Disclaimer: Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi

Warning: AoKise. Alternage Age. Teikou Days. Random. Romance/Family/Humor. Typo. Dsb.

Birthday fic buat Caca Sakura Diamond a.k.a Finsiiil. Maaf ya ga jadi AoKise rated-M-nya, soalnya saya ga berhasil nyelesain tepat waktu TwT

Enjoy:)


Hari ini hari kedua dari minggu ketiga musim panas, dan para tokoh-tokoh pelangi kesayangan kita sedang menjalani latihan musim panas mereka.

Sebenarnya harusnya mereka menjalaninya semenjak seminggu yang lalu, namun karena 4 dari 6 anggota Kiseki no Sedai plus Momoi nilainya tidak tuntas, maka mereka terpaksa membantu keempat orang ini untuk melakukan ujian perbaikan.

Momoi Satsuki – Dia jelas lolos berkat kemampuan analisis soalnya yang sudah bisa dipercaya.

Kise Ryouta – Meski dia sibuk modelling atau apa, tapi kemampuan menjiplak skill orangnya tak boleh diremehkan. Ia bisa dengan mudahnya meniru kemampuan murid paling jenius dikelasnya—kalau perlu satu angkatan, meski itu mustahil (mengingat murid terjenius satu angkatan adalah Akashi).

Midorima Shintarou – Rolling pencil-nya hilang, begitu juga dengan keberuntungannya.

Akashi Seijuuro – Tidak perlu dibahas lagi.

Murasakibara Atsushi – Dia bilang dia tidak berminat dengan tesnya, makanya dia tidak mengerjakannya. (Akibatnya Akashi menyita coklat oleh-olehnya dari Belgia dan efeknya adalah Murasakibara sampai terkena demam 3 hari berturut-turut).

Aomine Daiki – Tidak perlu dijelaskan lagi kenapa. Ia terlalu asyik memikirkan basket, basket, dan Horikita Mai.

Kuroko Tetsuya – Dia bilang gurunya tidak menyadarinya sehingga ia tidak diberi kertas ujian. Ini yang paling miris.

Setelah melewati 1 minggu penuh neraka, akhirnya keempatnya lolos juga.

Dan disinilah mereka, di sebuah gym yang tak begitu luas tapi tak kecil juga, sedang menunggu anggota-anggota yang terlambat datang.

"Mine-chin, Kise-chin, dan Mido-chin lama sekali." Ujar Murasakibara dengan mulut penuh dengan t*ro.

"Mereka telat 5 detik. Enaknya kuberi hukuman apa ya?" Akashi mulai memutar otaknya, mencari hukuman yang pantas bagi ketiganya.

Sementara Momoi yang sibuk mengecek data para Kiseki no Sedai, menyadari kalau Kuroko entah kenapa lebih diam dibanding biasanya. "Kau tak apa, Tetsu-kun? Kau punya kantung mata yang tebal loh." Tanya Momoi khawatir.

"Ah.. iya.. soalnya semalam kamar sebelah berisik sekali." Jawab Kuroko datar, tapi masih memancarkan suatu perasaan kesal yang mendalam.

"Kamar sebelah Kuro-chin? Kamar Kise-chin dan Mine-chin ya?" tanya Murasakibara memastikan sambil mengunyah p*cky.

Semuanya mereka.. Ah tak mungkin.

Tatkala setelah itu, suara berisik entah kenapa terdengar dari arah luar gym.

"Aominecchi hidoi-ssu! Dasar manusia tak bertanggung jawab!"

"Tapi aku 'kan tidak tahu kalau jadinya bakal begini, Kise!"

Yang lainnya makin diam. Masa dugaan mereka benar..

"Daiki, Ryouta, aku tahu kalian diluar. Kalau kalian tak masuk aku akan—"

"AKASHI/AKASHICCHI!"

