Blue Neighbourhood

Cast : Jung Daehyun - Yoo Youngjae

Hurt Comfort

Rate : M (maybe?)

by :wil-dj

Happy Read *Sorry for typo*


Warn : Mengandung kata-kata kasar, umpatan dan sejenisnya(?) BoyxBoy.


Kaki ku melangkah pelan, menelusuri tiap jengkal pasir putih yang terpapar luas memenuhi tepi lautan. Kapal-kapal berukuran sedang berjejer acak. Sebagian kapal tersebut sudah tak terpakai. Teronggok kusam serta Nampak rapuh. Berbeda dengan beberapa tahun silam. Ketika aku masih berumur sepuluh tahun. Masa-masa dimana aku masih bisa mengecap indahnya kebahagiaan, tertawa lepas bersama sahabat ku.

Dalam bayang semu aku melihat ingatan masa lalu ku. dua keluarga bersenda gurau menghabiskan penghujung hari di temani kayu yang siap di pakai untuk perapian. Membunuh hawa dingin di tepi pantai.

Tawa mereka begitu ku rindukan. Kehangatan yang amat sangat aku rindukan. Bayangan semu dalam fikiran ku menampilkan dua sosok bocah sepuluh tahun yang tengah tertawa riang, berjalan pelan menggiring sepeda kembar berwarna biru. Tawa ringan mereka sekarang terasa mengiris ulu hati ku.

Kenapa aku tidak bisa mengindahkan kenagan manis itu?

Tangan ku mengusap lembut ukiran nama di sisi kapal tua berwarna biru kusam.

DaehyunxYoungjae

Ukiran nama yang di goreskan kami berdua. Aku jung daehyun dan sahabat ku youngjae. tapi aku fikir dia bukan sahabat ku lagi sejak hari itu. Dia adalah kekasih ku sebelum kemarin, dia memutuskan jalinan kasih kami. tepat tiga hari lalu.

aku dan dia backstreet, baik dari orang tua maupun beberapa teman kami.

yeah, kami memutuskan untuk merahasiakan hubungan tabu ini. aku yakin seribu persen ayahku akan memisahkan kami jika mengetahui kebenarannya. bersahabat dengan putra bungsu yoo saja sudah dilarang keras oleh ayah, apalagi jika dia mengetahui hubungan kami. tidak menutup kemungkinan dia akan melakukan hal gila.

aku sangat faham kelakuan gila ayah sepeninggal ibu. wanita yang amat ia cintai.

Kehilangan orang yang ayah cintai memang mengacaukan hidupnya. Apakah itu juga akan berlaku dengan ku?

daehyunie.. kau harus berjanji tidak akan meninggalkan ku. Jika kau meninggalkan ku, aku pasti akan mengambil hati mu untuk ku simpan sendiri!" wajah memerah youngjae kala menitahkan perjanjian itu masih terekam jelas dalam ingatan ku. Entah dapat dari mana kalimat indahnya enam tahun silam. Aku bahkan tidak bisa membalas kalimat nya, visual ku menjawab dengan cara mengecup pipi nya serta merengkuh tubuhnya dalam dekapan ku. Mengangguk antusias sebagai jawaban pasti.

"sekarang kau sendiri yang melanggar janji. kau meninggalkan ku.. bahkan membawa seluruh hati ini jae..." lirih ku seraya memejamkan mata, menikmati terpaan angin laut yang menghatam wajahku.

Aku masih terus berjalan di temani kilasan memory indah yang ku tata rapih dalam ingatan ku. Hingga tepat di samping lapangan basket kecil, pemandangan memilukan tersaji di depan mata ku. Di seberang lapangan ini, ada dia dan wanita mungil yang menjudge dirinya sebagai kekasih youngjae. Mereka saling berhadapan dalam jarak terlampau dekat. Gadis bersurai cokelat madu itu tersipu malu setelah menyelesaikan ucapannya yang tidak terdengar oleh ku. Youngjae tersenyum simpul, menundukkan tubuhnya untuk menjangkau bibir tipis sang gadis.

