"Ooh, coba lihat apa yang aku temukan disini." Nada sarkartis itu mengakibatkan pria bersurai pirang sewarna matahari tersebut berpaling. Alis melingkarnya menukik tajam ke bawah dan menajamkan tatapannya. Tangan kanannya menarik perlahan cerutu yang dihisapnya dan menghembuskan kepulan asap dari paru-parunya.

"Kau mau apa, marimo?" balasnya.

"Tidak ada apa-apa. Hanya iseng saja." Jawab pria bersurai hijau tersebut, menyeringai, dan duduk di samping pria bersurai pirang itu, lalu menatapnya dengan teliti.

"Huh? Mengapa kau memandangiku seperti itu?" tanyanya sambil menaikkan salah satu alis melingkarnya, cerutunya masih tertaut di antara jemarinya yang ramping tersebut.

"Sebaiknya kau hentikan sekarang juga, aku merinding." Lanjutnya sambil melanjutkan isapan cerutunya.

Dan kemudian dia menoleh ke arah pria bersurai hijau yang tidak menjawabnya dan tetap memandanginya.

Manik biru bertemu dengan manik hijau.

"Tidak apa-apa..." jawab pria bersurai hijau itu sambil tersenyum nakal, mengakibatkan pria pirang itu terpaku. Ada sesuatu dalam dadanya yang terasa tertohok lembut. Lalu wajahnya memanas.

"Heh, kau tersipu..." ledek pria hijau itu, membuatnya menerima tendangan secepat kilat tepat di wajahnya.

Hot 'N Cold

Zoro X Sanji fanfiksi; Three shots; Fantasy & Romance

Chapter 1. Hot 'N Cold

'Cause you're hot and you're cold

You're yes then you're no

You're in then you're out

You're up then you're down

You're wrong when it's right

It's black and it's white

We fight, we break up

We kiss, we make up

Katy Perry –Hoy 'N Cold

...

Vinsmock Sanji, dewa matahari sang penguasa pagi sampai petang. Dewa yang berambut pirang sepadu terangnya pancaran cahaya yang dikuasainya. Ketika dia tersenyum dan senang, matanya akan sebiru langit yang menyelimutinya, ketika dia murka, matanya akan sebiru dan seganas ombak laut saat badai.

Kemurkaannya akan membawa permukaan bumi mengering dan membuat setiap awan menghindarinya. Kebahagiannya akan membawa permukaan bumi pada musim panen dan semua orang akan bersuka cita. Kesedihan dan tangisannya akan membawa permukaan bumi pada hujan dan bumi akan tenggelam dalam air matanya.

Roronoa Zoro, dewa bulan sang penguasa malam hingga pagi buta. Dewa berambut hijau pucat sedingin gelapnya malam yang dikuasainya. Ketika dia menyeringai dan senang, satu matanya itu akan berhasil membuat orang mengikutinya, ketika dia murka, matanya kan setajam dan seganas harimau yang memantau dan menerkammu dalam keheningan.

Kemurkaannya akan membawa kegelapan tidak berbayang di malam hari. Kebahagiaannya akan membawa bumi dalam terangnya bulan dan tebaran bintang-bintang di selimut angkasa. Kesedihannya akan membawa malam sedingin es dimana hujan tidak akan reda sekalipun sampai pagi, sekalipun dia bersumpah tak menangis, dia tetap punya perasaan.

Kedua dewa ini... sama-sama memiliki tingkat temperamental yang kurang wajar dan di atas rata-rata ketika sudah bertemu. Ketika mereka berpapasan dan terjadi kontak mata, maka akan terjadi adu mulut, dan berlanjut ke adu fisik dan kekuatan.

Namun, di balik seluruh pertengkaran dan perkelahian mereka berdua, semua penghuni langit yang melihat bagaimana mereka berinteraksi dapat menyadari kalau mereka tidak dapat dipisahkan dan di adu-domba.

Bagi penghuni langit yang sudah mengenal mereka secara dekat, hanya melihat cara pandang mereka saja, mereka tahu kalau itulah cara kedua dewa itu menunjukkan kepedulian mereka, ketika mendengar intonasi dan cara bicara mereka, mereka sudah tahu kalau mereka ingin mendengar suara masing-masing, ketika mereka berkelahi dan bertengkar, mereka sudah tahu kalau kedua pria itu hanya ingin menghabiskan waktu bersama saja.