Aomine dan Kise mendobrak pintu gym dengan bersamaan. Semua mata tertuju pada mereka berdua. Kuroko tetap memasang tampang stoic-nya, Murasakibara menjatuhkan m*moginya, Momoi reflek berteriak histeris, sementara Akashi mulai mengasah guntingnya.

Aomine Daiki dan Kise Ryouta, 15 tahun, terlambat 1 menit 14 detik di hari kedua latihan musim panas eksklusif mereka.

Dengan seorang anak ditangannya.

_(AoKise!)_

"Jadi.. inikah alasan kalian terlambat?"

Latihan sementara dihentikan dulu. Akashi dan yang lainnya sibuk mengadili dua tersangka perbuatan asusila(?) ini.

"Aku kecewa dengan kalian berdua, Aomine-kun, Kise-kun. Ternyata semalam kalian beneran 'itu' sampai punya anak diluar ni—"

"KAMI TIDAK MELAKUKAN SEKS, TETSU!" potong Aomine frontal, "Lagipula kalau kami melakukannya, tidak mungkin 'kan anak kami langsung sebesar ini!"

"Jadi Mine-chin dan Kise-chin benar-benar melakukannya?"

"TIDAK!"

Semua mata langsung memicing kearah Aomine dan Kise. Bagaimanapun hal ini masih sulit untuk diterima nalar. Aomine dan Kise yang tiba-tiba membawa anak, lalu kesaksian Kuroko mengenai tadi malam, dan lain sebagainya.

Omong-omong soal anak yang dibawa Aomine dan Kise, sepertinya anak ini entah kenapa familiar di mata Akashi..

"Oh ya, dimana Shintarou? Dia sudah telat 10 menit." Celetuk Akashi. Semua menegadah, tampaknya mereka semua tidak sadar kalau Midorima daritadi tidak ada. Ini aneh, tak biasanya Midorima telat datang latihan.

"Apa yang kau bicarakan, Akashicchi? Dia ini Midorimacchi!" seru Kise sambil menunjuk anak hijau berumur 10 tahunan yang sedang asyik memeluk boneka M*nokurobo.

Hening.

"Kise-kun, aku tahu anakmu dengan Aomine-kun entah kenapa mirip Midorima-kun tetapi—"

"Ini benar-benar Midorimacchi! Akashicchi, Kurokocchi, Muracchi, Momoicchi, percayalah! Aku tidak berbohong! Tanya saja Aominecchi!"

Aomine mengangguk malas sambil mengorek kupingnya. Yang lainnya gantian menatap Midorima sekarang.

"Dia memang terlihat seperti Midorima-kun." ujar Kuroko pendek.

"Bagaimana kalau kita tanya saja?" usul Momoi.

"Ide bagus. Kalau begitu kau yang tanya, Satsuki." Titah Akashi. Momoi langsung memasang tampang bingung.

"Err… err.." Momoi bingung. Apa coba yang harus dia tanyakan? "Namamu siapa?"

Sungguh pertanyaan klise.

"Chintalou, nanodayo." Jawab anak itu kalem. Tangannya makin erat genggamannya kepada boneka M*nokurobo itu.

"Hobi?"

"Nonton Oha-Asa. Lucky Item hari ini boneka babi nanodayo." Jawab si hijau.

"Kau siapanya Aomine-kun dan Kise-kun?" sekarang Kuroko yang bertanya.

"Aku gak mau ngaku tapi aku anak papa dan mama nanodayo." Balasnya.

Semuanya hening.

"Teganya Aomine-kun dan Kise-kun tidak menganggapnya anak. Teganya." Keluh Kuroko masih dengan muka datar.

"KUBILANG DIA BUKAN ANAKKU, TETSU!"

"Tapi dia terlihat seperti Mido-chin," Murasakibara mengunyah m*moginya, "Meski dia anak Kise-chin dan Mine-chin."

"DIA MEMANG MIDORIMA TAHU!" Aomine tambah sewot. Masa tidak ada satupun dari mereka yang percaya sih?