"Brengsek!" aku kalap. Pemandangan di depan seperti menghujam hati ku dengan pisau tak kasat mata. Perasaan menyesakkan menyeruak memenuhi lorong hati ku. Langkah lebar aku ambil, memotong jarak secepat hembusan angin.

Aku memisahkan dua sejoli tersebut, memandang sengit pada gadis di samping kanan ku.

"menyingkir jalang!" aku mendesis tajam. Menarik youngjae cepat, menghiraukan raungan keras yougjae.


Wild


Teriakan keras youngjae aku abaikan, cengkraman tanganku kian erat. Menarik lengan kurusnya menuju rumah sederhana keluarga ku.

"yak! Jung daehyun! kau tuli hah?! Aku bilang lepas! " dia terus memberontak menarik lengannya agar terlepas dari genggaman ku.

Aku terus menariknya, menaiki anak tangga sebelum mancapai pagar rumah ku.

Pintu utama rumah ku terbuka kasar, dengan cepat aku menutupnya dan melepar tubuhnya menabrak dinding. Nafas kami terburu. Entah karena lelah setelah berjalan cepat atau karena menahan gejolak emosi masing-masing

Aku menangkup kedua sisi wajahnya, bersiap mencumbunya tanpa ampun, belum sempat aku mencicipi manisnya bibir –dia- pihak yang bersangkutan mendorong ku, menahan bahu ku cukup kuat

"kau gila?! Kita sudah berakhir! " bentaknya penuh penekanan.

"Kau yang membuat ku gila! Kita tidak pernah berakhir. itu keputusan sepihak!" kalimat ku tertahan.

Semua ini terlalu kejam bagi ku, kami bersahabat sejak kecil. dan kami menyadari perasaan kami lebih dari seorang sahabat. Kami berkencan hampir setengah umur kami. Tapi kenapa?

Kenapa semuanya berakhir seperti ini? karena gender kami sama? Itu lagu lama! Kami menyadari hal itu jauh sebelum mengalami mimpi basah!

Aku tidak peduli jika semua orang meninggalkan ku, asalkan tidak dengan mu.

"luruskan otak mu! Bukan kah aku sudah bilang hubungan ini sia-sia? Sekedar bersahabatpun orang tua kita tidak menyukai nya" ia menatap tajam

"kata sia-sia tidak akan pernah ada selama kau disamping ku. anggap saja orang tua ku sudah mati. Beres." Aku berucap enteng.

Sebuah tamparan keras hinggap di pipi kiriku, sedikit panas. Tapi itu tidak ada apa-apa nya dengan pukulan ayah ku.

"kau tidak memikirkan perasaan ayah mu jika dia mendengar ucapan mu?" ia mencengkram kerah kemeja lusuh ku.

"lalu apa kau tidak memikirkan perasaan ku dengan keputusan mu? meminta ku mengakhiri hubungan ini dan esoknya kau bercumbu mesra dengan jalang?

Kau fikir hati ku tidak hancur melihat itu hah? Aku memperjuangkan mu! Meskipun ayah hanya tau kita sebatas sahabat. Tapi aku tetap ingin memperjuangkan ini semua" suara ku terdengar lirih

"heh? Tidak ada yang menyuruhmu untuk memperjuangkan ini. kenapa kau harus repot seperti itu?" ia menaikan sebelah alisnya. Menatap ku heran

"apa ayah ku mengancam mu? Atau karena lusa kemarin kau mellihat ku di pukuli ayah? "

Lusa kemarin saat kami menghabiskan waktu di rumah ku, ayah sempat pulang dan youngjae segera masuk kedalam lemari baju ku. aku dan ayah memang bertengkar hebat. Masih dengan masalah yang sama.

Menyuruhku menjauhi keluarga Yoo.

