.

Bleach © Tite Kubo

Bleach Fanfic Story – Dragon Ice and Wolf of Black Snow

Blizzard, Ghost Story & Taking Care Of You

-I do not own Bleach-

Don't Like, Don't Read

Warning : TYPO, OOC, OC, AU, Etc


- Blizzard, Ghost Story & Taking Care of You -

Hari ini adalah tepat di pertengahan musim dingin.

Semua shinigami dari Gotei 13 berusaha bekerja lebih keras dari biasanya pada musim dingin kali ini. Bisa dikatakan kali ini adalah musim dingin paling buruk setelah beberapa tahun terakhir. Ini disebabkan oleh badai salju besar yang membuat beberapa shinigami sering kehilangan arah dan tersesat dalam salju. Entah sudah berapa kali banyak shinigami yang hampir mati kedinginan karena serangan badai salju di saat mereka patroli.

Ada beberapa orang yang harus absen dan ada juga yang harus mendapatkan tugas lebih seperti Kapten divisi sepuluh, Hitsugaya Toshiro dan wakil kaptennya, Nokage Akatsuki. Sejak mereka berdua adalah orang-orang dengan Zanpakutou es terkuat. Tubuh mereka jauh lebih kebal udara dingin dibandingkan semua kapten yang ada.

.

Dan disinilah keduanya orang itu sekarang, berjalan di tengah badai untuk berpatroli, memburu beberapa hollow yang terdeteksi ada di daerah itu. Toshiro melihat sekeliling yang dimana-mana tertutupi oleh salju yang beterbangan liar. Dia memakai sebuah jubah berwarna putih untuk melindungi wajahnya dari angin. Sementara Akatsuki menyimpan jubahnya untuk membawa beberapa barang darurat.

"Apa kau mencium sesuatu, Akatsuki?" tanya Toshiro.

"Tipis, My Lord. Tapi bisa dikatakan dia baru saja lewat sini."

Akatsuki mencium ke tumpukan salju. Dia menggunakan mode serigalanya kali ini. Karena badai besar, banyak sekali jalan yang tertutupi oleh tumpukan salju. Akatsuki lebih memakai mode ini karena membuatnya jauh lebih mudah untuk menjangkau daerah yang tertutupi oleh salju.

"Sebelah sini, My Lord..."

Akatsuki bergerak perlahan, dia meminta Toshiro untuk naik ke punggungnya karena khawatir terpisah dalam badai. Pemuda itu mengerti dan menurut dengan duduk tenang diatas Akatsuki. Dia tidak terlalu khawatir sebab ini bukan yang pertama kalinya. Mereka berdua terus berjalan tenang melewati badai. Akatsuki menangkap sesuatu bergerak dari balik dinding dan berlari mendekat. Toshiro bersiap mengeluarkan Hyorinmaru. Hollow besar itu tampak sangat menyatu dengan salju karena tubuhnya yang sebagian besar berwarna putih.

Tanpa membuang waktu lebih banyak, Toshiro segera mengayunkan Hyorinmaru dan mengunci pergerakaannya. Dia menebas tepat di tengkorak untuk menghabisinya. Setelah selesai dia kembali memasukan Hyorinmaru.

"Ini yang terakhir..." gumam Toshiro.

Akatsuki menghampiri disebelahnya, "badai kali ini cukup mengganggu juga ya, My Lord?"

Toshiro mengangguk, "entah apa yang terjadi. Aku ingin istirahat dulu kalau bisa." katanya dan bergerak mendekati Akatsuki. Tepat pada saat itu, radio mereka menyala. Sebuah pesan darurat disampaikan. Toshiro dan Akatsuki hanya bisa menebak isi dari berita itu karena salurannya terganggu oleh badai.

"Hits—ya-Taichou, Nokage-Fu—taic—u. Ada perintah langsung da— Soutaichou. Se—a Kapten dan Wakil Kap—n Go—i 13 diminta untuk berkum—ul diruang perte—an sekarang..."

"Dimengerti, kami akan langsung kesana." Jawab Toshiro langsung, "hah... sekarang apa lagi?" gumamnya lelah sambil memasang kembali tudungnya. Dia bergerak naik keatas Akatsuki, "mungkin ada sesuatu yang terjadi, My Lord. Karena seingat saya tidak ada pertemuan hari ini. Bisa saja Soutaichou-sama memiliki pengumuman tentang badai kali ini."

"Terserah. Aku berharap setelah ini dia memberikan kita libur."

