assassination classroom © yuusei matsu. no profit gained from this work
rating / warnings. K+ / canon, possibly ooc, slight onesided!nagirio and my no. 1 otp aka platonic!karuri
summary. "Ia menjadikan sweater yang dipakainya menjadi media modus. Tanpa sengaja, tentunya. Tapi siapa yang tahu?"
a/n. dedicated for nakamura rio appreciation week, blooming petals!
.
.
.
[ day 1;
something she would wear ]
.
.
.
Nagisa Shiota melihatnya dalam balutan seragam sekolah di hari itu. Sebenarnya hari Minggu. Jadi cukup mengherankan baginya untuk melihat seseorang berjalan di trotoar dengan rok abu-abu dan sweater kuning yang sewarna dengan rambutnya.
Nakamura Rio.
Nagisa baru menyelesaikan lari paginya (diam-diam bekerja keras membentuk otot. Untuk kepentingan misi pembunuhan Koro-sensei, tentu saja) jadi ia agak terengah saat memandangi gadis di seberang jalan itu. Menormalkan napasnya yang menderu, ia setengah berteriak setelahnya.
"Nakamura-san!"
Sosok itu bergeming, masih memandang lurus ke depan. Rupanya headset menyumpal telinganya sehingga mau tak mau Nagisa menyebrang jalan besar di antara mereka dengan susah payah karena mobil-mobil yang berseliweran tidak berpikir sedikit pun hendak memberikan jalan padanya.
"Nakamura-san?" panggilnya sekali lagi. Kali ini sambil menepuk pundak Rio membuat gadis itu terlonjak sekilas dan reflek menarik tangan Nagisa dan menjatuhkannya ke aspal.
"... aduh. Sakit, Nakamura-san..."
"Nagisa?" iris biru yang hampir mirip dan lebih muda warnanya dari milik Nagisa membelalak terkejut saat menyadari siapa yang baru ia banting. "Ya, ampun, ternyata kamu! Eh, sini kubantu." menarik tangan Nagisa agar berdiri dengan mudah.
"Maaf mengagetkanmu. Nakamura-san waspada sekali, ya." kata si biru, sambil mengurut-urut punggungnya yang sempat mencium tanah dengan keras tadi.
Rio tersenyum bersalah. "Aku yang harusnya minta maaf," lalu senyumnya digantikan dengan amarah yang menguar dan kepalan tinju. "Ini gara-gara Karma. Tadi dia mengagetkanku dengan membekap mulut dan menarikku ke gang sepi! Kan, seram. Jadi kukira kamu Karma mau coba-coba lagi, ehehe. Maaf, ya, Nagisa."
Nagisa kembali berucap tidak apa-apa Nakamura-san aku juga minta maaf yang ia ulang berkali-kali sampai ia menduga Rio akan bosan setengah mati kalau mendengarnya sekali lagi, mengingat gadis itu cepat sekali bosan dari pengalaman nyaris satu tahun berteman dengannya.
(Yang tidak Nagisa tahu yaitu dirinyalah orang yang paling tidak bisa membuat Rio bosan)
"Ah, ngomong-ngomong, kenapa kamu pakai seragam sekolah, Nakamura-san? Ini 'kan hari Minggu, sekolah libur." tanya Nagisa, membuka percakapan kembali dengan pertanyaan yang sedari tadi ada di kepalanya.
Rio menunduk memandang pakaiannya sendiri. "Ah, ini, ya. Aku mau ke perpustakaan gedung utama sekolah, mau cari bahan untuk PR Sastra Inggris. Mau ikut?" katanya, tersenyum manis pada Nagisa.
Memang sudah peraturannya kalau ada yang hendak memasuki area sekolah di akhir pekan atau hari-hari libur lainnya tetap harus memakai seragam. Sebenarnya di kelas 3-E yang terpencil alias terbuang alias terbobrok pun juga ada perpustakaannya. Namun Nagisa tahu untuk Rio, si Ranking Dua, buku-buku di sana belum cukup untuk melengkapi jawaban-jawaban PR-nya jadi ia pergi ke perpustakaan gedung utama, begitu pikir Nagisa.