Keluarga sahabat yang merangkap menjadi kekasih ku –Yoo Youngjae—

Dan aku berakhir menyedihkan, wajah penuh lebam setelah menerima bogeman ayah kandung ku sendiri.

"kau menyadarinya huh? Tentu saja aku mudur begitu melihat kau sangat payah. Kau bahkan tidak bisa melindungi dirimu sendiri. jadi bagaimana bisa kau berjanji melindungi ku dari ganas nya jung Ahjussi? Dia bisa mematahkan leher ku dalam sekejap." Youngjae berucap datar, wajahnya mengeras sedingin es

"menyerahlah" lanjutnya sebelum berbalik memengang knop pintu.

Aku meraih bahunya, membuatnya berbalik agar berhadapan dengan tubuh ku. tanpa menunggu reaksi youngjae, aku segera mempertemukan bibir kami. Menyesap kasar sausage hidup milik youngjae.

Melampiaskan semua rasa yang berkecamuk dalam hati ku.

Marah, sedih, terbuang , kecewa. Semua berkumpul menjadi satu rasa yang membuat dada ku sesak. Tubuh ku serasa di remas oleh perasaan ini. kenapa aku begitu lemah?

Selemah itukah aku hingga membuat orang yang aku cintai meninggalkan ku?

Youngjae memukul tubuh ku dengan brutal. Menggerakan kepalanya secara random agar aku berhenti menciumnya. Aku semakin menuntut, menggigit bibirnya dengan maksud bisa mendapat akses masuk kedalam gua hangat miliknya.

Ia melenguh kecil begitu aku berhasil masuk, lidahku menyapu lembut langit-langit mulutnya. Youngjae berhenti memberontak. Memilih pasrah ketika aku bermain lembut.

Tangan ku bergerak memeluk erat pinggang youngjae, mendorong nya menjauh dari pintu utama rumah ini tanpa melepas pagutan. Merangsek masuk menuju kamar ku yang berada di lantai dua.

Tanpa aku sadari, kami sudah berada di dalam ruang pribadi ku, aku masih sibuk menikmati kenyalnya bibir youngjae, Menyesap penuh perasaan. Meski ini yang terakhir, aku ingin cinta ikut andil dalam kegiatan panas kami.

Aku mendorong tubuh youngjae berbaring diatas ranjang ku. memandangnya teduh seraya melepas kemeja biru yang ku kenakan. Melemparnya sembarang arah di susul t-shirt putih polos tanpa lengan milik ku.

Hazel indah youngjae mengerjap beberapa kali, semburat yang aku sukai menghiasi pipi chubby nya. Melihat reaksinya aku tidak mampu menahan senyum lebarku. Aku merunduk, menyandarkan dahi ku pada bahunya yang masih terbungkus seragam sekolah

"damn! You're so cute!" desis ku tertahan. Napas ku terasa berat. Suhu dalam tubuhku beranjak naik bersamaan dengan menyeruaknya wangi tubuh youngjae yang begitu manis –menggoda-.

Tangan youngjae menahan bahu ku "jika kau tidak cepat aku akan pergi!"

"kau tidak sabaran sekali" aku menyeringai keji

"tentu saja, dengan begitu kau bisa lekas pergi dari hidup ku"

Aku terdiam. Mencoba menetralkan rasa sakit yang tiba-tiba menghujani ku. menekan ribuan bom luka yang ingin meledak.

"ah kau benar. Nikmatilah masa-masa terakhir kita youngjae-ku. " iris mata youngjae membulat ketika setetes cairan bening jatuh mendarat di kedua pipi nya

"kau..menangis…" lirihnya

Aku segera meraba wajah ku yang ternyata memang basah,

Tersenyum tipis seraya berucap "ini hanya air" aku mengadukan kedua kening kami.

