Jungkook menekan bel pintu rumah yang lumayan besar itu dengan sabar. Cukup sabar. Ia yakin ada orang di dalam rumah itu, dan sudah tiga kali ia memencet bel, namun belum ada yang membukakannya pintu.

"Apa mereka masih tidur ya?" gumamnya pelan.

Setelah bel berbunyi yang kelima, barulah ada suara yang menyahut. Dan Jungkookpun tersenyum puas.

"Wah, ada apa Kookie pagi-pagi begini?" tanya sang tuan rumah setelah pintu terbuka.

Jungkook tanpa menjawab pertanyaan dari sang tuan rumah, langsung saja melenggang masuk. Ia cukup lelah berjalan kemari serta menunggu dibukakan pintu. Ia langsung duduk di sofa ruang tamu tanpa dipersilahkan terlebih dahulu.

Sang tuan rumah hanya cengo menatap tamunya yang tak tahu diri itu, namun ia memaklumi saja dan segera menyusul sang tamu setelah menutup pintu kembali.

"Matamu memerah, ada apa?" sang tuan rumah kembali bersua.

"Hyung bisa bawa Mika ke kamar? Aku lelah menggendongnya dari kemarin" Bukannya menjawab, Jungkook malah menyodorkan balita berusia sekutar tiga tahunan itu ke arah pemilik rumah.

Ingin sekali menendang sang tamu, namun ia urungkan karena merasa ada yang tidak beres. Yang disuruh itupun nenurut dan mengambil alih bocah yang disodorkan kepadanya kemudian membawanya ke kamar tamu. Ya, bocah itu sedang tidur.

"Jadi ceritakan SEMUANYA" ujarnya sembari menekan kata terakhirnya.

Jungkook yang nampak kelelahan itu menyenderkan tubuhnya ke sofa, menatap langit-langit berwarna cerah di atasnya.

"Aku diusir, Hyung" ujarnya.

PRANG~

Suara pecahan gelas itu membuat sang tuan rumah menoleh ke belakang. Ia terkejut akan ucapan Jungkook, dan ditambah efek gelas pecah membuatnya terkejut berkali-kali lipat.

"Bagaimana bisa?!" Orang yang memecahkan gelas itu menerjang sofa yang diduduki Jungkook, meminta penjelasan kepada tamunya itu, melupakan gelas yang ia pecahkan.

"Kau membuatku kaget Jinnie Hyung, dan bisakah kau duduk di samping Joonnie Hyung saja?" Jungkook kesal akan tuan rumah keluarga Kim itu.

Ya, Kim Namjoon dan Kim Seokjin. Dua orang sahabat Jungkook yang sudah dia anggap keluarganya sendiri.

"Ya maaf, tadi aku sedang meminum air" ujar Jin sambil beranjak, berpindah posisi di sebelah Namjoon.

Jungkook mendengus kesal. Badannya capek dan kepalanya mulai pusing, bisa-bisanya sepasang suami istri itu membuatnya semakin naik darah.

"Jadi bagaiamama Kook? Siapa yang mengusirmu?" tanya Namjoon.

"Tuan Kim tentu saja" jawab Jungkook.

Namjoon dan Jin membelalak tak percaya.

"Sialan Kim Taehyung itu beraninya dia!" ujar Jin berapi-api.

Jungkook menggeleng, "Bukan dia maksudku, tapi Tuan besar Kim" ujarnya mengklarifikasi.

Namjoon dan Jin tetap belum puas akan pembenaran itu.

"Memang Taehyung kemana? Kenapa dia tidak mecegahnya?" Tanya Jin.

Jungkook bangkit dari posisi duduknya di sofa.

"Nanti saja Hyung ceritanya, kepalaku pusing, aku ingin istirahat" ujarnya sembari melenggang ke arah kamar tamu.

Jungkook sudah hafal denah rumah ini karena memang ia sering kemari. Tak jarang pula ia menginap di kediaman yang lumayan besar ini. Jadi mudah menemukan lokasi dimana balitanya dibawa tadi.

"Oh ya, Hyung. Tolong bawakan koperku sekalian ya. Aku benar-benar capek" pesannya sebelum benar-benar menghilang dibalik pintu.

Namjoon dan Jin hanya cengo saja menatapnya. Tamunya ini benar-benar luar biasa. Sudah membangunkan orang pagi-pagi, membuat spot jantung, dan sekarang seenaknya memerintah. Kalau bukan seorang Jungkook, pasti sudah mereka usir daritadi.

"Mama, kenapa belicik cekali" ditengah kebengongan itu, muncul batita laki-laki dengan piyama kodoknya berjalan menghampiri mereka sambil mengusap-usap kedua matanya.

