Uchiha Sasuke merupakan anak yang berani. Itu yang dikatakan oleh semua teman-temannya. Ia kini tengah menceritakan kisahnya sambil duduk di taman sepulang sekolah. Siswa tahun terakhir sekolah menengah pertama itu bercerita mengenai petualangannya bersama sang kakak di tengah badai pasir di Suna. Dia bercerita dengan semangat sembari menunggu jemputannya.
Ia menceritakan mengenai dirinya yang menyelamatkan sang kakak, Uchiha Itachi, yang terjebak dalam gua yang tertutup timbunan pasir. Ia menaiki dinding gua yang di sana terdapat celah kecil untuk keluar. Ia berlari sampai menemukan sebuah desa dan meminta bantuan. Dengan itu, ia mampu menyelamatkan kakaknya.
"Wow! Kau sungguh berani, Sasuke." Ujar seorang kawan Sasuke yang bernama Kiba. Sasuke yang dipuji hanya tersenyum lebar.
"Apanya yang berani? Dia hanya mengada-ada." Tanggapan berbeda diberikan oleh Neji. "Kau itu anak manja. Dan lihat! Tanganmu bahkan terlalu halus untuk memanjat dinding gua. Tidak usah membual!" Lanjutnya sambil memandang remeh Sasuke.
"Aku tidak membual!" Sasuke memandang tajam Neji. Dia tidak manja, tapi dimanjakan. Catat itu!
"Oh ya? Kau tidak ada bukti!"
"Yang dikatakannya benar. Aku selamat karena Sasuke." Sebuah suara menginterupsi pertengkaran antara dua kawan.
Mendengar suara yang taka sing baginya, Sasuke langsung menoleh ke sumber suara. Ia melihat seorang pria yang baru saja memasuki usia dewasa berdiri tak jauh di belakangnya. Ia adalah Itachi, kakaknya. Kakak yang dirindukannya setelah meninggalkannya selama hampir satu semester ke Oto untuk kuliah sekaligus bekerja di perusahaan ayahnya.
"Nii-san!" Sasuke menghampiri Itachi. Dengan senang hati Itachi memberikan sentilan sayang di dahi Sasuke. Yang disentil hanya mencebikkan bibirnya karena merasakan sakit di dahinya, walau begitu ia tetap tersenyum setelahnya.
"Kenapa Kau baru pulang?"
"Aku masih harus mengurus beberapa hal." Jawab Itachi sambil mengelus kepala Sasuke. "Ayo pulang!" Ajaknya, yang dibalas anggukan semangat dari Sasuke.
Sebelum beranjak dari tempatnya tadi berkumpul dengan teman-temannya, ia melambaikan tangan kepada teman-temannya. Dan ketika sampai matanya bertemu dengan mata Neji, dia memeletkan lidahnya yang kemudian mendapat pelototan dari Neji. Hal itu membuat Sasuke tertawa puas.
Di ruang makan keluarga Uchiha kini terasa lengkap dengan kepulangan si Sulung. Acara makan malam kali ini terasa lebih hidup dengan celotahan dan debat kecil dua bersaudara itu. Tidak ada yang keberatan dengan itu, kepala keluarga yang terkenal tegas, Uchiha Fugaku, mengerti dan memaklumi kedua putranya. Lagipula-
"Bagaimana kalau besok kita mendaki gunung?"
"Maaf Sasuke besok aku harus kembali ke Oto."
-waktu mereka tidak banyak.
"Kau sudah akan pergi lagi?!" Sasuke memandang Itachi denganmata melebar tak percaya.
"Maaf Sasuke, aku hanya pulang untuk mengambil beberapa barangku."
"Kau hanya pulang untuk pergi lebih lama lagi?"
"Sasuke." Ayahnya memperingatkan. Dia bisa melihat kekecewaan di mata anak bungsunya.
Sasuke yang sudah terlanjur kecewa berlari ke kamarnya. Itachi yang melihat itu hanya menghela napas. Ia tahu adiknya kecewa, jadi ia berniat untuk menyusulnya. Dia memohon izin kepada orang tuanya.
"Itachi." Panggilan itu menghentikan langkah Itachi. "Pastikan Kau mengurusnya." Itachi hanya mengangguk sambil melanjutkan langkahnya.
"Hah~ anak itu." Mikoto tahu, meskipun Fugaku mengeluh mengenai sikap Sasuke, ia mengkhawatirkan anaknya itu tidak kembali ceria. Karena itu ia hanya tersenyum dan melanjutkan makan.
Itachi memasuki kamar Sasuke tanpa mengetuk dulu. Dia mengelilingi kamar yang sudah lama tak dikunjunginya itu dengan pandangannya. Kamar luas bernuansa biru donker yang didominasi peralatan detektif yang selama ini menjadi obsesi Sasuke. Ada poster Detective Conan juga yang menghiasi dinding kamarnya. Matanya berhenti pada tempat tidur satu-satunya berukuran king size. Dia melihat Sasuke tengah meringkuk di tempat tidur. Itachi tahu Sasuke tidak tidur. Dia menghampirinya dan duduk di pinggir kasur empuk itu.
"Hei, Sasuke. Nii-san akan sering-sering berkunjung." Itachi membelai rambut Sasuke yang menyembul di balik selimut. Sebentar kemudian, Sasuke muncul dengan wajah cemberut yang menurut Itachi sangat imut.
"Seharusnya kau tidak usah pulang saja!"
"Oh! Kau tidak merindukanku?"
"Hmmhh!" Dia memalingkan wajahnya.
"Hei. Kau mau tahu sedikit rahasia?" Tidak ada respon dari Sasuke. "Rahasia yang benar-benar penting." Suaranya sengaja dibuat berbisik namun tajam. Dan itu berhasil menarik perhatian Sasuke.
"Apa?" Itachi tersenyum melihatnya.
"Kau tahu kan, di Oto masih banyak hutan–hutan lebat?" Sasuke mangangguk sambil menegakkan badannya. Ia mulai tertarik. "Aku sedang menyelidiki pemburu yang mengincar banyak hewan langka yang dilindungi di sana. Tapi bukan hewan biasa. Ini adalah hewan legenda. Mereka disebut Jinchuuriki."
"Jinchuuriki? Seperti cerita kakek Madara? Kau menyelidiki mereka?" Matanya berkilat oleh rasa ketertarikan.
"Ya. Dan aku tidak memberitahukannya kepada siapapun, kecuali dirimu." Kembali mata itu berkilau. Kali ini oleh rasa senang yang membuncah. Anak itu merasa diistimewakan.
"Kau yakin?"
"Ya. Dan karena itulah, aku harus kembali ke sana."
"Tapi bagamana dengan perusahaan yang kau urus?"
"Perusahaan mungkin kewajiban, tapi binatang- apapun mereka- adalah kecintaan. Dua hal itu bisa berjalan bersama. Kau mengerti?" Sasuke mengangguk. "Jadi, jangan beritahu Tou-san dan Kaa-san, oke?" Sasuke mengangguk lebih keras lagi.
Satu minggu telah berlalu sejak keberangkatan kakaknya, Sasuke kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Hingga sebuah kabar itu muncul. Kabar hilangnya Itachi.
TBC
