My Heart

Disclaimer by Masashi Kishimoto

My Heart by Nia Umezawa

selamat membaca semuanya! Semoga kalian suka ya. Ini adalah first fanfic, jadi masih banyak kesalahan dan kekurangannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

Konoha Senior High School

Begitulah tulisan yang terpampang dengan jelas ketika kita melihat dari depan bangunan besar nan luas itu. Bangunan itu merupakan bangunan tertua di Konoha, bahkan mendapat peringkat pertama bangunan tertua diantara 5 wilayah besar. Sekarang bangunan tersebut digunakan sebagai sekolah menengah atas yang termasuk sekolah elite di Konoha. Maka jangan heran, jika banyak terdapat mobil yang berjejer di halaman parkir dan siswa-siswa yang serba 'wah' di sana.

Para siswa yang bersekolah di sana rata-rata anak-anak dari kalangan berada. Seperti Uchiha, Hyuuga, Namikaze, Uzumaki, Yamanaka, Haruno dan masih banyak lagi. Tak jarang lulusan KSHS menjadi orang yang disegani atau menjadi orang yang berhasil. Misalnya Uchiha Fugaku yang menjadi kepala kepolisian Konoha dan pemilik perusahaan yang berpengaruh di Jepang, Namikaze Minato menjadi walikota Konoha, Hyuuga Hiashi yang menjadi pemilik perusahaan ternama di Jepang dan beberapa wilayah lainnya. Maka jangan heran, jika anak-anak mereka juga masuk ke sini. Bisa dikatakan, sebagian besar siswa di sini bersekolah turun temurun dari orang tua mereka.

Oke, cukup sekian untuk perkenalan KSHS. Karena jika dibahas, seakan tidak pernah habis. Masih banyak hal yang menonjol di sini. Mulai dari prestasi-bahkan jangan ditanya-, siswa-siswanya, dan yang lainnya.

Sebuah mobil Ferrari berwarna orange bergaris hitam disusul mobil lamborghini berwarna biru tua terlihat memasuki halaman parkiran sekolah dan memarkirkannya dengan rapi. Ketika mobil itu masuk, keadaan yang semula tenang menjadi riuh oleh teriakan para siswi. Mereka sedikit demi sedikit mengerubungi dua mobil tersebut, hingga orang yang berada di dalamnya susah untuk keluar. Hingga Ibiki, sang guru BP harus membubarkan kerumanan itu.

"Seperti biasanya. Keributan seperti ini malah bertambah selain oleh Uchiha Sasuke," Kata Ibiki sambil menatap kearah dua orang yang baru saja keluar dari mobil mereka.

Pemuda berambut kuning jabrik hanya nyengir kuda dan melipat kedua tangannya sebagai bantalan di belakang. Sedangkan pemuda satunya hanya diam dan menatap Ibiki datar dengan kedua tangan yang dimasukkan keadalam saku celananya, hingga membuat siapa saja yang melihatnya akan terpesona olehnya.

"Hehehe... maafkan kami, Sensei. Aku juga tidak tau apa yang mereka lakukan dan apa tujuan mereka mengerubungiku seperti itu. Biasanya 'kan, hanya Teme. Benarkan, Teme?" Sahut Naruto sambil nyengir dan menunjuk kearah Sasuke yang mendengus. Ibiki mendengus seraya membalikkan badannya dan kembali meninggalakan kedua pemuda yang sempat membuat keributan pagi ini.

Sepeninggal Ibiki, banyak siswi-siswi yang kembali mengerubungi mereka lagi dan tidak ada celah untuk mereka pergi. Mereka berteriak-teriak hingga Naruto dan Sasuke harus menutup telinga mereka.

"Naruto-senpai! Tolong berikan tanda tanganmu!"

"Sasuke-kun! Hari ini kau tampan sekali! Kyaaaa!"

"Senpai!"

" Kyaaa! Uchiha-senpai! Namikaze-senpai!"

"Naruto-kun! Sasuke-kun!"

Untung saja mereka gesit dan pandai mengalihkan perhatian, setelah itu mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk segera pergi ketempat 'aman' mereka. Hingga terjadilah aksi kejar-kejaran yang hampir setiap hari terjadi dan menjadi hal yang lumrah.