Jin yang menyadari keberadaan balita itu terkejut.

"Astaga, apa kau menginjak pecahan gelas disana?!" pekiknya khawatir sambil meraih tubuh sang batita. Mengecek kaki sang balita yang ternyata masih aman itu.

"Cepat bersihkan pecahannya, Jinnie. Biar aku yang bawa kopernya ke kamar" perintah Namjoon yang dihadiahi anggukan oleh Jin.

Sang balita yang masih di pangkuan Jin itu menatap Jin, meminta penjelasan. Ya, pertanyaannya belum mendapat jawaban.

"Mama tidak sengaja menjatuhkan gelas tadi, maaf ya" ujar Jin menjawab keingintahuan sang balita.

Sang balita membeo membentuk huruf 'o' dengan bibir kecilnya, kemudian turun dari pangkuan Mamanya. Membiarkan Jin untuk membersihkan keteledoran yang ia buat.

-*123*-

Jungkook terbangun dari tidurnya. Kepalanya masih pusing, membuatnya malas untuk beranjak. Ia meraba-raba sebelahnya, terlalu malas hanya sekedar menengok ke samping.

Kosong.

Jungkook langsung duduk dengan paksa, membuat kepalanya semakin sakut saja.

"Ah, sialan" gumamnya karena terburu-buru itu.

Kemudian ia sadar bahwa tidak ada siapapun di sampingnya. Bocah yang tadi tidur di sampingnya sudah menghilang. Dengan panik Jungkookpun beranjak dari kasur dan berkeliling mencari keberadaan sang bocah di rumah itu, mengabaikan sakit kepalanya.

Namun nihil, tidak ada bocah kecilnya di rumah itu. Kemudian iapun mencari sang pemilik rumah.

"Hyung, kau melihat anakku?!" tanya Jungkook seperti membentak itu pada Jin yang tengah memasak di dapur.

"Oh, Mikie dan Minnie sedang membeli eskrim bersama Namjoon" jawabnya.

Jungkook menghembuskan nafas lega. Setidaknya ia sudah tahu dimana anaknya berada, walaupun belum melihatnya untuk sekarang.

Jungkookpun berjalan menuju kursi di depan konter di dapur, mengamati Jin yang sedang memasak, tidak berniat menolongnya sama sekali.

"Aku lapar Hyung" rengeknya bak anak kecil.

Jin terkekeh pelan. Ia sudah memaklumi Jungkook yang tidak membantunya. Lagipula Jin lebih ahli dalam hal dapur, ia bisa melakukannya sendiri.

"Setelah makan siang, kau harus menceritakan apa yang terjadi. Tidak boleh ditunda-tunda lagi. Mengerti?!" ujar Jin sambil menekan setiap katanya.

Jungkook hanya mengangguk-angguk malas saja. Kepalanya masih berdenyut sakit daritadi.

"Kau sakit, Kook? Pucat sekali" tanya Jin yang pensaran itu.

"Mungkin hanya kelelahan, Hyung. Kepalaku sering sakit akhir-akhir ini" jawabnya.

Jin membalikkan badan sejenak, menatap wajah pucat Jungkook yang juga melihatnya itu. Matanya memicing tajam.

"Kau hamil lagi ya?" tanyanya asal.

"Aish, mana mungkin Hyung. Kau ada-ada saja. Lagipula aku tidak mual dan muntah" balas Jungkook masih malas-malasan.

Jin kembali pada masakannya, ya tentu saja ia tak mau menyajikan masakan yang gosong untuk keluarganya.

"Ya, dulu waktu mengandung Mikie kan juga bukan kau yang muntah-muntah, tapi suamimu. Bisa saja sekarang juga begitu" ujar Jin, kembali mengingat masa lalu.

Jungkook tak menanggapinya. Kepalanya terlalu sakit untuk sekedar memikirkannya saja.

"KAMI PULANG!"

Teriakan dua bocah itu berhasil membuat kepala Jungkook semakin berdenyut.

"Astaga, mereka selalu berisik kalau sudah bersama begitu" omel Jungkook.

Jin terkekeh saja membenarkan apa yang Jungkook ucapkan. Dua balita laki-laki itu memang selalu berisik jika sudah dipertemukan. Apalagi kalau ada sepasang balita lagi yang bermarga Park itu. Mungkin Jungkook akan mengamuk saking ramainya.

"Mama sudah bangun? Ini Mikie belikan eskrim untuk Mama" ujar Mika yang telah tiba di dapur itu.

Jungkook yang awalnya kesal itu akhirnya merekahkan senyumnya. Siapa yang tidak gemas coba melihat lucunya balita ini.