Memejamkan mata mencoba merekam hembusan napas youngjae

"aku akan melakukannya dengan lembut, jangan khawatir. Akan ku buat kau mengingat sentuhan ini selamanya.. "Usai mengutarakan kalimat terakhir ku. aku kembali mencumbu youngjae, menjadikannya milikku untuk yang terakhir kalinya.

Daging tanpa tulang dimulutku bergelut dengan lidah basah youngjae, saling melilit serta menghisap tak sabar. Lenguhan merdu kembali menguar dari sela-bibir youngjae. Aku melepas ciuman kami, mengambil napas sejenak sebelum mengecup lembut bibirnya yang merah. aku mulai menurunkan kecupan lembut itu turun kedagu. youngjae mendongak, memberi akses lebih untukku.

tepat di perpotongan leher youngjae, aku menyesap keras menghasilkan tanda kepemilikan ku.

pria manis dibawahku mendesis nikmat. melenguh kecil kala tangan nakal ku menyingkap baju yang ia kenakan. menggoda dengan sensual tonjolan didadanya.

sejauh kami menjalin hubungan. kami tidak pernah melakukan kontak fisik se-dewasa ini. hanya sekedar kecupan kecil dibibir dan diwajah , aku sudah berjanji pada orang tuanya akan menjaga dia, termasuk menjaga youngjae dari hormon masa muda ku, tapi apa aku masih sanggup.. ?

pemandangan didepan ku terlalu 'sayang' untuk dilewatkan.

bibir kissablenya tampak sedikit bengkak, terbuka alami meraup oksigen secara rakus untuk memenuhi paru-paru nya.

aku mengusap lembut sisi wajah youngjae, memandang wajah nya dengan tatapan sendu. otak ku sempat memberi sugesti positif. berfikir mungkin saja youngjae menikmati sentuhan ku, dan nyatanya.. -tidak.

pandangan dingin dan tajam ia pancarkan lewat hazel indahnya. membekukan seluruh aliran darah ku.

"aku mencintai mu.." bisiku parau. aku menutup hati ku. menghapus segala pandangan dingin yang ia lemparkan. mengutamakan nafsu serta emosi ku untuk mengekang menjadi milik ku.

"aku mencintai mu" aku mengecup lembut daun telinga youngjae. bibirku asik bergerilya menelusuri daerah-daerah yang mungkin menjadi area sensitifnya.

"nnhhhhhhh~~... " youngjae menahan eranganya

"—ah! Hahh… aku… mem- -nhhh…membenci mu! "

gerakan ku terhenti. tubuh ku menegang. kata benci sungguh sakral untuk keluar dari mulut youngjae yang di peruntukkan padaku.

"aku tidak peduli" ucap ku datar. kembali melanjutkan aksi ku. walaupun aku tau ini semua hanya akan memperkeruh situasi, aku sadar betul dengan apa yang aku lakukan. i'm rape him.

"setelah aku melakukan ini, bencilah aku! benci aku sampai kau tidak lagi mengingat ku. sampai aku mati karena rasa bersalah" aku menduduki perut youngjae yang terekspose.

mata indah itu berkilau pedih, aku mengusap ujung matanya yang berair.

"-a –aku mencintai mu –sangat! Jadilah milikku untuk kali terakhir… " ujar ku putus asa.

"lakukan sesuka mu" ucapnya pelan. Ia memalingkan wajah nya dari ku. setetes cairan bening mengalir deras melewati tulang hidungnya.

Begitu pula yang terajdi padaku. Aku menyentuh nya diiringi uraian air mata yang enggan terhenti. haruskah berakhir seperti ini?

Semiris ini kah akhir dari kisah cinta kita?


Wild


Ruang bercorak baby blue ini amat hening. setelah satu jam lalu penuh oleh desahan dan hawa panas yang mendominasi. Aku mengusap pelan surai hitam kecoklatan milik youngjae, bahunya naik turun seirama dengan hembusan napasnya. aku segera beranjak takut menganggu si pangeran manis.