"Hosh...hosh...hosh... t-teme, rasanya sangat berat jika harus kejar-kejaran seperti ini setiap harinya! Aku tidak kuat, ttebayo!" Keluh Naruto sambil mencoba menstabilkan nafasnya dan menyandarkan tubuhnya ke tembok.

"Hn. Kau payah, Dobe. Ini hal yang biasa untukku." Kata Sasuke menimpali sambil menyeringai kearah Naruto.

Naruto mendelik. "Iya! Itu untukmu, Teme! Tidak untukku!" Gerutu Naruto.

Sasuke hanya mengendikkan bahunya acuh. Nafasnya juga nampak sudah stabil lebih cepat daripada Naruto. Wajar saja, hal seperti ini sudah biasa baginya.

"Mungkin setelah ini kau harus membiasakannya, Dobe." Kemudian Sasuke membenarkan tasnya yang ia pakai di sebelah kanan, kemudian berjalan meninggalkan Naruto.

"Oi! Teme! Tunggu!" Teriak Naruto. "Kebiasaan sekali." Gerutunya.

Ketika Naruto berlari mengejar Sasuke, tiba-tiba saja dia bertabrakan dengan seseorang dari belokan koridor dan membuat map-map yang dibawa orang itu terjatuh. Ia pun mendongak dan meminta maaf kepada orang itu.

"Maafkan aku, ya. Aku tidak sengaja menabrakmu. Sekali lagi aku minta maaf, Hinata-chan." Kata Naruto sambil mengambil map-map itu.

Hinata mengangguk dan ikut mengambil map-map yang berjatuhan bersama Naruto. "T-tidak apa-apa, Na-naruto-kun. Aku y-yang seharusnya meminta maaf karena telah menabrakmu." Kata Hinata terbata sambil ikut memunguti map-map yang terjatuh.

Naruto menggeleng. "Tidak, ini salahku. Aku yang tidak memperhatikan jalan, Hinata-chan. Oh, ya. Ngomong-ngomong... ini map apa?" Tanya Naruto sambil memberikan map-map tadi kepada Hinata.

"T-terimakasih, N-naruto-kun." Ucap Hinata. "I-ini map m-milik N-neji-nii. I-ia menitipkan map-map ini untukku dan harus aku serahkan padanya sekarang. Mu-mumpung belum bel masuk berbunyi," Terang Hinata.

Naruto mengangguk. "Baiklah kalau begitu. Apa kau perlu bantuan, Hinata-chan?" Tanya Naruto.

Wajah Hinata memerah dan ia tersipu. "T-terimakasih, N-naruto-kun. a-aku bisa sendiri. La-lain kali saja, ya. La-lagipula kau harus menyimpan tasmu dulu,"

Naruto nyengir andalannya sambil menggaruk kepalanya. "Benar juga, ya." Kata Naruto. tiba-tiba ia menjentikkan jarinya dan membuat Hinata menatapnya. "Tapi jika membiarkan seorang gadis membawa map sebanyak ini keatas sendirian rasanya tidak tega. Bagaimana jika kau terjatuh? Jadi... biarkan aku membantumu, ya?" Pinta Naruto.

Hinata sedikit tersipu malu dan kembali memundukkan wajahnya lantaran ia tidak mau wajahnya yang sudah merah ini terlihat oleh Naruto. Dengan perlahan Hinata mengangguk dan membuat Naruto melebarkan senyumnya.

"Kalau begitu, serahkan itu padaku, Hinata-chan!" Pinta Naruto.

Hinata memberikan setengah dari map yang ia bawa kepada Naruto dengan wajah yang masih ditundukkan. "I-ini. Terimakasih telah mau m-membantuku, N-naruto-kun."

Naruto mengangguk. "Tak masalah, kok! Aku senang jika aku bisa membantumu, Hinata-chan! Oh, ya. Untuk apa Neji menyuruhmu membawa map sebanyak ini?" Tanya Naruto sambil berjalan.

"N-neji-nii ingin mengurus sesuatu. A-aku juga tidak tau apa itu. Dia menyuruhku membawanya ke kelasnya karena ia lupa membawanya, dia berangkat sangat awal dan t-terkesan buru-buru," Jelas Hinata.

Naruto mengangguk. "Tapi... hebat juga, ya. Padahal dia itu harusnya satu angkatan dengan kita! Tapi dia sudah mendahului kita dan menjadi senior," Kata Naruto. "Tapi tetap saja, aku tidak mau memanggilnya dengan embel-embel senpai, ttebayo! Walau bagaimanapun, dia tetap satu angkatan dengan kita." Celetuk Naruto dan membuat Hinata tersenyum geli.

