Chanyeol dan Kyungsoo tidak begitu saja hadir dalam kehidupan Baekhyun.Tapi bagi Baekhyun, selalu ada Chanyeol dan Kyungsoo dalam setiap kenangan yang membuatnya tersenyum. Baekhyun bukan anak orang kaya seperti Chanyeol yang adalah bungsu dari Bulgeong Grup. Baekhyun juga bukan gadis berbakat yang diperhatikan dunia seperti Kyungsoo yang jago memainkan kuas lukisnya. Baekhyun hanyalah anak seorang profesor, dan hanya karena itulah Baekhyun bisa bersekolah di sekolah milik Bulgeong Grup. Sekolah tempat anak-anak politisi, pengusaha, bintang muda, dan anggota-anggota potensial MENSA. Sekolah yang selalu masuk halaman utama berita karena siapa dan siapa memenangkan penghargaan. Sekolah tempat Baekhyun menemukan sahabat baiknya, Kyungsoo dan Chanyeol.

Hidup Baekhyun bersama Kyungsoo dan Chanyeol selalu menyenangkan. Mereka melakukan hal-hal yang biasa anak-anak lakukan. Tanpa status kekayaan, tanpa alienasi dari bakat, dan tanpa perasaan rendah diri. Saat bersama Kyungsoo dan Chanyeol, Baekhyun selalu mencintai dirinya apa adanya. Dan dia pun mencintai mereka apa adanya.

Sembilan tahun mereka bersahabat dengan bahagia. Semenjak mereka malu-malu memasuki kelas sebagai anak baru Sekolah Dasar, hingga kini mereka bersiap memasuki Sekolah Menengah. Dan kabar itu datang begitu saja. Meruntuhkan dunianya lebih dari yang ia kira—karena ia memang tak pernah mengiranya.

"Besok aku dan Chanyeol akan bertunangan," Kyungsoo mengatakannya tepat di depan muka Baekhyun.

"Kau datang ya? Aku tahu, aku tahu. Aku salah karena tidak pernah memberi tahumu. Tapi pembicaraan mengenai ini semua ternyata sudah sejak lama. Oleh ayah Chanyeol dan ayahku. Aku tahu, kau pasti marah padaku, kan? Tapi ayolah Baek, kau kan sahabat kami!" Kyungsoo meneruskan perkataannya karena Baekhyun diam saja. Baekhyun bisa melihat kebahagiaan yang Kyungsoo tutupi sedemikian rupa karena rasa bersalahnya pada gadis berponi di depannya.

"Baek?"

"Tentu saja aku akan datang. Siapa lagi yang paling berhak selain aku, kan?" Baekhyun memahatkan senyum dengan terpaksa di mukanya. Dan dengan reaksi kecil itu, senyum Kyungsoo melebar. Gamblang sekali kebahagiannya. "Benar ya! Kau janji ya! Terima kasih Baek, kau memang yang terbaik!"

Jangan salah paham. Baekhyun bukannya benci dengan undangan itu. Baekhyun adalah perempuan paling tulus yang pernah hadir dalam hidup Kyungsoo. Dan bagaimana mungkin ia tidak bahagia ketika sahabat terbaiknya di muka bumi ini akan bertunangan dengan... sahabatnya yang lain? Kenapa sih aku ini, harusnya aku bahagia. Baekhyun membatin dalam hati. Kenyataan bahwa setelah sekian lama ia mengenal sahabatnya, selalu disebut bersama nama mereka, dan ternyata... ia tak lebih dari orang ketiga, tiba-tiba kesadaran menghantamnya. Bagaimana mungkin ia tidak tahu bahwa Kyungsoo menyukai Chanyeol? Dengan semua binar di mata Kyungsoo tadi, ini pastilah bukan perasaan yang timbul semalam saja. Kyungsoo pasti sudah lama menyukai Chanyeol. Dan Chanyeol...

Dan Chanyeol...

