Gundam SEED and SEED Destiny fanfiction.

Gundam is not belong to me, but this story is original from me

Warning: Typo(s), EYD berantakkan, OOC (?), dan banyak lagi kekurangan-kekurangan di fanfict ini...

Pairing: KiraRaku slight AsuRaku


Summary:

Didalam kesakitan perasaan ditinggalkan orang yang ia cintai, seorang gadis menghampirinya, mengetuk hatinya...

"Ano... tuan?"

"Ya?"

"Bisakah anda menunjukkan jalan mana yang harus kuambil untuk tiba di markas utama Orb? Aku tersesat"

"Tentu saja, aku juga... kebetulan akan pergi kesana"

Pertemuan kembali dengan teman lama... menghadapi kenyataan pahit sekali lagi dalam hidupnya...

"Athrun Zala... dia, tunanganku... calon suami masa depanku"

"Eh? Athrun?"

"Kira?"

"Ah? Kalian sudah saling mengenal?"

"I...ya.. anu... dia temanku saat aku tinggal di bulan. Aku tidak tahu kalau kau sudah pindah ke Orb"

"Ah ya..."

Pertarungannya... mempertaruhkan hidupnya untuk orang ia cintai, sekali lagi...

"Jangan! Kau tidak boleh pergi, Kira..."

"Akan sangat menyakitkan, bila aku tidak bisa melindungi... orang yang kucintai"

"Kira?"

"Maaf tapi... aku menyukaimu... Lacus"

"Kira... tidak..."

"Bertemu lagi ya, Kira Yamato"

"Hm, aku sudah menunggu untuk bertemu kembali denganmu"

"Apa itu? Apa kau ingin balas dendam?"

"Tidak... aku ingin melindungi, orang yang sangat ingin kulindungi"

"Banyak bicara! Diam dan lihatlah kematianmu!"

.

.

.

Please enjoy it

.

.

Don't like? So... don't read... ^^

.

.

.


Angin sore menerpa wajahnya, ada sedikit bau garam disetiap deburan ombak yang datang menggeletiki kaki telanjangnya.

Matanya terus tertuju pada matahari berwarna oranye jauh didepannya, perlahan turun, turun, turun hingga membuat langit yang tadi berwarna jingga kemerahan menjadi biru gelap dengan beberapa titik cahaya putih diatas menghiasinya.

"Dua tahun..." gumamnya pelan sebelum langkahnya membawanya menjauhi pantai berpasir keemasan itu.

.

.

Di lain tempat, di markas utama Zaft di Junius 5, pertemuan antar para petinggi PLANT baru saja dimulai. Ditengah-tengah para petinggi, terdapat gadis muda berpakaian rapi yang terlihat berbeda dari para petinggi lain, hanya warna bajunya saja yang mencerminkan bahwa dia juga salah satu dari mereka.

"Jadi, kita putuskan untuk bergerak?" tanya salah seorang petinggi berumur empat puluh tahunan setelah mendengar penuturan singkat dari salah satu tentara Zaft tentang beberapa penyerangan di markas Zaft.

"Anda benar... kita harus bergerak" gadis itu – gadis bermata biru dengan rambut ikal panjang merah muda itu menatap lurus ke depan.

"Baiklah, kami mengerti, Lacus-sama..."

.

.

.

Hari berikutnya di Junius 5. Perempuan itu kembali menunjukkan dirinya di markas utama Zaft dengan penuh wibawa, dan penjagaan cukup ketat disekitarnya. Dia – Lacus Clyne, gadis 18 tahun yang sudah menjabat sebagai presiden PLANT di umurnya yang baru menginjak usia remaja.

"Lacus!"

Perempuan cantik itu menghentikan langkahnya bersamaan dengan langkah keempat pengawalnya. Ia menoleh dan mata biru lautnya menangkap sosok seorang lelaki berseragam Zaft lengkap sedang berlari kearahnya.

"Athrun?"