Aku meraih sebaskom air hangat dan merendam handuk kecil, memerasnya pelan sebelum menyentuh tubuh naked youngjae.

"nghhhhh~… " ia melenguh pelan kala aku mengusap bagian lehernya.

Ini seperti penyiksaan dalam keindahaan, aku harus menahan hormone remaja ku agar tidak menerjang tubuh menggodanya. Si hormone bodoh ini harus puas akan apa yang di dapatnya barusan.

Mengingat kejadian beberapa saat lalu membuat perasaan ku membuncah karena dua hal. Pertama karena aku yakin youngjae masih memiliki perasaan padaku. ia mendesahkan nama ku penuh perasaan bukankah itu bisa menjadi clue bahwa ia masih mencintai ku?

kedua karena aku tau.. ini semua adalah akhir dari segalanya.

Aku tau.. aku ini licik. Sebenarnya aku tidak berniat meninggalkannya sama sekali. Walaupun aku sudah berjanji akan meninggalkannya tapi aku tidak yakin bisa melakukannya. Biarlah aku menjadi seorang pecundang.

Aku rela menjilat ludah ku sendiri demi bersama mu jae.. aku akan bersama mu dari kejauhan. Mengintai mu sebisa mungkin. Menjaga mu dari bajingan seperti ku.

Setelah selesai membersihkan tubuh youngjae dari sisa aktivitas panas kami, aku segera memakai-kan bokser baru dan celana tanggung pada kaki jenjang youngjae. Beralih menuju lemari guna mencari pakaian atasan untuk youngjae.

Namun gerakan ku mengais tumpukan baju segera terhenti ketika bunyi pintu kamarku terbuka kasar. tubuh ayah yang terhuyung memenuhi bingkai pintu yang terbuka. tangannya memegang sisi kepalanya yang menunduk.

Sosok di atas ranjangku segera bangun terduduk. Hazelnya membulat takut menatap sosok ayah ku yang masih sibuk mengontrol fokusnya. Aku segera mengahampiri youngjae, mengulurkan hoddie hitam.

"pakailah " aku tersenyum tipis, aku mengusap sayang surai nya yang berantakan. Youngjae meraihnya cepat, mengenakan hoddie tersebut terburu-buru dengan tangan gemetar, aku segera merengkuhnya. Mengusap punggungnya menenangkan.

"bocah sialan! apa yang kalian lakukan di rumah ku?!" mata segaris ayah melebar. menatap garang ke arah ku-kami

Tubuh youngjae menegang dalam pelukan ku, ia berusaha melepas pelukan ku. aku menghela nafas kasar.

"bocah sialan ini anak mu ayah." sahut ku datar

"aku tanya apa yang baru saja kalian lakukan?!" ayah tak menggubris ucapan ku

"ayah sudah tau dengan jelas apa yang baru saja kami la- "

Belum sempat aku menyelesaikan kalimat ku, tiba-tiba ayah menerjang ku dengan tinjunya. Membuat tubuhku sedikit oleng, pukulan ayah mengenai telak wajah kiri ku.

"dasar bocah tidak tau diri! jadi ini alasan mu tidak mau menjauhi dia?!" ayah berbicara dengan lantang, selantang pukulan serta tendangannya yang menikam ku tanpa ampun.

tentu saja kali ini aku menghindar gesit. aku tidak mau lagi di anggap payah oleh youngjae-ku. setidaknya aku tidak membalas pukulan ayah.

beberapa pukulan ayah mendarat di tubuh ku. tapi tak sebanyak biasanya. tubuh nya yang beraroma alkohol menjauh beberapa langkah kala aku mendorongnya.

kilatan marah ayah kini beralih pada youngjae, ia melangkah lebar hendak mendekati sosok yang aku cinta. namun dengan cepat aku berdiri menghadang niatnya.

"minggir"

aku masih bergeming. menatap iris hitam ayah.