Mendegar teriakan Aomine yang kencang, sontak 'Chintalou' langsung menangis kencang.

"Aominecchi suaramu terlalu kencang! Dia nangis lagi 'kan!"

"Terus aing kudu salto sambil bilang wow gitu?!"

"AOMINECCHIIII! Eeeeh Midorimacchi jangan nangis lagi doooonng!"

'Mereka benar-benar seperti suami istri.'—pikir semuanya.

"Cukup semuanya," Akashi menepuk kedua tangannya. Ia capek dengan keributan ini semua, "Dia memang Shintarou. Aku bisa jamin hal itu."

"TUH 'KAN!" Aomine girang sendiri. Akashi kembali berdehem, membuat Aomine langsung bungkam.

"Melihat Shintarou dalam keadaan seperti ini, tidak mungkin baginya untuk mengikuti latihan." Akashi berjalan menuju Midorima, lalu menggendongnya, dan membuat semuanya terkejut. "Tetapi kita akan tetap menjalani latihan. Lalu, Daiki, Ryouta,"

Aomine dan Kise lalu dalam keadaan siaga.

"..Kalian akan kuberi tanggung jawab untuk mengurus Shintarou."

"EEEEEEHHHHHHHHHH?" keduanya kaget. "KENAPA HARUS AKU? KENAPA TIDAK KISE/AOMINECCHI SAJA?!" Keduanya saling tunjuk.

CKRIS.

Aomine dan Kise langsung diam melihat tatapan mematikan dari kedua mata amber sang kapten.

"Nah, kalau kalian tidak keberatan, silahkan keluar dan jangan kembali sampai Shintarou benar-benar tenang."

BLAM.

Dan keduanya ditendang keluar.

_(AoKise)_

"Tapi aku penasaran," Murasakibara membuka bungkusan makanan ringannya yang lain, lalu menawarkannya pada Akashi, Kuroko, dan Momoi, "Kenapa Mido-chin bisa mengecil seperti itu?"

KRAUK. Kuroko mengunyah snack p*cky yang diberi Murasakibara. "Midorima-kun juga seperti kehilangan ingatan. Apa ada hubungannya sama kejadian semalam?"

Semua tampak berpikir.

"Ah!" Momoi menengadah, "Kemarin malam ya!"

"Kau tahu sesuatu, Momo-chin?"

"Ya.. semalam Dai-chan, Ki-chan, dan Midorin bermain poker sampai larut sekali, jadi aku buatkan saja camilan untuk mereka bertiga." Terang Momoi. Dua kepala lainnya sweatdrop.

Mereka bertiga pernah diberitahu Aomine kalau makanan apapun yang dibuat Momoi itu tidak enak, tapi tidak pernah terpikirkan bahkan itu bisa membuat orang sampai hilang ingatan alih-alih mengecil.

Akashi tersenyum mendengar hal ini, "Cukup. Atsushi, Tetsuya, ayo kita latihan."

Kuroko dan Murasakibara lalu turun ke lapangan, dengan Momoi yang mengawasi mereka.

'Akashi-kun..'

_(AoKise)_

Kise dan Aomine sekarang sedang berjalan beriringan menyusuri jalanan (dengan Midorima di tengah tentunya) tanpa arah. Semenjak Akashi mengusir mereka dari gym, lalu kunci kamar yang entah sejak kapan hilang dari kantung celana Kise, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan sebentar sekalian menyenangkan hati si anak hijau ini.

"Aominecchi.. Bagaimana ini…" keluh Kise pasrah.

"Mana kutahu! Aku tidak peduli!" balas Aomine kasar, dan teriakan Aomine sukses mengagetkan Midorima kecil kita tercinta.

"Papa… mama… jangan beltengkal…"

Mata Midorima mulai berkaca-kaca. Kise dan Aomine mulai panik.