"Apa benar berita tentang kepergianmu ke Orb?" tanya lelaki bernama Athrun itu sedikit tersengal dan memaksa.

Lacus hanya tersenyum menanggapi, dan beberapa detik kemudian ia pun mengangguk. "Haii, untuk pengecekkan situasi markas Zaft di bumi" jawab Lacus kemudian.

Athrun sedikit terenyak mendengarnya – lelaki berjas merah Zaft itu terlihat tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. "Tapi kau... itu berbahaya!" seru Athrun tidak terima dan tidak perduli pada lingkungan disekitarnya.

Lacus kembali tersenyum, dan menyentuh pipi Athrun dengan lengannya. "Tenang saja... aku akan baik-baik saja disana... ada DaCosta dan Waltfeld-san yang menjagaku... awak kapal lain dan tentara Zaft lain juga melindungiku" jelas Lacus mencoba menenangkan.

"Tapi..."

"Lacus-san, ini sudah waktunya" Yzak menginterupsi perkataan Athrun. "Maaf Athrun" lanjutnya.

"Kita bertemu lagi nanti sore, ya?"

Lacus kemudian melangkah pergi meninggalkan Athrun – lelaki bermata hijau itu sendirian.

"Jadi... keberangkatanku akan dilaksanakan dua puluh jam dari sekarang?" tanya Lacus tenang.

"Ya" Dearka – lelaki berrambut kuning dengan kulit cokelat gelap itu mengangguk. "Apa kau tidak keberatan?"

Lacus tersenyum dan menggeleng pelan. "Tentu saja tidak"

"Ini saja pemberitahuan terakhir kami. Kau bisa istirahat sebelum kami menjemput" tutur Yzak seraya membereskan berkas-berkas diatas meja rapatnya.

"Haii, arigatou"

"Doitte"


Orb, tempat bernaung yang dirasa sangat aman dibanding dengan pulau dibumi lain bahkan tempat di PLANT.

Orb tidak memihak, itulah prinsip mereka. Prinsip yang dibuat sejak lama, demi dan untuk mensejahterakan para penduduknya agar terhindar dari perang.

Kedamaian ini baru berlangsung dua tahun, sebelumnya Orb, PLANT, dan Bumi tidak sedamai dan setenang ini. peperangan berkecamuk dimana-mana, orang-orang yang tidak bersalah menjadi korban, dengan pertarungan mobile suit yang sengit untuk waktu yang cukup lama.

Dan puncaknya, dua tahun lalu, peperangan bisa diselesaikan dengan cara berdamai, dengan Orb sebagai penengahnya. Tidak heran, Orb menjadi tempat paling diminati manusia – natural dan manusia dengan rekayasa genetik – coordinator.

Di markas utama Orb, suasana layaknya perkantoran pemerintahan sangat terasa jika kalian memasuki gedung bernuansa putih dan luas tersebut. Semuanya sangat tekun dengan pekerjaan mereka masing-masing, terlihat sangat sibuk, karena kebetulan mereka akan menerima tamu, petinggi PLANT yang igin berkunjung dan memeriksa keadaan markas Zaft dipulau ini.

Ditengah keramaian kesibukkan para anggota militer Orb, terlihat seorang perempuan mengenakan seragam militer Orb dengan pangkat tinggi di sisi kiri dan kanan seragamnya, mencerminkan bahwa dia bukanlah anggota biasa.

Perempuan berrambut kuning sebahu itu terus menyimak pembicaraan lelaki tua didepannya dan sesekali menginterupsinya, sampai seorang lelaki berseragam Orb mengalihkan perhatiannya.

"Kira!" panggil perempuan tersebut cukup membuat lelaki berpangkat laksamana itu menoleh menghentikan langkahnya.

"Cagalli?"

Perempuan bernama Cagalli tersebut dengan cepat berlari menghampiri lelaki berrambut cokelat tanah yang tak jauh berdiri didepannya, meninggalkan para petinggi tua yang mulai kebingungan dibelakangnya.