Akatsuki berjalan kembali kearah Seireitei, "tapi menurut saya ini juga bagus untuk anda."

"Maksudmu badai ini?" tanya Toshiro.

Akatsuki tersenyum sambil menggelengkan kepalanya "tidak juga, saya berpikir ini bagus karena dengan ini anda juga menghabiskan waktu selain didalam ruang divisi bersama lembar kerja."

Toshiro terdiam dan tertawa kecil, "ya, ini jauh lebih baik tapi kau harus ingat kalau semua itu adalah lembar pekerjaan milik Matsumoto." Memang sejak ada badai ini, Toshiro menjadi lebih banyak menghabiskan waktu diluar dan kembali melatih insting pertarungannya kembali. "Kau selalu memikirkan hal positif terlebih dahulu, ya Akatsuki?"

Akatsuki hanya tersenyum, saat melangkah tiba-tiba kakinya masuk ke sebuah tumpukan salju yang jauh lebih dalam. Salju itu sangat dalam dan membuat kepalanya hampir terbenam. Dia berusaha untuk keluar dengan menggunakan pijakan esnya. "Oh sepertinya salju semakin dalam saja" Kata Akatsuki berusaha keluar dari tumpukan salju.

Toshiro turun dan ikut terbenam juga, "ya, sepertinya.."

Beberapa detik kemudian keduanya keluar dari salju itu. Mereka sekarang berpindah keatas dinding. Badai semakin besar dan langit sangatlah gelap. Toshiro yakin kalau ini masihlah siang. Keduanya terus berjalan dan melihat pintu masuk Gotei 13 telah tertutup salju tebal. Toshiro menghela nafasnya, "sekarang bagaimana kita masuk?"

"Bagaimana kalau lewat atas? Aku bisa mencium bau dari para kapten yang lain dari sini. Sepertinya mereka semua sedang berkumpul diatas" Akatsuki melihat keatas dan tampak sebuah cahaya dari sana.

"Kalau begitu kita langsung kesana saja" jawab Toshiro.

"Apa boleh?" tanya Akatsuki, Toshiro mengangguk "lebih cepat, lebih baik." "Naiklah, My Lord. Pegangan yang kuat" Toshiro segera naik keatas Akatsuki.

.

Serigala hitam itu bersiap dan mulai bergerak lari vertical keatas. Mereka terus naik hingga melewati beberapa balkon. Sebuah balkon besar terlihat, Akatsuki melompat dan berdiri ditumpukan salju yang tertimbun disana. Balkon itu cukup besar dan dibatasi oleh kaca tebal untuk menjaga udara dingin tetap diluar. Terlihat cahaya merah dari dalam, bisa diduga terjadi pemadaman listrik saat ini. Pantas saja semua lampu mati dijalan.

Toshiro dan Akatsuki melihat pada wakil kapten sedang berbicara. Mereka bisa melihat tapi sulit untuk mendengar dengan badai besar itu. Renji, Shuuhei dan Kira tampak tertawa dan para wakil kapten perempuan tampak ketakutan. Rukia melihat kearah mereka dan semakin ketakutan. beberapa kapten dan wakil kapten tampak panik.

Ketiga pemuda itu tertawa semakin keras melihat ekspresi semua orang. Akatsuki bergerak mendekati balkon bersama dengan yang lainnya mundur. Renji, Shuuhei dan Kira masih membelakangi mereka, tanpa tahu ada Toshiro dan Akatsuki dibelakangnya. Gadis itu membuka pintu dengan ekornya dan berjalan masuk sambil berbicara.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?"

Ketiganya tiba-tiba tegang dan mengintip kearah mereka. Matanya bertatapan dengan mata merah Akatsuki. Wajahnya pucat, keringatnya bercucuran. Keheningan terjadi beberapa detik sebelum terdengar suara yang memekikkan telinga Akatsuki.

"KYYAAAA!"

.

- Flashback -

Di ruang pertemuan, para kapten divisi dan wakil kapten masing-masing Gotei 13 telah berkumpul setelah mendapatkan pemberitahuan dari Soutaichou untuk berkumpul. Berita ini tentu disebarkan dengan cepat karena merupakan perintah langsung dari Soutaichou. Mereka semua telah berdiri didalam ruangan itu sejak beberapa menit yang lalu. Listrik tiba-tiba padam, mungkin badai telah memutuskan jaringan.

"Tapi... badai kali ini memang benar-benar parah."