"Wah, aku tidak pakai seragam dan," mengendusi area ketiaknya sendiri, "—bau." ia meringis canggung.
Rio meninggikan alis dan terdiam, tampak sedikit terkejut karena tidak menduga jawaban seperti itu keluar dari seorang yang tenang dan kalem, Nagisa Shiota. Dari matanya terpantul dan memproyeksikan isi pikirannya yang bekerja sebelum ia menjentikkan jari. Menemukan jawaban dari apa Nagisa tidak tahu.
"Kamu nggak bau dan aha. Boleh kutebak?"
"... err, silakan?"
Seringai jahil muncul di paras cantik itu. "Kamu habis olahraga, ya? Mau bentuk sixpack juga kayak Karma, hm?"
Nagisa merona tanpa sebab. "A-apa maksudmu, Nakamura-san? Tentu saja ini demi melatih fisikku. Demi keberhasilan pembunuhan Koro-sensei!"
"Ah, ah, ah." Telunjuk lentik itu bergoyang-goyang di ujung hidung Nagisa. "Jangan malu begitu, Nagisa-chan! Menurutku kalau kamu kepingin menyaingi Karma, wajar-wajar saja kok! Beat that ass sekalian, ya, that chuuni little bastard."
Nagisa memilih untuk mengabaikan kesalahpahaman Rio dan tertawa canggung menanggapi sebutannya untuk Karma.
"Ah, tapi kamu pakai bawahan olahraga Kunugigaoka 'kan? Harusnya, sih, diizinkan masuk. Ayo, ikut. Kalau sendirian saja nanti Asano bisa-bisa mengusikku, lagi. Dia 'kan sudah kayak satpam sekolah; dimana-mana ada." Rio menggerutu, topik bahasannya jadi kemana-mana.
Nagisa memang memakai celana biru seragam olahraga dengan atasan kaus putih polos. Kemudian ia mengangguk mengiyakan ajakan Rio.
Setelah sempat terhambat di depan gerbang karena—yah, dihadang Asano. Ditanya-tanyai kenapa murid kelas buangan ada di sini, kenapa mereka ke sekolah di hari Minggu, atau kenapa Nagisa tidak memakai seragam dan hanya dibalas dengan jawaban-jawaban sarkastik oleh Rio dan Asano mendengus pergi.
"Bagus! Cepat sekali dia mau pergi, biasanya aku ditahan di sini sampai setengah jam atau lebih, pakai diancam dibawa ke kantor bapaknya pula." Rio memberi tatapan tajam pada punggung Asano yang berjalan menjauh. Kemudian ia bergumam dengan wajah sewot yang bisa Nagisa dengar sedikit semoga bisa tembus biar mati sekalian begitu. Sebenarnya apa yang bisa tembus, Nagisa membatin.
Memasuki ruangan berpendingin, si biru memulai percakapan. "Apa Nakamura-san sering kesini?"
Yang ditanya mengangguk-angguk sambil mengedarkan pandang, mencari tempat duduk kosong dengan posisi enak. "Yah, lumayan. Disini banyak kopi buku-buku sastra Inggris lama yang sudah tidak dijual di toko."
Nagisa bergumam lantas mengikuti Rio yang berjalan menuju rak paling ujung berlabel Sastra Inggris, ia baru tahu bagian perpustakaan yang ini ternyata ada seperangkat tempat duduknya, meski berdebu karena jarang dimasuki jadi Rio meraih kemoceng yang tergantung di satu sisi rak dan mulai membersihkan permukaan meja. Debu mulai berterbangan, Nagisa sedikit terbatuk dan menutupi hidungnya dengan lengan sebelum melihat sweater Rio yang terkena banyak debu sehingga menjadi kusam di berbagai bagian.
"Ah, sweatermu jadi kotor, Nakamura-san." katanya, seraya menepuk-nepuk pundak Rio supaya debu di bagian itu minggir.
Rio mengeluh dan mulai mengomel tentang bagaimana tempat duduk favoritnya di perpustakaan ini tidak pernah dibersihkan mentang-mentang jarang sekali ada yang mendatangi. Karena terlalu malas membersihkan debu-debu yang menempel Rio memutuskan untuk melepas sweaternya.
