Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

Genre: Romance

Rate: T

Pairing: ItaIno

Warning: typo(s), OOC, AU, cerita gjls, alur ngebut, word dikit-_-, dll

Summary:

Itachi datang terlambat dalam acara makan malamnya dengan Ino. Bagaimana reaksi Ino? Atau bagaimana reaksi Itachi melihat sosok wanita yang dicintainya itu dimeja makan? RnR!

.

Sesuai janji, author bawa story baru buat minna san. Mungkin ini akan jadi beberapa chapter hehe._.v Maap kalo lama nunggu. Happy reading~~

Don't like don't read!

.

Part 1 ~ First Meeting

Semua berawal dari kue lezat berbentuk mangkuk itu. Sebuah kue yang membawa perubahan pada seorang—ah tidak, pada dua orang manusia yang bertemu bertahun-tahun lalu.

"Ita-kun kemana sih! Dia telat lagi, huh!" Gerutu seorang wanita cantik dengan rambut pirang panjang. Dia menghela napas berat sambil sesekali melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Dan untuk kesekian kalinya, dia menghela napas.

Sudah 3 jam dia menunggu suaminya dirumah mereka untuk makan malam, makanan didepannya pun sudah dingin. Dan pria yang telah dinikahinya selama 6 tahun itu belum juga menampakkan batang hidungnya.

'Padahal ini hari ulang tahun pernikahan kami,' batinnya murung. Ini bukan pertama kalinya Itachi terlambat dalam kencan-kencan atau acara penting mereka. Alasannya lupa lah, dia sedang sibuk lah, dan sebagainya. Awalnya Ino tak keberatan bahkan terbiasa, tapi semakin hari Itachi semakin tak bisa menghabiskan waktu untuknya.

Pukul 11 malam. Rumah mereka sangat sunyi senyap, tak ada suara sedikitpun. Putra pertama mereka, Hikaru, sedang dititipkan dirumah neneknya. Agar mama dan papa bisa berdua, ujarnya. Walau baru berusia 5 tahun, anak itu sangat cerdas. Sama seperti ayahnya yang jenius.

Ino melirik piring penuh kue kesukaan Itachi diatas meja, tentunya tidak ada kue dengan rasa manis yang berlebihan. Brownies dengan extra dark chocolate, puding leci, croissant, dan muffin keju. Muffin. Ah, Ino terbayang lagi pertemuan pertama dengan suaminya itu.

Flashback on.

Udara sejuk menyapa pemuda berambut panjang diikat yang baru menjejaki kakinya ke lantai sebuah kafe. Wajahnya tampan dan dewasa, dengan dua buah garis dikedua sisi dibawah matanya yang semakin menunjukkan aura wibawanya.

Wajahnya yang rupawan berhasil menyita perhatian gadis-gadis muda yang sedang mengobrol di kafe itu. Saat dia lewat, mereka langsung menghentikan obrolan mereka dan melirik genit ke arah pemuda itu sambil sesekali cekikikan. Tapi pemuda tersebut tak peduli dan meneruskan langkahnya ke salah satu meja yang ada disudut kafe.

Siapa yang tak kenal pemuda itu, Uchiha Itachi? Tampan, jenius, berasal dari keluarga terpandang, dan sudah mapan diusia yang baru memasuki 25 tahun. Wajahnya sering terpampang dimajalah bisnis, sebagai salah satu eksekutif muda tersukses di Jepang.

Sifat stoic-nya menambah nilai plus dalam dirinya dimata para gadis. Bagi mereka, sikapnya yang dingin itu sangat cool dan seakan menjadi tantangan tersendiri bagi mereka untuk menaklukan hatinya. Sayangnya, Itachi tidak pernah sekalipun melirik gadis-gadis yang mengejarnya. Bukannya dia 'menyimpang' atau apalah, tapi belum ada yang menarik minatnya. Selain karena dia orang bertipe workaholic, dia tidak suka sikap centil dan berlebihan yang terang-terangan ditunjukkan oleh penggemarnya padanya.

Setelah duduk nyaman, Itachi memanggil pelayan. Seorang waitress berambut merah muda nyentrik segera menghampirinya.

"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" Tanya waitress itu sopan. Dari nametag yang digunakannya, gadis itu bernama Haruno Sakura.

"Cappucinno lattedanapple pie," jawabnya cepat. Dia memang tidak mau berlama-lama disini untuk menghabiskan jam makan siangnya. Setumpuk dokumen dimeja kantor masih menunggu untuk dikerjakan olehnya. Gadis pink itu mengangguk dan mencatat pesanannya. Setelah itu dia membungkuk sopan dan segera berlalu ke dapur.

Setelah mengantarkan catatan berisi pesanan itu pada koki didapur, gadis yang tadi melayani Itachi langsung duduk di salah satu meja disebelah kasir dan menopangkan dagunya dengan kedua tangan. Matanya menatap Itachi yang membelakanginya dari jauh dengan tatapan memuja. Sungguh, siapa yang mampu menolak karisma seorang Itachi? Setiap gadis normal pasti akan langsung tertarik padanya hanya dengan sekali lihat. Sama seperti si pemilik surai pink ini.