"aku bilang menyingkir brengsek! " ayah hendak memukul ku, seperkian detik sebelum ia mencapai tubuhku, aku mencekal pergelangan tangan ayah, memelintirnya kebalakang dan mendorongnya kedepan, membuat tubuh ayah terjungkal menabrak meja belajar ku, lampu tidur ku terjatuh menghantam lantai, menimbulkan bunyi khas benda mudah pecah.

"jangan pernah ayah menyentuhnya!" suara ku menggema.

ayah terkekeh pelan. memandang sengit pada ku.

"cinta normal saja sudah merepotkan, kau fikir akan mudah dengan kisah terlarang kalian?" ayah berkelakar remeh. Tanpa aku jelaskan, Otak cerdasnya segera menganalisis hubungan kami dengan cepat.

"jangan samakan cinta tak normal ku dengan cinta normal mu ayah. Jika memang sulit, aku hanya perlu mempermudah hal yang kau bilang merepotkan" aku tersenyum kecil

"damn!" ayah menendang keras bagian ulu hatiku. punggung ini terasa ngilu bersinggungan dengan dinding putih di belakang ku.

" ini semua gara-gara kau!" desis tuan jung. entah sejak kapan tangan kanannya memegang pisau lipat. ia melangkah cepat, menghampiri youngjae yang gemetar di atas ranjang. Wajah manisnya kian pias.

Saat ayah mengayunkan pisau nya, aku segera menangkap mata pisau yang hampir menjangkau youngjae.

#BRAK!

"sudah kubilang JANGAN MENYENTUHNYA! " aku berteriak penuh amarah. tak mengindahkan tangan ku yang berdarah karena mencengkram pisau lipat ayah.

tangan kanan ku mencengkram kuat kerah lehernya. Menghimpit tubuh setengah abad ayah. ia terbatuk kecil,

"-da -daehyun" suara youngjae terdengan lirih.

"lepas bocah durhaka!"

"tidak! sebelum kau berjanji untuk tidak menyakiti youngjae" geram ku tak sabar

"tentu! tentu saja aku berjanji akan membunuh nya!"

mendengar kalimat penuh ancaman ayah, otak ku tidak bisa berfikir banyak. segera aku membenturkan dahi kami. ayah mengaduh keras, aku menghempaskan tubuh ayah kelantai, berlari menjauh setelah meraih tangan youngjae

"cepat!" aku menarik youngjae yang masih membeku. berdecak kesal karena ia tak mengetahui situasi. aku tau seberapa gila ayah ku saat ini.

tanpa membuang banyak waktu, aku menggendong youngjae, membawanya dalam gendongan dibelakang ku.

maafkan aku ayah.. maaf aku mengecewakan mu. Beragam benda tumpul mengimbangi lari ku, ayah melemparkan semua benda yang bisa di jangkau nya ke arah ku,

"AKH!" pekikkan tertahan youngjae menghentikan lari ku di ujung tangga. Aku segera melirik wajah youngjae yang tampak kesakitan, hingga darah segar mengucur dari sisi kiri kepalanya.

Napas ku tercekat, tak butuh waktu lama untuk mengusai diri. Aku menurunkan youngjae dari gendongan ku. melepas baju yang tengah aku kenakan dan megikatnya melingkar, menutupi luka youngjae berharap darah yang keluar tidak terlalu banyak.

"brengsek!" aku mengumpat keras menyadari benda yang di lempar ayah adalah guci besar berwarna abu. Guci tersebut hancur membentur lantai, menghamburkan seluruh koin didalamnya.

Tanpa peduli dengan teriakan menggema ayah di ujung tangga atas. Aku meletakan tangan kiri ku pada bahu youngjae sementara tangan kanan ku berada di lipatan lututnya. menggedong youngjae meninggalkan rumah ku setelah sebelumnya mengunci rapat pintu utama.