"Eh, tapi perpustakaan ini cukup dingin, lho. Apalagi ada AC tepat di atas kita." ujar Nagisa, telunjuknya mengacung ke tempat salah satu air conditioner yang ada di dekat mereka.
Rio menyeringai dan tertawa percaya diri seolah semua ini sudah ada dalam prediksi. Ia merogoh isi tasnya sejenak sebelum mengeluarkan jas abu-abu sebagai seragam resmi Kunugigaoka.
"Sebenarnya aku selalu bawa ini kalau-kalau ada inspeksi kerapian oleh bapaknya Asano seperti saat kelas dua dulu," jelas Rio kemudian memakai jas tersebut. "Dulu aku kena hukuman jongkok berdiri keliling lapangan karena pakai sweater, jangan sampai terulang lagi. Ah, dulu ada Karma juga, kok, karena dia pakai kardigan hitam. Ada Hinata-chan juga, soalnya dia pakai atasan training."
"Oh, inspeksi kerapian dadakan yang itu, ya. Aku juga kena, gara-gara pakai rompi, hahaha. Waktu itu aku lihat Nakamura-san juga, sepertinya." kata Nagisa, sambil mengingat-ingat musibah yang ditimpakan oleh Kepala Sekolah padanya.
Rio meninggikan alis. "Masa, sih? Wah kukira kamu anak rajin yang mematuhi aturan, Nagisa. Ck, ck, ck." lalu ia melanjutkan, "aku tidak melihatmu sih, mungkin karena waktu itu kita belum saling kenal. Eh, padahal dulu Nagisa sekelas dengan Karma, kan? Kok aku nggak tahu kamu, ya."
"Kelas dua aku tidak begitu dekat dengannya dan intinya Nakamura-san mengataiku tidak populer, begitu, ya?"
"Hahaha! Tahu saja,"
Dan obrolan mereka berlanjut sampai-sampai Rio hampir lupa tujuannya ke perpustakaan.
Hari itu, ada tugas yang diselesaikan bersama, ada tawa canda yang menyelingi, dan ada yang lebih saling mengenal satu sama lain.
.
.
.
a/n. hamdalah omg bisa selesai kesampean deh bikin nagirio. makasih untuk mb winter lodge udah ngadain appreciation week ini! waifu deserves more, indeed /susutingus
sesungguhnya ngga yakin ini pas sama promptnya, something she would wear; seragam sekolah (?) yang jelas day 1, clear! xx
ps. jgn tanya peraturan ke sekolah pakai seragam itu ada beneran apa ngga. orang kalo hari libur sekolah ditutup kok /JRENG
.
.
.
omake.
Rio menghempaskan badannya ke kasur empuk miliknya begitu sampai di rumah. Ia menerawang, memandang langit-langit kamar. Tatapannya seolah menembus atap dan lepas ke langit biru bersih yang mengingatkannya pada pemuda beridentik sama. Di pangkuannya ada sweater yang biasa dipakainya ke sekolah, lantas dilarikannya jemarinya ke bagian lekukan pundak sweater tersebut. Menghela napas sekali lagi, kali ini ada senyuman terbit di wajahnya.
Hari ini, Nagisa menepukkan tangannya ke pundak Rio sebanyak dua kali. Senyuman gadis itu melebar menjadi cengiran, bukan tanpa sebab.
Dering dan getaran singkat dari ponselnya mengganggu benaknya yang terus berlari menuju perpustakaan gedung utama Kunugigaoka, menuju tempat duduk paling ujung di antara rak-rak buku Sastra Inggris, menuju seorang pemuda yang terus duduk di sampingnya tadi.
Menuju Nagisa Shiota.
Dengan gusar ia meraih ponsel merah di sampingnya dan membuka kunci pola yang membentuk huruf N di empat titik sebelah kanan bawah.
(Teman-temannya mengira N untuk Nakamura padahal bukan)
Ada notifikasi pesan singkat, segera saja ia buka.
karmakabane25. hows ur d8
nakamura_rio. w h at
karmakabane25. cie cie, kemajuan nih ye
nakamura_rio. E KARMA BGST
.
.
.
[1/7] end.