...

"Kau menjatuhkan sakeku!"

"Che, hanya secangkir saja baka. Apa hanya sake itu yang berharga untuk dirimu?" ejek Sanji, cerutu di tangannya diketuk-ketuk ke lantai dan menekannya hingga mati.

"Tidak, tentu saja tidak. Tentu saja ada yang lebih penting dari sake ini," jawab Zoro sambil menyeringai, namun tidak Terlihat oleh Sanji karena dia menundukkan kepalanya untuk menuang sake lagi.

"Oh? Apakah itu, marimo?" tanya Sanji penasaran. Ada rasa was-was dalam hatinya.

"Menurutmu apa, heh?" balas Zoro kemudian menenggak sakenya dengan cepat.

Sanji terdiam, berpikir sejenak untuk menerka siapa dan apa sebenarnya yang menjadi sesuatu yang paling penting dalam diri si marimo tukang ngelayap ini. Si bodoh yang tidak pernah peduli dengan dirinya ini bagaimana mungkin bisa memiliki orang yang sangat dia pedulikan?

"Tidak tahu..." jawab Sanji, lalu berdiri meninggalkan si hijau.

"Kau... benar-benar tidak mau tahu?" tanya Zoro, ada perasaan tidak enak dalam hatinya. Si pirang harus mengetahuinya. Paling tidak hanya sekilas saja.

"Ya, aku masih harus bekerja. Dah..."

...

Baka marimo...

Sanji meringkuk dalam pangkuannya. Mengakibatkan pancaran cahayanya tidak sampai pada bumi. Bumi mendung.

"Kenapa... dia harus... bicara seperti itu?" tanya Sanji pada dirinya sendiri. Perasaannya benar-benar kacau hanya karena memikirkan kata-kata si kepala hijau itu. Sanji menggigit bibirnya dengan keras, nyaris membuatnya meringis dan mengeluarkan darah.

Siapa... sebenarnya? Pikirannya tidak bisa lepas sedikitpun dari pernyataan teka-teki orang tersebut.

"Sanji?"

Segera dia menoleh dan mendapati Vivi berjalan mendekatinya. Gadis berambut biru sebiru langit itu tersenyum lembut. "Luffy bilang kau boleh ambil istirahat, aku yang urus sekarang." Ujarnya sambil menepuk bahu Sanji dan mengambil tempat duduk. Sanji melirik sedikit ke arah Vivi, lalu tersenyum tipis. Baru saja dia mau berjalan, dia sudah keburu dicegat Vivi.

"Bagaimana dengan hubungan kalian sekarang, Sanji?" tanyanya.

Mendengar pertanyaan Vivi tadi membuat Sanji terbungkam.

Tidak perlu kata-kata panjang, dia hanya bisa menjawab singkat.

"Buruk..."

...

Mereka pertama kali berjumpa ketika mereka remaja dan dinobatkan menjadi dewa matahari dan dewa bulan. Zoro ingat betul ketika dia begitu canggung memulai ucapan terimakasih dan sumpahnya, dia melihat bagaimana Sanji mampu menyuarakan ucapan terimakasih dan sumpahnya dengan begitu cemerlang.

Seolah-olah dia bersinar.

Dan Zoro paham mengapa dia diterima menjadi dewa matahari.

Namun apa yang paling berkesan baginya adalah begitu mereka bercakap-cakap. Anak itu ternyata kasar dan mesum. Tapi pernyataannya saat itu membuat Zoro terhenyak dan nyaris dimakan ketidak percayaan.

"Aku gay, aku tidak tertarik secara seksualitas pada perempuan."

Sejak saat itu, Zoro mempererat jarak mereka untuk paling tidak membuat perasaan mereka terjalin. Sangat menyenangkan membuat Sanji tersulut oleh kemarahan. Itu juga menyenangkan membuat Sanji mengeluarkan api ketika dia benar-benar marah atau tersinggung. Zoro sangat senang membuatnya tersipu, marah, tertawa, dan mengambek. Mungkin bisa dibilang, Zoro adalah orang yang paling bisa membuat wajah Sanji semakin bercahaya.