'N-naruto-kun...'

.

.

.

.

.

.

.

.

Keadaan di kelas XI-A IPA yang sudah gaduh semakin gaduh saja ketika Naruto dan Kiba beradu mulut mengenai hal sepele. Seperti biasanya.

"Hei, Naruto! sudah kubilang 'kan, jika Kakashi-sensei akan masuk hari ini!" Kata Kiba yakin.

"Kau nampak sangat yakin, Kiba. Tapi aku lebih yakin jika Kakashi-sensei tidak akan masuk," Balas Naruto tak kalah yakin. Kemudian ia mengibaskan tangannya di depan wajahnya. "Dia kan selalu tersesat di jalan yang bernama 'Jalan Kehidupan'-nya itu. Lagipula... sepuluh menit lagi bel istirahat akan berbunyi! Benarkan, Teme?" Ia kemudian mengalihkan pandangannya kearah Sasuke yang sedang duduk di sampingnya.

"Hn." Sasuke membalasnya dengan malas sambil memutarkan matanya. Kiba dan yang lainnya diam, Naruto dengan bangga tersenyum lebar atas kemenangannya.

"Benarkan? Bahkan Teme saja mendukungku. Hahaha... kau baik sekali, Teme!"

Sasuke mendengus. "Hn, Dobe. Lebih baik kau duduk dengan benar di kursimu." Kata Sasuke.

"Kenapa?"

"Kau bilang kenapa, hm?"

Tiba-tiba tubuh Naruto menegang dan matanya membulat mendengar suara yang menjawab pertanyaannya itu. dengan perlahan ia membalikkan badannya dan tersenyum paksa.

"A-aa, K-kakashi-sensei." Naruto melambaikan tangannya dan perlahan turun dari meja yang barusan dia jadikan tempat duduk. "A-apa kabar hari ini?"

Kakashi menatap tajam kearah Naruto sambil meletakkan tangannya di pinggang. "Jadi... kau mengaharapkanku tidak hadir dan kau bisa membuat onar di kelasku, begitu?" Tanya Kakashi.

Naruto meneguk ludahnya dengan susah payah. "B-bukan, a-aku tidak bilang s-seperti itu, S-sensei!"

"Kalau begitu, duduk yang benar di kursimu, Naruto!"

Sedetik kemudian, Naruto segera duduk dengan benar di kursinya sambil menggerutu pelan. Hal itu membuat sebagian siswa tertawa.

"Sudah, anak-anak. Kalian jangan tertawa. Mari kita mulai pelajaran hari ini,"

Semua siswa sweatdrop mendengar perkataan Kakashi yang ingin memulai pelajarannya yang jelas-jelas sudah hampir berakhir sekitar lima belas menit lagi. Dan benar dugaan para siswa. Baru saja Kakashi menuliskan sesuatu di papan tulis, bel istirahat telah berbunyi.

"Haaahhh... kenapa bel cepat sekali berbunyi?"

Sekali lagi, para siswa sweardrop mendengar ucapan Kakashi.

'Kenapa kau menyalahkan bel yang berbunyi, shannaro! Salahkan kenapa kau datang terlambat sensei!' kata inner Sakura. Tapi... begitulah kira-kira yang dipikirkan oleh para siswa, tidak jauh dengan apa yang dipikirkan oleh Sakura.

"Yaaah, baiklah, anak-anak. Karena bel sudah berbunyi, kalian boleh istirahat." Kata Kakashi sambil tersenyum di balik maskernya. Anak-anak pun menyambutnya dengan senang dan langsung keluar.

Sakura membalikkan badannya dan menatap kearah Hinata yang duduk di belakangnya. "Hinata, apa kau bawa bekal hari ini?" Tanya Sakura kepada Hinata.

Hinata tersenyum dan mengangguk. "Iya, aku membawanya, kok. Apa S-sakura-chan juga membawa bekal?"

Sakura mengangguk. "Tentu saja! Kali ini aku membawa dua," Kata Sakura sambil berbisik diakhir kalimatnya dan menunjukkan dua kotak bekal makanan kepada Hinata.

