하는 외국인
by : LynCliff
Disclaimer : I don't own SuJu, but this story is mine
Warning : Fanfic Mulchap pertama, Alur kecepetan, OOC, AU, Typo berserakan.
Genre : Misteri - Romance - Action *nano nano pokoknya*
Rate : T -buat jaga jaga-
Cast : WONKYU and other
.
^Happy Reading^
.
Seoul, 4 April 20xx
11.30 p.m
Rintik hujan mengering. Bau tanah menguar dengan jelas di jalanan yang mengkilat itu. Lampu jalan dengan setia menunjukkan dimensi di bawahnya. Tak jauh dari jalanan yang mengering itu berdirilah sebuah gedung. Keadaan kantor kepolisian itu sepi. Mengingat jam sekarang yang sudah menunjukkan waktu hampir tengah malam, membuat sebagian staf di sana menguap lebar, ingin sekali mengakhiri sihft mengantuk mereka. Sejauh ini keadaan masih adem ayem tidak ada masalah. Lembaran laporan mayoritas terisi hanya sebuah kasus kecil. Perampokkan, pencurian, pelanggaran lalu lintas. Hanya itu saja, membuat para polisi itu menganggap remeh ancaman di luar sana.
Seorang staf keluar dari ruangannya, melewati ruangan lain yang sedang digunakan untuk rapat. Dia membawa kunci sebuah ruangan, lalu menghilang di balik lorong. Mata cantik itu berkilat, melirik sebentar staf itu. Lalu dia minta ijin keluar, pintu di belakangnya jelas sekali sedang menampilkan sekumpulan orang yang sedang rapat. Dia mengamati orang-orang di belakangnya, lalu keluar dari pintu mengikuti staf tadi. Mata cantiknya menajam mengawasi orang-orang di sekitar, aman.
"Itu hanya rumor, tapi prioritas kita tetap masyarakat. Lalu dengan melihat grafik di sini, sejauh ini kondisi tetap aman." Seorang Komisaris Jendral yang kala itu sedang berbicara di tengah sekumpulan orang-orang penting pelindung negeri. Lee Teuk. Grafik perkembangan kasus-kasus yang dulu di selesaikan tertampang jelas di belakangnya. Orang-orang disekelilingnya menatap grafik itu khidmat tanpa ada raut kantuk atau bosan. Meski sekarang bulan sudah berada di puncak kepala mereka. Mendekati tengah malam.
"Tapi bulan kemarin muncul satu kasus pembunuhan. Apa anda tidak mengira kalau-" Ucapan orang itu terpotong, dia membenarkan letak poninya, lalu menghela nafas menyilakan Lee Teuk berbicara. "Itu sudah ditutup. Tidak ada sangkut pautnya dengan kasus manapun, mungkin kau sedang lelah, Inspektur Yoona?" tanya Lee Teuk . Yoona memegangi kepalanya. "Ah iya, mungkin memang kasus di pelabuhan minggu ini memberatkan otakku." Katanya, membuat coretan panjang di note kecil.
"Oh? Rumor sabu-sabu dari cina?" tanya Yesung, dia kembali memutarkan kursinya. Kangin terpaksa mengunci baut di kursi Yesung agar pria itu tidak main-main dengan kurisnya lagi. Yesung mendengus pelan, lalu kembali mentap Lee Teuk. "Dan tidak ada apapun." Balas Yoona. "Aku minta laporanmu selanjutnya, jika ada yang melaporkan berati-"
"Seharusnya itu memang terjadi." Siwon bersuara. "Ya, seharusnya. Baiklah, Rapat diakhiri, selamat malam." Lee teuk tersenyum sebagai penutup. Yoona merapikan seluruh perlengkapannya. Jessica menepuk punggungnya sebelum keluar, bersama yang lain. Siwon menghabiskan kopinya dalam satu teguk. "Siwon-ah? Sudah berapa gelas?" tanya Yoona. Siwon mengangkat bahu, tidak peduli. Dia melempar gelas plastik itu ke tempat sampah di pojok ruangan sebelum melangkah keluar pintu.
"Oh iya." Seakaan ada yang lupa, Siwon menolehkan kepalanya ke Yoona. "Inspektur Heechul di mana? Bukannya tadi dia keluar?" tanyanya. Yoona mengerutkan dahi. Benar juga, dimana pria cantik itu? "Mungkin urusan perut. Tadi pagi aku melihatnya sedang mengumpat di samping kedai. Jadi, sakit perut. Iya, sakit perut."
"Oh." Balas Siwon singkat. Tapi hatinya masih tetap ganjil. Ada yang aneh. Hawa di ruangan yang satu jam lalu dia gunakan sebagai rapat mendadak asing.
