuman yang memabukkan.
"Terima kasih sudah datang ke pesta pernikahanku,Bin-ah. Padahal aku tahu kau sangat sibuk. Ah, kau memang adik yang sangat baik." Ada luka yang teraba dalam setiap tutur kata Eun Woo-hyung. Dan apa tadi?
Adik , huh?
Ah, Moon Bin rasa ia tengah bermimpi buruk sekarang. Bukankah ia hanya perlu menunggu pagi esok hari untuk membangunkannya dan kemudian tertidur lagi unutk mendapat mimpi yang jauh lebih indah?
FIN~
Ini sequel dari Someday :D