"Forehead, sedang apa kau disitu? Cepat kemari dan bantu aku!" Teriakan seseorang membuat Sakura terlonjak kaget, memaksanya keluar dari lamunannya. Beruntung saat ini kafe sedang ramai sehingga tidak menarik perhatian pengunjung lain. Dia menoleh kesal pada orang yang meneriakinya seperti itu.

"Jangan berteriak! Kau mau kafe ini hancur karena suaramu? Dan jangan panggil aku forehead saat sedang bekerja, Ino-pig!" Raung Sakura sambil menekankan kata imbuhan 'pig' di akhir nama sahabat tercinta(?)nya itu. Gadis yang dipanggil 'Ino' tadi hanya mendengus tak peduli, lalu melanjutkan pekerjaannya mengelap meja. Sakura pun berjalan kearahnya dan membereskan piring-piring kotor yang bertumpuk diatas meja yang sedang dilap oleh Ino.

"Nee Ino, kau lihat pria di meja 14 tadi?" Tanya Sakura membuka percakapan saat mereka baru keluar dari dapur.

"Eh? Yang mana?"

"Yang itu." Sakura menunjuk salah satu meja disudut ruangan. "Uchiha Itachi ada di kafe kita! Ahh... Bukankah dia tampan?" Lanjutnya. Matanya kembali mengeluarkan love-love. Ino memicingkan mata, memperhatikan pria yang ditunjukkan oleh sahabat pink-nya tadi.

"Memangnya dia siapa?" Tanya Ino acuh. Sakura membulatkan matanya tak percaya.

"Hah? Kau tak tahu dia?" Sakura menganga semakin lebar. Yang ditanya hanya menggeleng polos. Sakura menepuk jidatnya yang—ehem—lebar itu.

"Astaga! Dia eksekutif muda yang tenar itu, pewaris Uchiha Corp! Masa kau tak tahu?!" Sakura mati-matian menahan pekikannya. "Aku tak percaya, kemana perginya Ino yang selalu berbinar-binar saat melihat pria tampan? Oh, kau benar-benar berubah sejak putus dengan Gaa—"

"Cukup, forehead. Berhenti membahas laki-laki brengsek itu!" Sela Ino gusar. Perempatan siku-siku muncul didahinya. Sakura memucat, tersadar bahwa ia nyaris mengucapkan sebuah nama yang tabu bagi Ino.

Sekilas info, saat mereka duduk di kelas 1 SMA dulu, Ino sempat berpacaran dengan pangeran sekolah, Sabaku Gaara, senpai-nya dari kelas 3 yang terkenal dengan sifat dingin serta wajah minim ekspresi. Mungkin 11:12 dengan karakter Itachi dicerita ini. Pemuda itu sangat tampan, dengan surai merah, tato kanji 'Ai' di dahinya, dan lingkaran hitam disekitar mata yang membuatnya mirip panda. Membuat seisi sekolah heboh diminggu pertama mereka jadian.

Walaupun dingin, Gaara punya banyak penggemar. Dan mereka semua langsung tumbang saat mendapat kabar itu. Banyak yang menyerah mundur karena melihat sosok Ino yang bagaikan dewi. Cerdas, berparas cantik, ditunjang dengan postur tubuh yang tinggi langsing, kulit putih mulus tanpa cacat, mata aquamarine jernih sebiru laut, juga sifatnya yang periang. Bahkan para siswa yang mengincar Ino pun langsung mundur ketika tau lawan mereka adalah seorang Sabaku.

Tapi hubungan mereka kandas saat menginjak bulan ke-6 karena suatu masalah. Tak ada yang tau alasan sebenarnya sampai sekarang. Hanya Ino, Gaara, dan Sakura yang diberitahu oleh Ino. Sejak saat itu, Ino yang pada awalnya sering bergonta-ganti pacar berubah menjadi Ino yang tak peduli soal laki-laki. Sakura pun sudah menyerah memberinya referensi tentang pemuda-pemuda tampan disekitar mereka.

"E-eh, gomen ne pig, aku lupa," ujar Sakura menyesal.

"Meja nomor 14!" Teriak seseorang dari tempat penyajian pesanan, membuat Ino dan Sakura tersentak. Mereka bertukar pandang sejenak, kemudian Ino langsung menghampiri baki berisi pesanan tersebut. Setelah memastikan bahwa pesanannya sudah lengkap, Ino segera berjalan menuju meja tempat pemuda yang sempat dibicarakannya dengan Sakura tadi duduk.

.

.

Tbc.

.

Tiba-tiba kepikiran ide cerita ini ketika ngeliat muffin yg jadi snack dipesawat menuju singapur pas studytour. Langsung tulis deh:')

Purīzu Smile, Maigāru chapter 4 nyusul ya:p gyahahaha

Gomen kalo terlalu pendek! *ojigi*

Mind to review?