Aku tidak tahu kapan ini dimulai... Tapi aku sadar kalau kebahagiaan Tee menjadi kebahagiaanku. Senyum Tee menjadi senyumku juga. Terkadang ketika aku merasa lelah akibat pola tidurku yang berantakan, aku hanya perlu melihat Tee, maka senyum akan langsung terukir di bibirku.
Tee itu pintar. Dia selalu penuh akal untuk menganggu orang-orang. Aku adalah salah satu korban yang paling menderita dibandingkan yang lainnya. Tapi Tee sungguh loveable. Aku dan lainnya tidak pernah bisa marah kepadanya.
Sejujurnya aku adalah orang yang kaku. Sementara Tee sangat ceria dan ramah. Semua orang menyayanginya. Terkadang aku suka mengikuti kelakuan Tee tanpa sadar. Aku hanya ingin belajar bagaimana menjadi orang seramah dia. Tapi itu sulit. Aku pikir memang kaku adalah sifat alami diriku.
Kemarin aku juga kaku. Aku tidak mengerti kenapa sifat nakalku jarang sekali muncul (Hei! Aku juga punya sifat nakal kau tahu).
Ketika Tee memberiku mawar merah kemarin malam, dengan gugup aku hendak memberikannya ke fans. Meski aku tidak bermaksud begitu. Aku sendiri tidak mengerti kenapa tubuhku bergerak seperti itu. Dengan cepat aku memerintahkan tubuhku untuk berputar sebelum mawar itu jatuh ke tangan orang lain. Aku tersenyum gugup dan mengabaikannya dengan berbicara kepada fans.
Tentu saja Tee tidak marah dengan kelakuanku. Meski fans menertawakan Tee akibat ulahku, Tee justru ikut tertawa. Tee malah bercanda dengan para fans di belakangku. Tee memasang mimik wajah lucu yang mengatakan kalau 'aku kaku, aku keterlaluan dan sebagainya'. Dan para fans akan berbalik dari menertawakannya jadi membela Tee dan merasa gemas padaku.
Aku tahu dia akan begitu setiap kali sifat kaku diriku muncul. Fans beberapa kali mengatakan kalau Tee sedang kesal pada sifat kaku. Mereka bilang Tee justru terlihat lucu dan manis karena sedang cemberut akibat kelakuanku. Dan kali ini Tee begitu karena perbuatanku terhadap mawar pemberian Tee.
Hari ini, aku pikir aku cukup tidak kaku. Aku bisa tersenyum lega dan bergerak bebas. Tee seperti biasa tersenyum lebar dan tertawa untuk semua lelucon. Dia benar-benar orang yang easy going.
Seorang fans memberikan mawar kepadaku. Aku tiba-tiba teringat dengan kejadian tadi malam. Aku berpikir sambil terus menyapa para fans. Haruskah aku memberikan mawar ini kepada Tee?
Untuk apa? Untuk minta maaf atas kejadian kemarin malam? Atau untuk meniru kelakuan Tee? Atau karena aku ingin memberikan bunga untuk Tee?
Aku melihat ke arah Tee. Dia sedang tertawa ceria. Senyumku pun mengembang. Matanya melirik kepadaku. Kemungkinan dia sedang bercanda dengan para fans lagi di belakangku. Aku menyembunyikan mawar merah di belakang tubuhku.
Haruskah aku beri mawar ini? Bagaimana reaksi Tee setelah aku memberikan mawar ini? Akankah dia malu dan gugup seperti terkadang ketika aku berhasil menganggunya balik? Atau akankah dia justru sebal dan memukulku dengan mawar ini? Atau mungkin dia akan memasang wajah terkejut dan merasa aneh dengan pemberianku, yang akhirnya akan menjadi aku sendiri yang malu?
Sepertinya... sepertinya aku harus menyimpan mawar ini dulu.
Aku mendapat perasaan kalau aku harus menunda pemberian mawar ini.
Maafkan aku mawar.
Untuk saat ini, biarkan aku menikmati senyum dan tawa dari Tee.
Itu cukup bagiku.