Kyoraku melihat keluar pada badai yang berkecamuk. Para Kapten menggunakan Kidou untuk menerangi ruangan itu. Unohana mengangguk, "benar, banyak sekali shinigami yang berjaga jatuh sakit." "Tidak bisa seperti ini terus. Beberapa hollow akan sangat sulit ditangani ketika badai" sambung Ukitake dan melihat sekeliling, beberapa kapten masih belum datang.

"Dimana Shiro-kun dan Akatsuki? Mereka tidak pernah terlambat sebelumnya."

Semua kapten menyadari itu, mereka selalu yakin kalau kapten divisi sepuluh itu akan selalu datang tepat waktu sebelum pertemuan. Rukia teringat sesuatu "Oh! Matsumoto memberitahuku kalau mungkin mereka sedang berpatroli, Ukitake-taichou."

"Apa?! mereka keluar saat badai seperti ini?!" seru Renji kaget.

"Jangan remehkan mereka, Abarai" sela Byakuya pada wakil kaptennya "mereka berdua adalah pemegang Zanpakutou es terkuat. Dingin seperti ini jelas bagi mereka bukanlah masalah."

"Ya, mereka berdua harus sering keluar sejak sebagian besar Shinigami tidak sanggup dengan badai salju. Entah berapa kali dalam sebulan terakhir, keduanya harus keluar untuk menyelamatkan yang lain" kata Unohana.

"Hitsugaya-taichou dan Nokage-fukutaichou bekerja sangat keras tahun ini."

Soi Fon iri karena tidak bisa melakukan apapun. Divisi dua adalah divisi khusus tapi mereka tidak sanggup melawan badai. Para kapten lain mulai membahas badai itu, sepertinya Soutaichou akan muncul sangat lama. Para wakil kapten memisahkan diri dan mulai mengobrol.

"Hei Rukia! Melihat badai besar dan listrik padam seperti ini mengingatkanku dengan cerita seram yang dikatakan Ichigo" kata Renji. Shuuhei dan Kira terlihat bersemangat, "apa itu Renji? Coba ceritakan"

"Sudah jangan!" kata Isane "aku tidak suka!"

"Kalau begitu jangan dengar!" balas Shuuhei, Renji tersenyum "kenapa kau takut hantu itu akan menghampirimu?"

"Itu kau kali!" seru Isane.

"Kalau begitu diam saja!" kata Renji kemudian mulai bercerita. "Coba kuingat... Ichigo bilang, dulu sekali ada di dunia manusia ada seorang gadis yang sering keluar saat salju. Dia tinggal di sebuah kota yang dekat dengan sebuah hutan. Setiap salju turun, gadis itu selalu bermain didekat hutan. Orang tuanya sudah memperingatinya untuk tidak bermain dekat ke hutan tapi dia tidak mendengarkan."

"Hentikan, Renji!" kata Rukia yang juga tidak suka cerita horror.

"Kenapa? Ini semakin menarik" kata Kira.

Kyoraku dan Ukitake mendekat "ada apa ini?" tanya Ukitake setelah mendengar para wakil kapten ribut. Shuuhei tertawa "Abarai memberitahu para gadis tentang cerita hantu dari dunia manusia. Mereka mulai ketakutan." "Hoo, cerita hantu? Tampak menarik" kata Kyoraku. Nanao memberikan tatapan tajam pada kaptennya itu.

Renji tersenyum jahil dan melanjutkan ceritanya dari pertama tanpa memikirkan para gadis.

"... Pada suatu hari langit menjadi gelap badai besar akan terjadi, gadis itu kembali tidak mempedulikan orang tuanya. Dia bermain di hutan yang sama tepat dekat dengan pintu masuk. Saat dia bermain, sesuatu dengan mata merah menyala mengintip dari balik hutan. Namanya anak kecil, mereka pasti penasaran. Gadis itu melihatnya dan bergerak mendekat. Bola mata merah itu sangat terang."

Kapten yang lain terus mendengarkan cerita Abarai. Tentu saja sebagian dari mereka tidak mempercayai hal seperti itu. Jadi mereka tidak khawatir.

"Gadis itu seperti terhipnotis, dia mendekati masuk ke hutan dan menghilang bersama bola mata merah itu. Setelah itu orang tuanya yang sadar si gadis kecil tidak kembali mulai mencari. Beberapa orang dewasa mencari lalu menyerah karena badai terlalu besar seperti saat ini."