Hinata bingung. "Dua? Kenapa? Apa-"

"Sssttt..." Potong Sakura sambil menaruh jari telunjuk lentiknya di depa mulut Hinata. "Jangan keras-keras bicaranya, Hinata." bisiknya. Hinata mengangguk dan meminta maaf.

"Kalau begitu, satunya untuk siapa?" Tanya Hinata penasaran.

Wajah Sakura merona dan ia menjadi kikuk untuk menjawabnya. Ia kemudian melirik sebentar kearah kanan dari bangkunya. "Hehehe... kau pasti tau, Hinata." Hinata menaikkan sebelah alisnya dan melihat kearah yang tadi dilihat oleh Sakura. Ia pun tersenyum geli.

"Aa, a-aku tau s-sekarang. Rupanya, S-sakura-chan sedang jatuh cinta de-dengannya. Hihihi..." Kata Hinata mencoba sedikit menggoda sahabatnya dan terkikik geli.

Wajah Sakura semakin memerah saja. "H-hinata!"

"Ada apa ini?" Tanya Ino tiba-tiba. Sakura dengan cepat menyembunyikan satu bekal makanannya ketika Ino datang. "Ada apa dengan kalian?"

Sakura dengan cepat menoleh ketika Hinata hendak berbicara. "Tidak! Tidak ada apa-apa kok, Ino. Benarkan, Hinata?"

Hinata mengangguk dengan senyuman geli yang masih tertera di wajah cantiknya. "B-benar, Ino-chan. Tidak ada apa-apa, kok."

Ino memicingkan matanya. "Benarkah?" Hinata mengangguk meyakinkan Ino. Ino mengendikkan bahunya acuh. "Ayo kita keluar. Kita makanan bersama di atap," Ajak Ino.

"A-ayo,"

"Tunggu," Ino dan Hinata menoleh kearah Sakura. "A-ano... sebaiknya kalian duluan saja, ada hal yang ingin aku urus. Nanti aku menyusul, kok!" Lanjut Sakura.

Ino menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya hal apa yang ingin kau urus?" Tanyanya.

"I-itu... mmm... ya, pokoknya ada deh! Kalian duluan saja, ya. Nanti aku akan menyusul,"

"Ya sudah, deh. Cepetan, ya. Ayo, Hinata, kita duluan saja." Kemudian Ino dan Hinata keluar meninggalkan Sakura. Sakura menarik nafasnya dan mengambil kotak makanan di tasnya yang tadi ia sembunyikan dari Ino. Jika sampai ketahuan oleh Ino apalagi ini untuk Sasuke, ia akan menggodanya habis-habisan. Seantero sekolah juga akan tahu, dan Sakura tidak mau itu terjadi.

Setelah itu, Sakura keluar dengan membawa dua kotak makanan. Yang satu untuknya, dan satu lagi untuk Sasuke. Ia berjalan menuju koridor dan berhenti di depan sebuah loker yang nampak sama dengan yang lainnya. Sebelumnya, ia telah memastikan bahwa di sana tidak ada siapa-siapa. Dengan berhati-hati ia membuka loker tersebut, dan memejamkan matanya ketika menghirup aroma khas pemuda itu. Ia juga sedikit kesal karena banyaknya surat yang isinya pasti sama-pernyataan cinta-yang ia yakin tidak pernah di baca oleh Sasuke.

'Haaahh... selalu saja. Setiap hari ada surat seperti ini. Apa mereka tidak bosan setiap hari mengirim surat? Dan sepertinya ayam jelek itu juga sengaja tidak mengunci lokernya. Dasar ayam!'

Sakura kemudian meletakkan satu kotak makanan di loker tersebut. Karena melihat tidak ada siapa-siapa, ia memberanikan dirinya untuk mengambil salah satu surat di sana dan membacanya. Salahkan pemuda itu tidak mengunci lokernya dan banyaknya surat cinta yang berada di loker Sasuke.

"Sedang apa kau di situ?"

Deg!

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Hallo semua! Bagaimana tentang fic nya? jelek ya? Maaf ya, soalnya lagi belajar buat bikin fanfic. Saran, kritik dan komentar di terima, kok. Tapi kalau memberikan kritik jangan terlalu sadis ya, belum nyiapin mental buat itu. Apalagi flame, jangan dulu ya. jangan lupa tinggalkan di kolom review!

Yosh, sekian dari saya. Mohon bantuannya ya!

Nia Umezawa