Kecuali ketika dia menangis.

Zoro benci ketika melihat Sanji menangis. Dia bahkan pernah membenci dirinya ketika dia malah membuat Sanji menangis. Kalau tidak salah itu sewaktu mereka berumur limabelas tahun, setahun setelah penobatan mereka menjadi dewa.

Saat itu Sanji tengah menyajikan kue-kue buatannya. Salah satu kuenya berwarna hijau dan dihias seperti wajah Zoro seimut-imut mungkin dan dia meledek Zoro. Menyatakan kalau kuenya sangat mirip seperti pria itu.

Terbakar amarah karena tersinggung, dengan sigap Zoro lansung menampik tangan Sanji dan membuat kue itu jatuh. Setelah itu, Zoro dengan tidak pekanya mengejek dan mengajak Sanji berkelahi. Dan barulah sadar si hijau itu kalau Sanji benar-benar terluka.

Bahkan dia sanggup melihat mata Sanji tenggelam oleh air mata yang jika ditahan lebih lama akan jatuh.

Sejak saat itu, Zoro tidak berani mengejek dan membuang makanan Sanji lagi. Dia tidak ingin pria itu menangis lagi. sungguh, ketika Sanji menangis, yang ingin dilakukan Zoro adalah mencincang orang yang menyebabkan hal itu terjadi dan menjatuhkannya dari bulan ke bumi. Bahkan dirinya sekalipun.

...

"KAU LAGI!" teriak Zoro. Dia benar-benar tidak percaya gadis itu datang lagi ke kediamannya. Sudah berpuluh- ratus- ribu- tak terhitung Zoro menolak gadis itu karena dia sama sekali tidak tertarik, tapi gadis itu sangat kerasa kepala dan tetap memaksa Zoro untuk bicara dan menjadi kekasihnya.

Gadis itu bernama Tashigi.

Perempuan yang benar-benar mirip dengan Kuina tapi berbeda sama sekali. Gadis itu manja dan cengeng, bahkan dia terlalu mudah dijatuhkan. Terkadang ada saat gadis itu benar-benar menjadi panutan, seperti Kuina, tapi Zoro tidak menyukainya.

Dia merasa risih.

"Kau sama sekali tidak memberiku kesempatan berbicara, Roronoa..." gumamnya sambil berjalan mendekati pria berambut hijau tersebut, sehingga membuat Zoro mundur beberapa langkah.

"Apa kau begitu membenciku?" tanyanya, memegang kedua bahu itu. Berhasil menggemingkan dan membekukan pria itu.

Lalu dengan cepat Tashigi mengecup bibir pria itu. Dengan lama.

Dan dengan cepat pula Zoro mendorong tubuhnya. Tangannya menggosok bibirnya dengan kasar dan meludah dengan ekspresi jijik.

"Dasar jalang..."

"Kau tidak sopan, marimo..." balas seseorang yang malah berhasil membuat Zoro terdiam seribu bahasa di tempat. Bola matanya bergulir untuk menemui sosok yang tidak disangka-sangkanya akan datang ke rumahnya.

Alis keriting... pikirnya.

Niat untuk bicara terganti dengan inisiatif untuk berlari ketika Sanji menghilang dari daun pintu. Ketika Zoro menarik pintu, dia hanya melihat Sanji tengah berlari sekencang mungkin meninggalkan keranjang dan rumahnya.

Lalu menghilang.

...

Dalam keranjang itu terdapat buah apel.

Apel hijau.

Sehijau rambut Zoro.

...

TO BE CONTINUED

Halo semua... maaf author gak pernah lagi mosting Love Detector dan Never Let You Go karena author baru ganti laptop karena laptop lama isi dokumennya nge-blank dan semua programnya terhapus sistemnya. CRASHED gituuu... huhuhu... sedih. Artinya author akan update cerita itu kurang lebih satu bulan...

Ngomong-ngomong, author bakal mosting fanfic yang satu ini dalam waktu yang periodik karena author udah rindu banget sama tulis- menulis- posting- update dan lagi karena bulan maret ini banyak banget liburnya, jadi author bisa mosting sesuka hati...

Daaaah... #GPEG