"Kasihan sekali!" kata Nanao.

"ya..." Renji mengangguk "mereka mulai mencarinya kembali setelah badai reda. Tidak ada tanda-tanda dari si gadis kecil. Setelah berhari-hari mencari mereka berhasil menemukannya" Renji bisa mendengar beberapa perempuan menarik nafas lega "tapi dia sudah mati. Tubuhnya membeku dan yang paling menakutkan adalah matanya telah hilang seperti ditarik keluar."

"Sudah Renji!" kata Rukia berpegangan dengan Isane yang juga ketakutan.

"Kenapa Rukia?" usik Shuuhei "kau takut dengan cerita horor anak-anak?"

Kira berusaha menahan tawa, "kau itu Shinigami, masa takut dengan cerita hantu seperti ini?"

Renji ikut menahan tawa melihat teman masa kecilnya ternyata takut cerita seram. Pemuda itu melihat Rukia semakin ketakutan bersama Isane, mereka bergerak mundur. Shuuhei, Kira dan Renji benar-benar tidak bisa menahan tawa mereka.

Mereka terus tertawa dan menyadari sesuatu yang aneh.

Yang melangkah mundur bukanlah Rukia dan Isane saja tapi para kapten juga. Mata mereka juga bukan kepada mereka tapi sesuatu dibelakang mereka. Ketiga pemuda itu tiba-tiba merasakan pintu kaca itu terbuka perlahan dan membuat udara dingin masuk kedalam. Renji, Shuuhei dan Kira tiba-tiba tegang karena merasakan aura dingin dibelakang mereka. Mereka berharap itu hanyalah sebuah perasaan tapi itu tidak mungkin karena salju juga beterbangan masuk.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Terdengar suara perempuan dibelakang mereka.

Ketiga pemuda itu semakin tegang, hampir setiap orang disana berubah pucat. Renji memberi isyarat dari ujung matanya pada Kira dan Shuuhei untuk berbalik perlahan. Ketiganya mengangguk lalu membalik sedikit demi sedikit. Renji berbalik dan langsung bertatapan dengan dua bola mata merah menyala. Mulutnya terbuka, keringatnya semakin banyak. Keheningan terjadi sebelum...

"KYYAAAA!"

- Akhir Flashback -

.

DUAR!

Sebuah ledakan terjadi di ruang pertemuan itu. Rukia, Soi Fon, Isane dan Nanao secara bersamaan menggunakan serangan mereka. Mereka membuka mata dan terkejut ketika melihat tidak ada apapun disana. Hanya bekas ledakan, pintu kaca yang hancur dan sesuatu seperti dinding es hitam muncul.

"Hoy, untuk apa itu?"

Semua orang melebarkan mata ketika melihat dinding itu hancur dan menunjukan dua orang yang mereka kenal. Toshiro menghela nafas panjang, Akatsuki keluar dalam wujud serigalanya. Para gadis menghela nafas, berpikir kalau itu adalah hantu. Toshiro terlihat paling terganggu, dia dan Akatsuki baru saja selesai bekerja, dipanggil secara darurat dan ketika sampai malah diserang tiba-tiba. "Aku tanyakan sekali lagi, untuk apa itu? Kalian memang ingin membunuh kami?" Toshiro terlihat sangat marah.

Rukia gugup, "B-bukan, Hitsugaya-taichou. Ka-kami benar-benar tidak sengaja, kami pikir tadi itu Hantu... terlebih dengan mata anda, Nokage-Fukutaichou."

"Benar, ini semua karena ulah Abarai!" Seru Isane dan menunjuk pada tiga pemuda yang tidak sadarkan diri di lantai.

"Dasar, siapa yang penakut sekarang?" gumam Nanao membetulkan kacamatanya lagi. Rukia dan Isane mulai menceritakan kembali apa yang terjadi pada dua orang itu.

Akatsuki menghela nafas panjang, "dengarkan aku, hantu dalam dunia manusia rata-rata hanyalah roh penasaran. Jika sesuatu yang menyerang itu adalah Hollow. Bukannya kalian lebih sering berhadapan dengan itu?"

Rukia dan Isane menunduk malu, Akatsuki terdiam sebentar dan berpikir 'ya ampun, dasar Renji' gerutu gadis itu dalam hati, dia mulai menjilati tangannya yang terkena serpihan kaca. Toshiro melihat itu "kau tidak apa-apa, Akatsuki?" "Ya, My Lord. Tidak apa-apa" jawabnya.