TEEEEEEEEEEET
Dan benar saja. Siwon berbalik ke arah Yoona. Dia menatap Yoona yang juga kebingungan. Suara yang jarang sekali terdengar, malam ini mereka mendengarnya. Alarm darurat. Tidak ada gempa, pipa penyemprot air yang biasanya otomatis keluar jika ada kebakaran juga tidak keluar. Siwon meninggikan sebelal alisnya. Kemungkinan terbesar, seorang pencuri memasuki daerah penting di kantor ini.
"Ayo!"
Dua orang yang tersisa itu berlari. Yoona meninggalkan map laporannya di lantai. Dia berlari mengikuti Siwon. Siwon mengikuti bunyi Alarm. Letaknya agak jauh dari tempatnya, sekitar ruang penyimpanan. Hati kecil pria itu berdegup. Ruang penyimpanan? Penyimpanan berkas maksudnya? Dia terus berfikir. Di sana ada beberapa bagian, lalu dimana pencuri itu? Ini sudah lebih dari dua menit. Kemungkinan menangkap pencuri itu hidup-hidup kecil. Siwon dan Yoona melewati toilet yang menurut Yoona sedang Hechul gunakan. Pintu itu tertutup, Hechul masih ada di sana. Pikir Siwon sesaat kala dia melewati pintu itu.
"Kau ke berkas yang sebelah sana. Sialan, kita kehabisan waktu!"
"Baik."
Jantung pria itu berpacu. Siwon masuk ke bagian berkas. Di sana terjejer rak-rak dan komputer-komputer negara. Berisi banyak data negara. Siwon mengeluarkan pistolnya, mengambil posisi siap. Siapapun di sana, dia siap menembak pelakunya. Dua tiga langkah membawa pria itu semakin dalam dengan ruangan berkas. Siwon menurunkan pistolnya, baru sadar dengan sesuatu. Alarmnya tidak berbunyi. Ada yang salah, hanya staf khusus yang bisa menonaktifkan Alarmitu. Dan lagi kemana semua rekannya? Siwon percaya pasti orang-orang itu belum keluar jauh dari kantor. Kemana?
"Yoona!"
Pekiknya. Jika nalurinya tidak salah, jika memang pencuri itu ada di sini, dia hanya bisa berharap semoga Yoona tidak diculik apapun itu. Dia tidak akan membiarkan rekannya dalam bahaya. Siwon keluar dengan cepat dari ruang berkas.
"Yon-"
"Siwon-ah?"
Siwon melihat Yoona sehat tidak terluka, namun wanita itu bersama Hechul. Sepertinya sedang asik berbincang sebelum ini. "Kenapa alarmnya mati?"
"Oh? Maaf saja, aku tadi mengenai sensor. Jadi aku membunyikan alarmnya, hehe. Aku sudah mematikannya." Ujar Hechul dengan polos. Siwon mengusap mukanya. Tengah malam begini, ada-ada saja Hechul berbuat aneh. Apalagi itu alarm darurat. Semua orang di kantor juga pasti akan langsung bereaksi sama seperti Siwon. Tapi ternyata itu hanya ketidak sengajaan Hechul?
"Kenapa kau tadi tidak ikut rapat? Lama sekali keluarnya." Kata Siwon. Pistol yang sedari tadi pria itu pegang, kembali di masukan kekantong celana. Dia kembali mengusap bulir keringat akibat panik mendadaknya. "Perutku tidak bisa diajak kompromi, ya sudahlahh. Aku mau pulang, sudah larut."
"Hm."
"Aku juga, Siwon-ah."
Usai dua orang itu melambai padanya. Siwon kembali menghela nafas. Masih saja hatinya terganjal. Alarm bukan hanya sebuah kebetulan. Jika memang tadi Hechul menyentuhnya, seharusnya pria itu berada di sektor penyimpanan. Memang benar, toilet tak jauh dari sektor itu. Namun letak sensornya bukan di toilet melainkan di lorong lain tak jauh dari toilet, jadi kalau memag Hechul menyentuh sensor itu, hechul pasti juga main-main di sekitar lorong. Lalu untuk apa? Kalau ada urusan perut, seharusnya Hechul langsung ke toilet. Siwon mengusap mukanya lagi, dia kembali menelusuri lorong menuju penyimpanan. Di sekitar sana, Siwon mengamati ujung dari ujung tembok di kiri-kanannya. Dia hapal dengan sensor – sensor itu. Lalu pintu yang tadi dilaluinya, di sana masih normal. Tidak ada paksaan.
"Tunggu."