Menjadi satu-satunya laki-laki diantara mereka bertiga, Chanyeol selalu melindungi Baekhyun dan Kyungsoo. Selama ini Baekyun merasa bahwa Chanyeol sangat baik pada dirinya, dan memperlakukannya sama dengan Kyungsoo. Tapi mereka bertunangan. Baekhyun kembali membatin. Artinya mereka saling menyukai. Dan gelombang-gelombang kesedihan kembali menerpanya, menggulungnya seperti ombak. Dan meskipun sebagian hilang bersama buih, gelombang kesedihan yang lebih besar datang lagi dan lagi. Menyapunya tanpa Baekhyun tahu alasannya. Kesedihan yang belakangan ini Baekhyun asosiasikan sebagai kesepian. Kesepian karena ditinggalkan sahabatnya. Karena ternyata dia hanyalah orang ketiga dari kisah dua orang yang paling disayanginya. Hanya perempuan pengintip dalam lukisan Renoir. Baekhyun mengira dirinya juga bagian dari cerita, signifikan, dan berhak mendapatkan happy ending. Tapi ternyata, Baekhyun hanya tambahan kecil untuk cerita manis Kyungsoo dan Chanyeol.

Satu tahun sejak pertunangan Kyungsoo dan Chanyeol, mereka telah menjadi pasangan yang diperhatikan dunia. Bagaimana tidak, bila bungsu Bulgeong Grup, perusahaan entertainment terbesar di Korea, bertunangan dengan si anak berbakat yang berhasil mereplika karya Da Vinci dan Van Gogh di usia delapan tahun? Tiga bulan pertama, sekolah selalu kedatangan paparazi yang ingin mencuri momen-momen Chanyeol dan Kyungsoo di sekolah. Dan bulan-bulan berikutnya, Chanyeol dan Kyungsoo sering hadir dalam acara-acara formal sebagai pasangan. Baekhyun sendiri sudah beberapa kali dikejar wartawan untuk ditanyai mengenai masa kecil Chanyeol dan Kyungsoo, seberapa dekat mereka, dan kapan mereka mulai saling menyukai. Bukan hanya karena Baekhyun tidak tahu, tapi dia juga diarahkan oleh ayah Kyungsoo untuk tidak menjawab apapun saat wartawan menanyainya. Dan itulah yang Baekhyun lakukan.

Selama satu tahun itu, Kyungsoo tidak pernah berubah. Selain waktu mereka bersama-sama yang berkurang karena jadwal formal Kyungsoo, mereka tetap makan bersama, menginap, pergi ke mall, dan melakukan hal-hal normal lain yang akan dilakukan gadis SMA pada umumnya. Kyungsoo tetap menjadi sahabat yang menyenangkan bagi Baekhyun. Tak pernah ada rahasia diantara mereka. Dan Kyungsoo berusaha keras untuk tetap menyediakan waktu bagi Baekhyun, sekaligus mengisi kekosongan yang ditinggalkan Chanyeol.

Karena Chanyeol tidak penah lagi sama.

Sejak berita pertunangan itu, sejak malam pertunangan itu, Chanyeol sering absen dalam acara makan siang bersama yang biasa mereka lakukan. Chanyeol jarang sekali ikut saat Kyungsoo dan Baekhyun akan menonton konser atau melakukan hal-hal bodoh hingga malam. Kyungsoo berdalih bahwa mungkin Chanyeol menemukan teman-teman barunya di SMA. Dan remaja seumuran kita mana mau menemani perempuan kemana-mana kan. Begitu kata Kyungsoo setiap kali Baekhyun rindu pada momen-momen indah mereka bertiga.

"Baek, kau tahu lukisan apa ini?" Saat itu malam sabtu, Baekhyun menginap di rumah Kyungsoo, kebiasaan mereka tiap akhir pekan. Kyungsoo menunjukkan sebuah lukisan pada Baekhyun. Seorang laki-laki dengan jas, tengah berdansa bersama seorang perempuan dalam gaun putih khas abad pertengahan di Eropa.

"Uh-huh, Lukisan Renoir kan? Dance in the Country?"