"HYAAAAAAAAAA! Midorimacchi—eh, Shintaroucchi jangan nangis! Lihat! Lihat! Disana ada banyak mobiiil!" Kise mencoba mengalihkan Midorima, tetapi Midorima tetap menangis kencang. Kise makin kelabakan. Melihat itu, Aomine jadi merasa kasihan sendiri.

"Oi Kise, pinjem bonekanya,"

Kise yang tak tahu-menahu, cuma asal memberinya saja.

"Shintarou! Jangan menangis! Papa dan mama pasti akan bermaafan kok, kalau tidak aku akan menghukumnya!" Aomine mencoba meninggikan suaranya, agar bisa menyuarakan si boneka babi, meski pada akhirnya malah terdengar aneh.

"Mama, Mama Ryouta, papa minta maaf ya! Harusnya papa lebih bertanggung jawab." Pinta Aomine lewat boneka. Sialan. Ia malu banget.

Tangis Midorima mulai mereda. Ia melihat ke arah Kise dengan harap-harap cemas. Kise sadar, kalau sekarang gilirannya yang ngomong.

"Hump! Aku marah dengan Aominecchi. Mending kamu mati saja dimakan lobster."

JROT. Aomine merasa ingin memukul Kise sekarang. Tapi niatnya harus ditahan atau si shooter akan menangis lagi.

"Ayolah mama~ Maafin papa ya~"

"Tidak."

"Mamah~"

"No way!"

"Jadi mama tega sama papa? Oke! Kita cerai mah!"

Kise tersentak, Midorima berkaca-kaca, dan tangisan kembali meraung di angkasa.

"Aa—aa—aa oke!" Kise menggaruk-garuk kepalanya, "Aku maafin papa, asal papa jangan mengulanginya lagi! Janji?"

"Janji."

"Janji jari kelingking?" kali ini Midorima kecil yang ngomong.

"Ya." Seru Kise dan Aomine secara bersamaan. Mereka saling menautkan jari kelingking mereka, membuat Midorima kecil tersenyum senang.

"Hehehe," Kise tertawa kecil.

"Kau kenapa sih?" gerutu Aomine. Mukanya sedikit memerah.

"Aku tak menyangka Aominecchi.. bisa seperti itu." Puji Kise.

"Aku punya adik, sudah biasa." Jawab Aomine sekenanya.

"Ya maaf, aku anak tunggal sih." Kise memajukan bibirnya, ngambek. Ia merasa kalah dari Aomine.

Kise dan Aomine kemudian menggandeng tangan Midorima lagi, dan kembali menelusuri jalan.

"Kau akan menjadi ayah yang hebat, Aominecchi."

DOKI.

Jantungnya entah kenapa berdetak sedikit lebih cepat mendengarnya.

"Heh.. tentu saja." Aomine tersenyum lebar. Kise tertawa kecil mendengarnya.

"Mama.. aku lapar."

"Ayo makan es krim kalau begitu, Shintaroucchi! Aku tahu dimana tempat es krim yang enak! Kau mau 'kan?"

"Mauuu!"

Kise dan Midorima kecil langsung berlari beriringan menuju taman di dekat situ.

Aomine menghela napas melihat 'keluarga'nya yang terbentuk secara tiba-tiba itu.

'Hari ini akan menjadi hari yang panjang…'

TBC


A/N: HAPPY BIRTHDAY PINSIL! Oke.. Jadi ini sebenernya project fic yang udah dari sebulan yang lalu tapi baru jalan sekarang. Berawal dari pemikiran Biru+Kuning=Ijo, maka fic ini pun lahir (:'3)TL. Aneh juga sih ya kalo dipikir-pikir masa Ayahnya ga peka Ibu(?)nya cengeng—eh, melankolis, anaknya jadi tsundere gitu -._-.

Untuk apdet saya ga bisa mastiin kapan, berhubung chapter 2 belom diketik dan saya selalu mengabaikan fic multichapter…

Oke! Sampai bertemu di chapter berikutnya :D

~Sign,

Mochiyo-sama