Dia kembali teringat sesuatu. Saat dia berlari, pintu penyimpanan sudah terbuka, berati sebelum dia sudah ada yang masuk. Siapa itu? Yoona? Tidak mungkin, wanita itu berpencar dengannya di lorong sebelumnya. Hechul? Bukannya Siwon bertemu dengan pria itu setelah- atau, yang membuka pintu penyimpanan ini hechul? Tidak, Siwon melihat dengan jelas kalau Hechul baru keluar dari toilet langsung berbicara dengan Yoona. Ada orang lain. Apa Hechul mengira dia yang membunyikan alarm itu lalu mematikannya? Sementara mungkin yang membunyikan itu bukan Hechul sendiri?
"Argh..kenapa ini membingungkan?" gumam Siwon. Langkahnya tersandung oleh sesuatu, sepatu orang lain. Siwon mengamati itu lebih jauh, kaki orang lain. Siwon menghampiri orang itu. "Bukannya dia staf yang mengurus bagian ini?" dan Siwon mendapati orang itu sudah pingsan. Jadi? Yang masuk mendahuluinya itu staf ini? Kenapa pingsan?
Siwon mengeluarkan sebuah ponsel dari sakunya, memencet sebuah nomor yang sudah dia hapal di luar kepala.
"Teuk-ssi, kau ada dimana?"
"Ada di parkiran, memangnya ada apa, Won?"
"Apa kau mendengar alarm tadi?"
"Tidak, tapi sepertinya iya, ada bunyi 'tet' sebentar. Tapi Henry bilang itu hanya naluriku."
"Apa kau yang terakhir?"
"Hm, semuanya dengan cepat membawa mobil mereka. Suara pembangunan proyek sebelah membuat telingaku bising."
"Henry ngapain di sana?"
"Dia membawa berkasnya yang telar kemarin. Kau ini! Apa maumu?"
"Tidak apa, bisakah aku kerumahmu?"
"Untuk?"
"Ada yang harus kita bicarakan ini, sangat penting."
"Aish, baiklah."
.
Siwon menyimpan kembali ponselnya. Dia menilik staf yang pingsan itu sekali lagi. Hanya pingsan, dengan teknik di pukul sepertinya. Siwon menyimpulkan itu saat melihat luka memar di punggung pria paruh baya di depannya. Leher masih utuh. Ya, hanya luka memar di punggung. Siwon beralih ke komputer, barang kali menemukan siapa penjahatnya lewat CCTV yang terpasang.
"Ini.."
.
"Teuk-ssi!"
"Donghae? Yoona?"
"Kami menemukan benda asing ini di tanah dekat jendela di sekitar lorong berkas, bekas terbakar di sini seperti tersetrum!" ujar Yoona menjelaskan beberapa cacat di sebuah kaos tangan hitam yang sudah kusut. "Ada seseorang yang memanjat jendela route 6, sepertinya."
"Route 6? Penyimpanan?" ujar Teuk bingung. Donghae mengangguk meski nafasnya masih tersengal akibat berlari.
"Ikut ke mobilku."
"Baik."
Lalu keduanya masuk ke mobil Teuk. Teuk mengambil alih kemudi. Dia menekan gasnya sampai mobil mini bus itu melaju di jalanan Seoul. "Kapan?"
"Ini masih baru. Tapi siapa? Semua staf tidak ada yang menyimpan benda seperti ini." Ujar Yoona membalas pertanyaan Teuk. Dia menunjuk kaos tangan yang masih sedikit basah bekas keringat, jelas sekali baru saja dibuang. "Soal alarm.." Teuk mengalihkan topik
"Aku mendengarnya." Balas Yoona lansung. "Sayang sekali aku tidak." Ujar Teuk, matanya tetap fokus pada jalanan yang mulai sepi.
"Hm, aku juga tidak." Balas Donghae.
"Hanya satu dua detik." Balas Yoona. "Hechul-ssi yang melakukannya." Sambungnya, mengingat kejadian beberapa menit lalu.
"Siwon."
"Apa?"
"Dia memintaku bicara, kau bisa mengira apa yang akan dibicarakannya?"
"Alarm?" tanya Donghae. "Mungkin, dia terlihat panik."
"Jadi.."
"Ini kasus baru." Ujar ketiganya, bebarengan dengan Teuk yang memperdalam gasnya.
.
Audi putih itu tiba di depan rumah bergaya country milik Teuk. Siwon keluar, dengan beberapa lembar kertas berisi foto-foto. Langkah besarnya mengundang ketiga orang yang ada di dalam rumah keluar. "Cepat masuk." Perintah Teuk.
"Ini fotonya."