"Uh? Bagaimana kau tahu? Ku kira kau tidak pernah tertarik pada lukisan?"

"Itu baru muncul di drama beberapa hari lalu"

"Sungguh? Drama apa? Bilang apa mereka tentang lukisan ini?"

"Entah aku lupa apa judulnya. Pemeran utamanya Hwang Jung Eum, kau ingat kan? Yang jadi dokter di Kill Me Heal Me?"

"Ya ya aku tahu dia. Bilang apa mereka tentang lukisan ini?"

"Ummm tentang laki-laki dan perempuan yang berdansa itu, mereka pemeran utamanya. Tapi ada gadis pengintip di ujung itu tuh. Si aktornya penasaran, apa yang dipikirkan gadis pengintip itu." Ujar Baekhyun sambil menunjuk lukisan kecil seorang gadis yang ditambahkan Renoir di ujung kanvasnya.

"Gadis pengintip? Hahaha, mereka menjulukinya gadis pengintip?"

"Uh-huh"

"Julukan yang bagus," kata Kyungsoo, "karena dia memang mengintip si laki-laki ini sembunyi-sembunyi," dia menambahkan lebih pelan.

"Apa?"

"Kapan sih drama ini tayangnya? Aku juga ingin lihat"

Tentu saja Baekhyun mendengar gumaman Kyungsoo yang terakhir. Terlebih karena Baekhyun merasa dia dan gadis pengintip itu memiliki nasib yang sama, hanya menjadi figuran pada kisah bahagia orang lain. Tapi karena Kyungsoo ingin mengalihkan pembicaraan maka Baekhyun menurut saja. Mereka membahas drama-drama terbaru dan acara-acara TV lain yang dilewatkan Kyungsoo karena kesibukannya. Mereka menonton film dan mencoba make up pada wajah masing-masing hingga akhirnya tertidur di samping kotak pizza yang isinya telah mereka lahap habis.

Hari itu, tiga minggu sejak terakhir kali Baekhyun benar-benar berinteraksi dengan Chanyeol. Semua chat yang ia kirimkan tak pernah Chanyeol jawab. Begitu pula dengan semua telepon dan ajakan obrolan di sekolah. Chanyeol akan menyahut ketika Baekhyun mengucapkan selamat pagi. Tapi hanya sebatas itu saja. Selebihnya, Chanyeol selalu mengabaikan Baekhyun dan itu membuatnya kecewa. Baekhyun merasa dia semakin mejadi Gadis Pengintip, tersembunyi di latar belakang dan diabaikan, bahkan oleh sang pemeran utama sekalipun.

Tak tahan dengan Baekhyun yang uring-uringan karena Chanyeol tak menghiraukannya, Kyungsoo pun memaksa Chanyeol untuk ikut dalam Pesta Akhir Pekan yang biasa dia lakukan dengan Baekhyun.

"Aku sibuk hari itu, Soo" Chanyeol mengelak—seperti selama setahun ini bila Kyungsoo mengajaknya.

"Tapi aku mau kita piknik hari itu Yeol~ Halaman belakang rumahmu kan luas, aku mau kita piknik disitu" Kyungsoo membandel dan terus memaksa Chanyeol.

"Di rumahmu saja lah,"

"Kalau di rumah, aku akan selalu ingat kalau aku punya lukisan yang harus diselesaikan~"

"Ya sudah kalian main saja ke rumahku, tapi aku pergi ya?"

"Mana mungkin aku bertamu tapi tuan rumahnya tak ada?"

"Ayahku pasti senang kau berkunjung,"

"Park Chanyeol! Kau ini kenapa sih?" Kyungsoo sudah habis kesabaran. "Yang ingin aku dan Baekhyun temui itu kau, bukan ayahmu! Aku sih masih bisa ketemu denganmu karena acara kita banyak sekali. Tapi Baekhyun? Kau benar-benar tidak mau berteman lagi dengan Baekhyun? Setelah semua kebaikan yang Baekhyun lakukan untukmu?"

"Bukan itu maksudku..." Tukas Chanyeol lirih.