"Nani?" tanya lelaki bernama Kira itu dengan tatapan lembut.

"Em, etto... ano..."

"Hm?"

"Boleh aku meminta tolong sesuatu?"

Kira sedikit mengernyit dan kemudian tersenyum lagi. "Tentu saja. Kau atasanku, dan juga adikku. Aku akan membantumu"

Cagalli tersenyum lebar mendengar pernyataan tersebut. "Kalau begitu, aku memintamu sebagai anggota Orb, tolong sambut kedatangan pemimpin PLANT sebentar lagi... ada beberapa hal yang harus kuurus selain menyambut mereka. Jadi... kumohon gantikan aku!" Cagalli membungkuk memohon.

Kira kembali memberikan senyumnya. "Tentu saja"

.

.

Kira sudah mengantar para tamu Zaft itu ke tempat tujuan mereka, tapi sayang, ia tidak bisa melihat pemimpin PLANT meskipun ia menjemputnya. Da Costa, salah satu prajurit Zaft mengatakan bahwa putri Clyne itu ingin berkeliling pulau sejenak.

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, namun sang putri belum juga kembali dari perjalanan yang dikatakannya hanya sebentar. Rasa gundah dan cemas meliputi ruang tunggu khusus untuk para tamu Zaft. Tidak ada yang diam, semuanya terlihat cemas dan bertanya-tanya dimana pemimpin mereka sekarang.

"Kami harus mencari, Lacus-sama" usul salah satu anggota Zaft berjas hijau yang sudah kehilangan kesabaran menunggunya.

"Kau benar, tapi... kita tidak tahu harus mulai mencari dari mana" gumam Andrew – lelaki pertengahan empat puluh tahunan yang sudah lama menjadi wakil kapten kapal pribadi Lacus.

"Tolong jangan panik, kami akan mengerahkan anggota militer Orb juga untuk mencari Lacus Clyne" terang Cagalli setelah menelpon salah satu asistennya, memerintahkan mereka untuk mencari sang putri PLANT.


Di tempat lain, di tepi pantai.

Kembali, ia menatap kosong matahari yang perlahan lahan terbenam, seolah tenggelam diujung lautan.

Tubuhnya yang tegap namun rapuh terlihat gagah dalam pakaian militer Orb, ia terduduk di pasir keemasan itu, menatap ke depan dengan pandangan yang masih kosong.

"Torii!" cicit burung robot hijaunya yang baru kembali dari perjalanan entah kemana.

Kira – lelaki itu menoleh sejenak, menyambut datangnya sang burung.

"Haro! Haro! Namae wa? Haro!"

Kira sedikit tersentak, perlahan ia menoleh lagi ke belakang. Sebuah bola berwarna merah muda melayang kearahnya.

Plop

Tangan Kira menangkap bola merah muda itu dengan tangkas sebelum bola tersebut mendarat di wajahnya.

Kira sedikit mengernyit memikirkan dari mana datangnya bola keras dan dingin ini.

"Haro!"

"Huwa?!"

Kira tersentak kaget ketika bola tersebut berubah menjadi sebuah robot berbentuk seperti kelinci dengan telinga bundar, melompat-lompat disekitarnya.

"Ano... tuan?"

Sebuah suara mengalihkan perhatian Kira dari robot lincah tersebut.

Kira menengadah. "Ya?"

Gadis itu – gadis dengan baju terusan biru langit itu berjalan mendekati Kira. Tersenyum padanya. "Bisakah anda menunjukkan jalan mana yang harus kuambil untuk tiba di markas utama Orb? Aku tersesat"

Kira menaikkan sebalah alisnya. "Tentu saja, aku juga... kebetulan akan pergi kesana" jawab Kira akhirnya.


Segini duluu~~ :D

Gimana? Menarik? Nggak? Lanjut? Nggak?

Review mempengaruhi kelanjutan fanfict ini...

Semakin banyak review, semakin cepat update pula ~~~

Don't flame please... ^^)/

.

.

If you was read this fanfict, so... review then!