"Aku juga dapat barang bukti." Donghae dan Yoona meletakan sebuah kaos tangan di meja Teuk. Teuk duduk di kursinya, mengamati foto yang Siwon ambil, entah kapan. Juga mengaitkan apa benar kaos tangan itu ikut terlibat dalam kasus alarm ini.
"Biar aku perjelas." Balas Yoona, sepertinya lebih dahulu menangkap apa yang ada di sana. "Kenapa alarm berbunyi? Pasti di pikiran kalian langsung bilang 'ada pencuri' begitu?"
Ketiga pria di sana mengangguk. "Lalu, kenapa hanya aku dan Yoona yang dengar?" tanya Siwon. "Karena kalian masih ada di ruangan. Kami sudah ada di lift sepertinya. Siwon, berapa detik kau dengar alarm itu?" tanya Donghae.
"Sekitaran dua detik, hei itu singkat sekali bukan?"
"Hechul-ssi yang mematikan alarm itu, dia bilang dia terkena sensor saat akan ke toilet." Ujar Yoona, masih ingat dengan alasan Hechul tadi. "Tapi, sensor hanya terletak di lorong depan ruang berkas. Sementara meski toilet dekat, tapi untuk ke toilet tidak harus ke lorong tempat berkas kan? Oh ya, jangan lupa kalau Staf tidak termasuk sasaran sensor." Pria bermarga Choi itu terus menjelaskan.
"Jadi pasti ada orang lain, lalu aku menemukan ini." Siwon menunjuk foto hasil printnya. "Staf yang mengurus bagian penyimpanan berkas ditemukan pingsan di pojok ruangan, luka memar di punggung, jelas sekali pelaku kita ini atlit Baseball."
"Oh? Lalu?"
"Sebuah komputer, satu di sana CPU nya remuk, kertas di bawah meja terbakar. Entah kebetulan apa tidak, itu semua hanya kabar hoax yang pers sebarkan saat terjadi isu 'kau tahu kan?'"
"Dan CPU yang terbakar pasti langsung berkaitan dengan kaos tangan ini."
"Oke oke, sejauh ini aku hanya bisa mengambil kesimpulan. Bahwa yang melakukan itu bukan hechul."
"Yah, dia keluar bersama Yoona."
"Tapi dia kabur saat rapat, bisa saja-"
"Maksudmu kau menuduh Hechul, Won? Kau meragukan kinerjanya selama ini?"
"Baik-baik, lanjutkan."
"Dia pernah menjadi bagian staf di penyimpanan berkas, kurasa kalian sadar itu. Pantas saja dia bisa menghentikan alarm. Lalu, untuk tersangka kita kali ini. Dia punya badan kuat karena orang yang dia pukul lumayan gendut. "
"Dan juga mungkin tinggi." Balas Donghae melihat bekas bakaran berkas yang dulu, otomatis itu terletak di rak atas.
"Dia punya barang yang sama. Kurasa Kangin dan anak buahnya bisa melacak orang itu." Ujar Teuk. "Won, kau dan Hae menyelidiki tujuan pelaku, atau apapun itu yang bersangkutan dengan kasus ini."
"Inspektur Hyuk akan kembali, aku kemarin menerima kabar darinya." Ujar Hae mengingatkan. Teuk menyeringai, "Ya ya, kau bisa menambahkan Hyuk ke pasukamu. Dengan satu alasan, jangan pacaran saat bekerja." Kata Teuk, lalu menutup lembaran yang Siwon bawa.
"Yoona, kau sekarang mengawasi penyimpanan. Back up semua data yang ada."
Yoona mengangguk.
"Kalian sadar, kan? Jika ini menyangkut bagian penyimpanan, maka sesuatu yang penting milik negara pasti dicuri atau diincar. Dan aku menginginkan kalian menangkap orang itu."
"Oke, Sir."
.
5 April 20xx
Siwon's Apartmen
02.10 a.m
Siwon meremas rambutnya saat langkahnya sudah terbebas dari sepatu dan kaos kaki. Dingin marmer apartmennnya membuatnya merinding. Kesegaran yang sangat dirindukannya. Dia ingin tertidur , lelah sekali mengurus satu kasus. Pria itu merebahkan tubuh atletisnya di tempat tidur. Pikirannya kembali pada saat alarm itu berbunyi. Dia tidak bisa tidak menyalahkah hechul. Seolah semuanya mengarah pada Hechul. Kenyataan bahwa Hechul pernah menjadi bagian Staf penyimpanan berkas membuat Siwon tersadar. Hechul yang sekarang menjadi anak buah Yesung seolah lepas dari perhatian Siwon. Anak itu memang jarang menonjolkan diri, si. Siwon menggunakan tangannya sebagai tameng dari lampu kamar. Dia ingin tidur, merilekskan pikirannya yang runyam. Hanya 3 jam terakhir, dia sudah stres.
