Disclaimer: Masashi Kishimoto sensei dan Ochiai Naoyuki sensei.

Warning: Fict ini semi puisi, jadi kalo nggak ngerti coba aja baca ulang-ulang dulu. Sapa tau ngerti.


"Uhuk!" semburat merah mewarnai udara. Memercikkan nodanya pada hijaunya rumput.

"Itu akibatnya kalau kau tidak menyetor, Namikaze!!" umpat seorang lelaki dengan wajah seputih tembok.

Langit biru. Awan putih.

Dengan suara kereta yang saling bersahutan.

Seperti menertawakannya.

Namikaze Naruto terpekur. Mata birunya memandang langit. Kakinya tertekuk seperti sedang berlutut.

Letih menyerangnya. Menyuruhkan segera jatuh dan hancur.

Dan gelap menguasainya.


"Ha ha ha.." Naruto kecil berlari di tengah badai kelopak bunga sakura. Berusaha menyosong sebuah sosok.

"Kaasan.." kedua lengan kecil Naruto terbuka. Menunjukkan hasrat untuk memeluk.

Sekilas, Naruto dapat melihat bayangan ibundanya tersenyum.

Naruto kecil berhasil meraih ujung kain.

Dan semuanya terburai menjadi kelopak bunga sakura. Berputar-putar dalam gerakan spiral yang anggun.


Tes.

Naruto dapat merasakan setetes air mengenai wajahnya.

Hujankah?

Dalam hitungan detik, Naruto dapat merasakan dingin menerpa dahinya.

Bukan.. bukan hujan..

Naruto berusaha membuka matanya.

"Sudah sadar?" suara sedingin es menyambutnya.

Naruto menoleh. Menatap kosong seorang gadis berambut hitam panjang.

"Kau menolongku?" tanya Naruto tanpa ekspresi.

Gadis itu hanya diam. Terus menatap Naruto dengan mata merahnya yang aneh.

Naruto memandang ke belakang gadis itu. Semua yang memerasnya tadi terkapar tidak sadarkan diri di dekat situ.

"Kau menghajar mereka?" tanya Naruto. Mata birunya mencemooh.

Gadis itu mengangguk.

Naruto memandang dinding besi jembatan. Merasakan getaran meraung dari kereta yang lewat.

"Kau kuat," desis Naruto.

Hening.

"Kau juga," balas gadis itu.

Naruto memejamkan matanya. Bau desinfektan. Jeritan sirine mobil. Kantung-kantung infus. Semuanya berkelebat dalam benaknya.

"Aku lemah," jawab Naruto pada akhirnya.

Hening.

"Kalau begitu, jadilah kuat."

Dan bagai desir angin, si gadis menghilang.


Bintang muncul menggantikan matahari.

Naruto membuka mata. Menatap sekilas bintang jatuh.

Pandangan matanya beralih. Menatap rerumputan kosong disebelahnya.

Semuanya telah pergi.

Meninggalkannya sendirian.

Perlahan Naruto bangkit. Menjatuhkan sebuah kipas. Menjatuhkan sehelai saputangan.

Naruto membolak-balik si kipas.

Hanya kipas biasa berwarna merah putih dan sebuah tulisan.

Sebaris alamat website dan password.


Naruto berjalan. Menuju sebuah pintu. Sebuah jendela tanpa cahaya.

Dengan pandangan mata kosong Naruto menatapnya.

Jendela seakan menyala. Seorang wanita membuka pintu. Menatap penuh kasih anak kecil pirang.

"Kaasan! Tadaima!" suara riang menggema.

"Naru chan, Okaerinasai," senyum membingkai wajahnya.

Bagai kembang api, memoar Naruto meledak. Melemparnya ke alam nyata.

Ke depan pintu sunyi.

Klik! Kunci membuka pintu. Membimbing masuk sang penghuni.

Kegelapan menyambutnya.

Naruto menekan saklar. Menatap faks di ujung ruangan.

Naruto, panaskan makanan di dapur. Pulang malam.

Pesan yang sama. Berulang-ulang dari Tousan.

Naruto menghempaskan diri di ranjang. Mengabaikan protes ususnya.

Menatap kipas ditangannya.

Suara komputer berdesing menyala. Menyalakan cahaya ditengah butanya malam.

Klak-klik-klak-klik

Naruto menatap lekat layar komputernya.

WELCOME TO FILE-R

ROSE

PASSWORD

A/N: Author bikin ni cerita sambil ngedumel disindir guru math di depan kelas. Jadilah puitis begini.. Huhuhu…

Karena semi puisi, fict ini jadi hemat kata banget. Jadi klo nggak ngerti coba baca ulang-ulang dulu.

Tulisan miring diatas maksudnya ucapan yang ada di benak Naruto.