"Lalu apa?"

"Aku sudah ada janji dengan Jongdae,"

"Sini biar aku yang bilang pada Jongdae kalau kau tidak bisa! Sekali ini saja Yeol! Kau tidak ingat, kapan terakhir kali pergi dengan kami? Itu sudah lama sekali Yeol, lama sekali! Yang namanya persahabatan itu harus diusahakan, kau tahu!"

Kau tidak mengerti, Soo. Chanyeol membatin dalam hati. Kau tidak akan pernah paham. Chanyeol menelan pikiran dan perasaannya sebelum akhirnya mengangguk pada Kyungsoo, "Baiklah."

Ketika hari Sabtu datang, Baekhyun dengan sangat senang pergi ke rumah Chanyeol. Dia sudah pernah kesana, tentu saja. Tapi itu sama sekali tidak membuat Baekhyun lebih santai. Rumah Chanyeol yang sangat besar tentu bisa mengintimidasi siapa saja, apalagi seorang gadis mungil dengan ransel dan bekal makanan di tangan seperti Baekhyun. Karena itu dia senang sekali saat melihat Kyungsoo menunggunya di depan rumah Chanyeol. Baekhyun melambai dengan bersemangat, dan Kyungsoo menyambutnya dengan sama antusiasnya. Mereka berpelukan dan sama-sama tertawa.

"Bukannya kemarin kalian baru saja belanja bersama?" Suara berat di belakang Kyungsoo terdengar sangat sinis. Chanyeol memicingkan mata melihat dua gadis itu berpelukan seperti saudara yang sudah terpisah selama sepuluh tahun.

"Ih, iri ya? Mau ku peluk juga?" Baekhyun melepaskan pelukannya pada Kyungsoo dan merentangkan tangan lebar-lebar pada Chanyeol.

"Atau mau kucium juga?" Kyungsoo ikut-ikutan, memoncongkan bibirnya ke arah Chanyeol.

"Kalian mendekat lagi, tidak akan ku izinkan piknik disini!" ancam Chanyeol, meski wajahnya terlihat sedikit geli.

"Ah~ Masa sih Tuan Park berani?" Baekhyun dan Kyungsoo semakin mendekat bersamaan dengan Chanyeol yang semakin mundur.

"Serang dia Baek!" Dan dengan aba-aba tersebut, Baekhyun dan Kyungsoo bersama-sama menubruk Chanyeol dan menghujani seluruh pinggangnya dengan gelitikan. Merekalah yang paling tahu bahwa Chanyeol sangat tidak tahan digelitiki.

"Ah! Hahahahaha hentikan! Hahahaha! Cukup!" Chanyeol menjerit sambil berusaha melepaskan dua pasang tangan mungil yang mendarat di sekujur tubuhnya, "Hentikan! Hahaha kalian gila!" dan dengan usaha terakhirnya Chanyeol berhasil melepas tangan Baekhyun dan Kyungsoo dari tubuhnya kemudian lari secepat kilat menaiki tangga. Menuju kamarnya tentu saja.

Baekhyun dan Kyungsoo tertawa terbahak-bahak di dasar tangga, melihat sahabat mereka yang berbadan tinggi besar itu lari menapaki dua anak tangga sekaligus, menghindari tangan jahil mereka. Masih dengan tertawa, Baekhyun dan Kyungsoo berjalan menuju kebun belakang rumah Chanyeol. Ah, Sungguh, Baekhyun merasa sangat bahagia, menemukan kembali sahabat-sahabatnya, dan tertawa bersama mereka.

Baekhyun dan Kyungsoo melewatkan hari yang menyenangkan di kebun belakang rumah Chanyeol. Setelah yakin kedua gadis itu tidak akan mengerjainya lagi, Chanyeol pun turun dan bergabung dengan mereka. Mereka makan masakan Baekhyun, menyelesaikan puzzle bersama, dan sekadar berbaring sambil melihat awan.