Aku terus berlari tanpa memperdulikan keadaan sekitar. Ini bukan tindakan seorang pecundang, aku hanya berusaha melindungi orang yang aku cintai dengan caraku sendiri, aku harus mengontrol emosiku agar tidak membunuh ayah kandung ku sendiri karena sudah melukai youngjae-ku . jikapun aku ingin membunuhnya, aku tidak akan membunuh ayah di depan kekasih ku sendiri.

"tunggu aku bocah bangsat!" auman keras ayah terdengar hingga mencapai halaman rumah kecil kami, aku segera menurunkan youngjae perlahan. Memasang gembok pada pengait kunci pagar rumah. Youngjae masih terpaku memproses seluruh kejadian cepat yang sedang ia alami. Luka di kepalanya seolah terlupakan begitu saja.

Tangan ku meraih tubuh youngjae membawanya mendekati sebuah gerbang –tepat berada disamping rumah ku- . belum sempat aku menekan bell rumahnya,tiba-tiba gerbang berwarna coklat itu terbuka lebar menampilkan dua sosok yang begitu aku hormati. Raut wajah mereka menampilkan kekhawatiran mendalam.

"apa yang terjadi? Kami mendengar ayah mu berteriak lagi!" itu suara Tuan Yoo. Meski ia sedang memiliki konflik dengan ayah, tapi ia sekalipun tak pernah marah padaku.

Mendengar kalimat khawatir Tuan Yoo membuat hati ku mencelos jatuh. Ayahku bahkan tak pernah lagi mengkhawatirkan ku –mungkin-.

"sayang.. –ke –kepala mu.. –"

" maaf ! " ucap ku lantang dan menunduk dalam. Ribuan penyesalan tumbuh lebat dalam hati ku.

Usapan lembut bibi Yoo membuat ku mendongak, memandang iris madu nya yang menatap ku sendu. " tidak ap—"

"akhh!" youngjae memekik pelan, kepalanya menunduk dalam melihat cairan putih pekat meluncur turun melewati paha bawahnya, tercetak jelas menuruni lututnya yang terekspose. Kedua tangan youngjae terkepal menahan amarah. Aku tahu itu, bahunya bergetar pelan menahan isak.

Brengsek! Aku benar-benar brengsek!

Pemandangan itu tak luput dari penglihatan kedua orang tua youngjae. Aku yakin mereka cukup tau apa yang terjadi pada putra mereka.

" Kau! " Bentak paman Yoo keras. Telunjuknya mengacu tepat pada wajah ku. aura tenangnya melebur berubah menjadi amarah yang memuncak. Tamparan keras menghantam wajah ku yang sudah di hiasi lebam. Bau anyir menyesap indra pengecap ku.

Pukulannya lumayan keras, bisa kurasakan setetes dara mengalir dari sudut bibir kiri ku.

" brengsek! Beraninya kau memukul putra ku! " ayah muncul dari atas pagar rumah kami. Ia melompat turun seperti tupai. Setelah mendarat sempurna ia berjalan cepat hendak menerjang tubuh paman Yoo dengan pukulannya. Aku segera menghentikan gerakan beringas ayah. Menahan tangannya yang sudah terayun

" lepaskan bocah! Tidak boleh ada yang memukul mu kecuali aku! " geramnya di depan wajah ku. aku masih bergeming. Berdiri diantara ayah dan Paman Yoo. Ayah mencoba memukul ku dengan tangan kirinya yang lagi-lagi aku tahan

" shit! Kenapa kau masih bersikeras membela keluarga bajingan itu?!" raung ayah menghempaskan seraya menendang perut ku, aku masih tak terpengaruh, tetap berdiri kokoh meski ayah menendang ku sekuat tenaga. Ia mundur beberapa langkah

" keluarga bajingan? " ulang ku lirih

" bukan kah sebenarnya yang pantas di sebut bajingan adalah ayah dan aku?" aku berujar datar. Tak memperdulikan warga komplek mulai berkumpul menonton kami penuh rasa ingin tahu.