Sebuah bayangan rekayasa kasus alarm tadi berputar di otak Siwon. Saat mereka semua rapat, seorang staf ke ruang penyimpanan. Lalu hechul ikut keluar. Saat si Staf sampai di ruang penyimpanan, ada orang lain yang masuk, lalu memukul staf tadi. Alarm bunyi, Hechul mengira dia pelakunya, makannya Hechul langsung mematikkan alarm itu karena takut membuat panik orang-orang. Yah, paling tidak itu dulu yang dapat Siwon simpulkan. Kepalanya mendadap berputar lagi, pusing. Jadi Siwon memilih untuk menutup mata.
"Ah, tidur.."
.
Sret..
Siwon menggerakan bola matanya. Mimpi tak terasa baginya, hingga hangat sinar matahari membuatnya menggeliat tak nyaman. Pria itu mengubah posisi tidur menjadi terlentang. Suara decit kasur membuatnya sedikit mengerutkan dahi. Ada orang lain? Pikirnya. Siwon menunggu. Benar saja, tempat tidurnya sedikit miring, ada orang lain yang sekarang ada di atas tempat tidurnya. Siwon menunngu dengan pura-pura tidur.
Dia mendengar deru nafas yang memburu ada di atasnya. Lalu sebuah benda yag bergesekan dengan angin mengujamnya, tepat di jantung jika Siwon tidak menghindar. Pagi yang sial. Batin Siwon. Dia membuka matanya, sedikit shock dengan apa yang barusan terjadi. Bodohnya Siwon, kenapa tidak langsung hajar?. Siwon bergerak ke ujung tempat tidur yang lain. Dia mengamati orang di depannya. Penuh perban –seperti mumi- dengan sebuah jaket yang usang dan kucel.
"Siapa kau?"
Orang asing di kamar Siwon menolehkan kepalanya. Matanya yang tersembunyi di balik perban itu sayu, hazel coklat yang meredup.
"Kau siapa?" Siwon berteriak untuk meminta perhatian dari orang asing itu.
Lalu orang asing itu bergerak mendekati Siwon. Dia mengacungkan pisaunya lagi, siap menghujam Siwon dengan pisau itu. Siwon mengambil ancang-ancang. Detik berkutnya, Siwon sudah menahan kedua tangan orang itu agar tidak membunuhnya. Pisau karatan itu terjatuh di tempat tidur. Siwon menendangnya menjadi menjauh. Dia mendengar orang di depannya merintih.
"Ah..lepas!"
"Siapa kau?"
"Tidak tahu!"
"Jawab!"
"Argh! Kepalaku!"
Siwon melepas cengkramannya pada tangan orang asing tadi. Beberapa perban mengelupas akibat ulah Siwon. Orang asing itu merintih, menekuk tubuhnya,lalu berteriak tertahan. Siwon bingung. Selagi nyawanya belum terkumpul semua, ada orang asing yang mungkin gila berteriak-teriak di apartmennya. "hei kau, berhenti berteriak tidak jelas seperti itu!"
"Argh..Panas..K-kepalaku!"
Orang itu kembali merintih. Siwon mendekat, dia memegang lengan pemuda itu, niatnya menenangkan. Namun malah rekasi pemuda itu kembali berlebihan. Tubuh Siwon dengan mudah di dorong oleh pemuda itu. Siwon ditindih, leher pria bermarga Choi itu dicekik oleh yang lebih muda. "K-Kepalaku..Argh!"
Pemuda itu hanya membungkukkan tubuhnya, masih dengan tangan yang mencekik Siwon. Siwon hanya menahan tangan itu agar tidak mengakhiri nyawanya. Bocah itu amnesia? Pikir Siwon. Dia jadi mengamati muka yang tertutup rapat oleh perban itu. Dia menggoyangkan tangannya, tubuh di atasnya ikut tergoncang. Orang asing tadi semakin keras berteriak. Sampai sesuatu terjatuh, Siwon membelalakan matanya,
"Ini.."
.
To Be Continue...
Next Chapter :
"Hae-ah, aku punya sesuatu yang istimewa." / "Tetap tenang, maka kau tidak akan mendapat kekerasan."/ "Aku..ada di sebuah ruangan gelap. Seseorang mengikatku, lalu aku menjerit..aku takut..takut sekali...waktu itu semuanya gelap...panas...sakit...ada seseorang yang datang..tidak! dia terus mendekat..! aku-" / "Cukup."