.

Pada saat itu, Soutaichou, Sasakibe, Kurotsuchi dan Nemu berjalan masuk. Soutaichou melihat beberapa bagian ruang pertemuan yang hancur. Matanya melihat pada Toshiro dan Akatsuki yang masih dalam serigala tampak baru saja datang.

"Apa yang terjadi disini?" kata dengan suara lantang.

Sungguh mengejutkan melihat Byakuya berdiri menghadap, "Maaf Soutaichou, sepertinya ini karena ulah Abarai.." katanya dan menjelaskan semua dari pertama. Soutaichou mendengarkan itu dengan baik, "... aku akan menyuruh Abarai untuk membereskannya." Pria tua itu mengangguk, "Hitsugaya-taichou, Nokage-Fukutaichou, kenapa kalian harus masuk lewat jendela?"

"Maafkan kami, Soutaichou-sama. Tapi, pintu depan telah tertutup rapat oleh salju. Kami baru saja selesai berpatroli dan tidak bisa masuk. Karena keadaan darurat kami segera naik kesini" kata Akatsuki.

"Hmm... baiklah, kali ini kumaklumi."

Soutaichou segera berdiri diposisi. Karena ruangan sudah berantakan dia segera berbicara pada intinya. Kurotsuchi dan Nemu juga kembali ke posisi mereka. Akatsuki berubah kembali menjadi manusia, rambutnya yang terurai semua membuat yang lain sedikit terkejut menyadari betapa indah rambut kehitaman itu. Toshiro juga sama membuka tudungnya dan membetulkan rambutnya yang berantakan karena badai. Para gadis yang lain terkejut ketika melihat rambut putih terlihat sangat halus dan lembut.

Soutaichou memulai pertemuan itu, "hari ini seekor hollow percobaan telah lepas dari divisi dua belas dan diprediksi berkeliaran di Seireitei. Aku ingin semua kapten yang siap untuk menangkapnya hidup sebelum hollow itu berpindah ke Rukongai."

"Kenapa terburu-buru, Soutaichou?" tanya Komamura.

Kurotsuchi tersenyum lebar, "Hollow itu dilengkapi dengan racun yang bisa melumpuhkan tubuh selama beberapa detik. Kami baru saja menangkapnya untuk dibuat anti racunnya dan sekarang masih dalam tahap pengambilan saat itulah dia terlepas."

"Dan karena itulah aku ingin kalian menangkapnya hidup-hidup" kata Soutaichou.

Byakuya terdiam sebentar, "bagaimana kita bisa menangkapnya hidup-hidup?"

"Aku sudah memikirkan masalah itu" Kurotsuchi mengeluarkan sebuah tabung kecil berukuran satu telapak tangan yang tampak sederhana "ini adalah kapsul untuk menangkap hollow versi terbaru. Kalian cukup menghentikan pergerakannya dan melemparkan ini pada Hollow tersebut sambil menekan tombol merah. Secara otomatis mereka akan langsung memenjarakan hollow didalam kapsul ini."

"Hm... menarik..." gumam Kyoraku.

Kurostuchi tersenyum, "benarkan? Aku sudah memikirkan yang lebih kuat dari ini tapi masih dalam pengembangan dan—"

"Kurotsuchi-taichou," potong Soutaichou langsung "apa aku perlu ingatkan kalau kejadian ini disebabkan oleh divisi dua belas dan biaya penelitian kalian dipotong setengah bulan ini?" Kapten itu terdiam dan kembali menggerutu mengingatnya "dengan itulah aku meminta semua shinigami yang siap untuk menangkapnya."

"Tapi Soutaichou," sela Ukitake "diluar badai masih berlangsung, kita tidak bisa mengirimkan sembarangan shinigami. Apa lagi sekarang listrik padam, kita tidak bisa menggunakan radio atau pelacak."

Soutaichou terdiam sebentar, Komamura ikut berbicara "jika kita ingin melakukannya dengan cepat, kita membutuhkan Shinigami yang bisa berjalan, bertarung dan melacak hollow dalam badai. Dimana kita bisa menemukan Shinigami seperti itu?" Komamura berhenti, semua orang disana terdiam. Tentu saja, shinigami kuat yang bisa berjalan melewati dan berburu hollow dalam badai. Semua kepala perlahan berpindah pada pemuda berambut putih, bermata Turquise dan gadis berambut hitam, bermata merah. Toshiro terdiam dan melihat semua mata jatuh pada dirinya.