" kau lihat Yoo?! Apa yang kau lakukan pada putraku hingga dia menghina ayah nya sendiri! "

" aku tid—"

"aku yang bajingan! Kau dengar ayah?! Anak mu lah bajingan itu! Aku membuat anak nya menjadi Homo! Mengekang nya untuk mencintai pria menjijikan seperti ku!

Kau dengar?! Aku yang menjerumuskan putra nya! Aku bahkan memaksanya mencintai ku meski aku tau dia straight! " aku meledak seketika. Tidak ada yang berani bersuara karena kalimat ku terlalu menyedihkan

" aku mecintai nya ayah.. sangat mencintai nya. Aku mencintai nya… " rapal ku lirih

" kau hanya perlu berhenti mencintai nya! Cukup lupakan bocah breng—"

" tidak semudah itu! " balas ku melengking keras. Dada ku naik turun menahan emosi yang sudah meledak, tak jauh dari ayah yang memandang ku sengit

" kau yang mempersulitnya! Sampai sekarat pun aku tidak akan menerima hubungan sepihak itu. Kapan kau akan mengerti? Kau berteman dengan bocah sialan itu saja ayah tidak bisa menerima nya?! "

Aku tertawa pilu, melupakan desas desus penonton yang ada di sekitar ku.

"lagi pula siapa yang butuh persetujuan mu pak tua?" kekeh ku tanpa minat. Dan secepat kedipan mata aku memasang wajah putus asa

"kau tidak pernah merasakan sakit nya penolakan bukan" ucap ku lemah. Ayah terdiam tubuh nya menegang mendengar kalimat lirih ku.

Ia berdecak kesal sebelum hengkang dari drama murahan yang aku ciptakan. Tanpa aku sadari kepalan tangan ku kian mengerat menyebabkan darah segar mengalir deras melewati sela jari ku.

"daehyun-a.. " suara lembut bibi yoo seakan mencabik ku. bagaimana mungkin ia masih bersikap lembut pada pria yang sudah menghancurkan harga diri putra nya?!

Aku bergeming, memberi reflek mundur kala tangan lembutnya hendak memegang lengan ku. aku tidak ingin tangan wanita yang begitu aku hormati itu ternodai tubuh najis ku.

"mianhae… " ucap ku ambigu. Sedikit menundukkan kepala sebelum pergi berlawanan arah dengan langkah ayah.

youngjae-a... maaf, maafkan aku karena sudah menyakiti mu. maaf karena aku sudah memperlihat kan sisi iblis ku, sosok iblis dalam diriku yang sudah menghancurkan mu. bisa kurasakan titik pendar bahagia yang kau ciptakan kian memudar...

kebahagiaan...

haramkah jika aku ingin mengecap bahagia dengan mu jae? kau membuat ku jatuh cinta, rasa yang terkadang menyakitkan namun penuh kenikmatan secara bersamaan..

cinta ini membuat ku begitu liar, liar mencari celah cinta mu yang mungkin masih tersisa untuk ku. harus kah kuhentikan rasa yang tengah tumbuh subur dihatiku jae..?

jika itu mau mu.. kumohon tunggu sejenak...

bertahan lah sebentar saja sebelum aku bisa pergi dengan bangga dari hadapan mu,

tunggu sampai aku bisa memupuskan perasaan yang tak pernah bisa ku bunuh.


*The End*

:Wild:


ide ini ke inspirasi dari lagu troye sivan, dengan judul yang sama. ending nya juga mungkin sama kaya mv-nya. #dibocorindeh. scene semi naninu-nya garing sekali, kkk aku nyadar koq. jujur pas nulis ini, feel nya gak begitu dapet TT . maaf kalo ceritanya terkesan lebai, dan mendramatisir.

maaf kalo alur ceritanya berantakan dan masih itu2 aja. belum ada ide fresh yang anti mainstream #plak #gaya

makasih yang udah RR di ff kemarin^^

oke, Hope you enjoy

See You