"Sudah lama sekali aku tidak sesantai ini," Ujar Chanyeol saat mereka tengah berbaring diatas rerumputan, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Bagaimana bisa? Selama ini kan kau menghindari kami," sahut Baekhyun dengan pedas.

"Aku sibuk Baek. Memang temanku cuma kalian saja?"

"Sudah Baek, biarkan saja dia. Dia hanya menyiksa dirinya sendiri. Dimana lagi kau akan menemukan sahabat semanis kami Yeol?" Kyungsoo menambahkan.

"Ah terserah kalian sajalah."

"Sudah berapa lama coba, kau menghindari kami Yeol? Setahun?" Baekhyun tidak mau menyerah dengan topik ini.

"Kan sudah kubilang, aku sibuk Baek. Apa kata orang kalau aku main dengan perempuan terus?" Chanyeol dengan keras kepala membantah Baekhyun.

"Memang kenapa kalau main dengan perempuan? Lagipula Soo kan tunanganmu!" Baekhyun sudah duduk dan menghadap wajah Chanyeol sekarang. Baik Chanyeol maupun Kyungsoo membisu. "Atau kau tidak suka kalau aku mengganggu waktu kalian berdua?" dan tanpa Baekhyun sadari, pertanyaan yang menghantuinya selama setahun belakangan terucap begitu saja.

"Baek, bukan begitu," Kyungsoo ikut duduk dan memandang Baekhyun.

Chanyeol tetap memilih untuk diam dan memandang Baekhyun dengan tatapan yang sulit diartikan. Apa itu? Apa yang tergurat dalam bola matanya? Iba kah? Atau Amarah? Dan sebelum Baekhyun bisa menyimpulkan apapun, Kyungsoo memecah keheningan.

"Maafkan aku, aku harus menerima telepon ini," ujarnya sambil memandang kedalam ponselnya dan beranjak ke dalam rumah. "Dan kau, Byun Baekhyun, jangan pernah berpikir bahwa kau penganggu!" Dan dengan kata-kata itu, Kyungsoo masuk, meninggalkan Baekhyun berdua dengan Chanyeol yang masih berbaring di atas rumput dan memandanginya dengan tajam.

Hening.

Hanya terdengar nafas Chanyeol yang menderu, tak tenang, bertolak belakang dengan mata tajamnya yang masih sulit diartikan. Bakhyun bisa mendengar degup jantungnya sendiri. Dan ia menyadari, ini pertama kalinya setelah sekian lama, sangat lama, ia berada sedekat ini dengan Chanyeol. Wajahnya berada diatas wajah Chanyeol. Baekhyun berusaha mempertahankan raut sangarnya. Mencoba memperjelas bahwa ia menuntut jawaban: kenapa kau menghindariku, Park Chanyeol?

"Kau tahu pertunangan itu sudah diatur" Chanyeol memecah keheningan.

"Itu bukan alasan untuk menghindari kami, Park Chanyeol" Baekhyun berusaha agar suaranya terdengar tenang dan datar. Berusaha agar Chanyeol tidak menyadari bahwa jantung Baekhyun berdegup sangat kencang karena interaksi kecil ini.

"Aku tidak menghindari kalian. Aku menghindarimu"

"Aku tidak paham" Baekhyun mengalihkan pandangannya. Terlalu lama memandang Chanyeol ternyata membawa sensasi yang tidak menyenangkan. "Jadi kenapa kau menghindariku?"

Chanyeol seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. Ia kira selama ini bukan hanya ia yang merasa begini. Ia kira selama ini Baekhyun juga... Tapi melihat pertanyaan menggantung di wajah Baekhyun, Chanyeol tahu bahwa gadis ini tidak bercanda. Dahinya mengerut, dan meski Baekhyun sudah mengalihkan padangannya, Chanyeol tahu bahwa ia masih memasang raut tidak paham yang nyata. Baekhyun tidak bercanda. Chanyeol bangkit, ia duduk dan menghadap Baekhyun, menatapnya lurus-lurus sebelum menghela nafas dan berkata,

"Aku menyukaimu Baek"

-to be continued-