'Tidak lagi...'

Dia mengeluh dan menutupi wajahnya dalam telapak tangannya. Akatsuki mengerti dan hanya diam saja. Kyoraku tersenyum, "Hitsugaya-taichou..." "tentu saja, lawan es dengan es!" kata Ukitake.

"Aku baru saja kembali dan ini adalah hasilnya..." gerutu Toshiro lelah.

Soutaichou masih terdiam, "Hm.. Hitsugaya-taichou, apa kau mengerti apa yang kubicarakan sebelumnya?"

"Dengan sangat baik, Soutaichou..." jawab Toshiro.

"Bagus, sepertinya pekerjaan kali ini harus kalian yang mengatasinya. Jika Hollow itu masih belum ditemukan hingga badai selesai, para kapten yang lainnya akan membantu. Divisi dua belas akan mengurus masalah Listrik ini. Yang lainnya bersiap jika kalian dibutuhkan. Semua mengerti?"

Nemu menyerahkan kapsul itu pada Akatsuki, dia menjelaskan sedikit cara penggunaannya. Akatsuki mengangguk mengerti. 'Entah kapan badai ini selesai...' jawab Toshiro dalam hati. Soutaichou segera membubarkan pertemuan itu. Toshiro mengeluh sambil membenarkan jubahnya, Akatsuki berdiri disampingnya sambil merapikan bajunya.

"Anda tidak apa-apa, My Lord?" tanya Akatsuki.

Toshiro mengambil nafas panjang, "jangan pikirkan aku, lebih baik kita selesaikan ini secepat mungkin dan beristirahat." Akatsuki mengangguk, dia kembali berubah dalam mode serigala. Toshiro bergerak cepat naik keatasnya. "Kalian ingin pergi sekarang, Shiro-kun?" tanya Ukitake.

Kyoraku dan Byakuya ikut menghampiri, mereka memperhatikan Akatsuki dari dekat. Mereka sudah pernah melihatnya tapi tidak pernah benar-benar sedekat itu. "kau besar sekali rupanya, Akatsuki-chan" kata Kyoraku melihat kalau tingginya masih kurang sedikit dari serigala itu. Mungkin Akatsuki akan sangat tinggi jika berdiri dua kaki.

"Terima kasih..." kata Akatsuki.

Unohana mendekat dan menyentuh bulu leher serigala itu. Lembut dan halus sama seperti sutra, terasa hangat dan dingin bersamaan. "Indah sekali, Nokage-fukutaichou. Aku tidak pernah merasakan bulu sehalus ini" puji Unohana.

"Itu benar taichou!" Isane sudah memeluk dan membenamkan wajahnya pada tubuh Akatsuki "sangat lembut! Sangat bagus untuk bantal atau selimut!"

"Kau menyamakan dia sebagai bahan bantal atau selimutmu?" kata Toshiro datar.

Isane melepaskan pelukannya, terkejut "bukan begitu, Hitsugaya-taichou!"

Akatsuki berusaha menahan tawanya, "bukannya anda juga pernah mengatakan itu padaku saat kita bermain di hutan, My Lord?" Toshiro tertegun dan menutupi wajahnya, "ada apa Hitsugaya-taichou? Wajahmu memerah" kata Soi Fon.

"Dia baik-baik saja" jawab Akatsuki tersenyum lebar "dia hanya mengingat beberapa hal di masa lalu."

"Diam, Akatsuki.." potong Toshiro.

"Yes, My Lord."

"Ini beberapa data tentang Hollow-nya, Hitsugaya-taichou. Kalian akan membutuhkannya." Kurotsuchi memberikan beberapa kertas salinan tentang hollow itu. Toshiro melihat data itu dan membacanya baik-baik. Dia menyimpan dibalik bajunya, beberapa hal penting sudah dia ingat.

"Kami permisi.." Kata Toshiro, Akatsuki mulai bergerak kearah jendela dan melompat langsung turun kebawah. Semua kapten memperhatikan keduanya turun dan menghilang dalam badai. "Uhh..." Kyoraku melihat pada yang lainnya lalu pada bekas ledakan yang terakhir "sekarang kita harus apa?" Byakuya menghela nafas dan berjalan kearah Renji. Wakil kaptennya ini terkadang sering membuat masalah.

.


.

Yay! Cerita selanjutnya. Maaf ya, seharusnya ini sebelum valentine days. Silakan Dibaca!

Please Review!