"Makasih sayang, tapi Mama mau makan siang dulu. Mikie taruh eskrimnya di kulkas saja ya" ujar Jungkook.

Ya, ia ingin makan. Dan tentunya bukan eskrim yang ia harapkan sekarang.

Mika mengangguk dan melakukan perintah Mamanya dengan patuh. Kemudian ia berlari keluar dapur, menyusul sohibnya yang masih di ruang tengah itu. Ya, dia ke dapur hanya untuk memberikan eskrim pada Jungkook. Benar-benar perhatian.

"Apa masih lama Hyung matangnya?" tanya Jungkook yang sudah seperti tidak makan berhari-hari itu.

"Sebentar lagi selesai, sabar" jawab Jin.

Jungkook memang tidur cukup lama tadi. Dari jam enam pagi hingga matahari tepat di atas kepala, kira-kira jam dua belas. Sudah menjadi kebiasaannya kalau tidur ia susah sekali diganggu alias sulit dibangunkan. Apalagi dalam keadaan lelah seperti tadi. Ia seperti mayat, sama sekali tidak bergerak. Untung saja Namjoon dan Jin sudah paham sifatnya yang satu itu, jadi mereka tidak perlu repot-repot membangunkan Jungkook, nenghabiskan tenaga saja untuk hal yang sia-sia.

-*123*-

"Hyung tahu kan kalau Tuan besar Kim tidak pernah menerimaku dan Mika selama ini? Ya, dia memanfaatkan keadaan ini untuk mengusirku dari rumah besarnya" mulai Jungkook, menceritakan apa yang terjadi padanya.

Namjoon dan Jin duduk di samping kanan dan kiri Jungkook, sedangkan anak-anak tengah bermain di kamar Minnie. Tidak perlu diawasi karena Namjoon bilang mereka sudah besar. Tak lupa Namjoon juga menutup pintu kamar agar suara berisik mereka tidak mengganggu.

"Kedaan ini apa maksudmu? dan kemana perginya Taehyung?" tanya Jin penasaran.

Ia ingin sekali membotaki kepala Tuan besar Kim itu hingga kepalanya licin.

"Tae Hyung sedang sakit, Hyung" jawab Jungkook.

Jungkook mengucapkannya dengan santainya. Entahlah ia sudah lelah berhari-hari, membuat air matanya kering.

"Dia kehilangan ingatannya setelah kecelakaan beberapa hari yang lalu" lanjutnya.

Namjoon dan Jin membelalakkan mata mereka kaget.

"Ingatannya berhenti pada masa SMAnya" ujar Jungkook lagi.

Namjoon dan Jin sekarang mengerti. Jungkook dan Taehyung mulai mengenal saat Taehyung lulus kuliah dan Jungkook menginjak tahun kedua kuliahnya saat itu. Yang mana artinya waktu SMA Taehyung bdrarti belum ada nama Jungkook disana. Tanpa diberitahu kelanjutannya, Namjoon dan Jin sudah tahu bagaimana masalahnya.

Entah kenapa Jin malah yang menangis sekarang. Bukan hanya menangis lirih, tapi benar-benar heboh yang membuat Namjoon kalang kabut sendiri.

"Kenapa Hyung yang menangis?!" keluh Jungkook kesal.

Bukankah sudah ia katakan kalau ia sedang sering sekali mengalami sakit kepala?! Kenapa lelaki manis ini malah menangis keras di sampingnya?! Dan hei, ini masalah Jungkook, kenapa Jin juga ikut menangis coba.

"Sudah-sudah Jinnie, jangan menangis" tenang Namjoon.

Jungkook benar-benar kesal sekarang. Ia tidak tahu kenapa sepasang sejoli yang berjuluk 'pintar' ini melakukan hal yang sungguh-sungguh bodoh di dekatnya. Tidakkah Namjoon ingat posisi duduk mereka bagaimana? Jungkook masih berada diantara mereka yang otomatis Namjoon memeluk Jin dengan Jungkook di tengahnya. Konyol sekali.

"Lepas, aku mau duduk sendiri saja!" omelnya sambil beranjak menuju sofa kosong yang nganggur, membiarkan mereka berpelukan.

"Sudahlah Jin, jangan menangis lagi"

"Tapi Kookkie"

"Iya aku paham, sudah ya nangisnya" potong Namjoon menghentikan tangisan Jin.

Jin mengangguk, kemudian mengusap bekas air matanya ke kaos yang Namjoon kenakan, sesekali membuang ingusnya sekalian.

"Sekarang kami sudah tahu permasalahannya. Lalu apa kau sudah pernah berbicara pada Taehyung tentang siapa dirimu?" tanya Namjoon. Ia pasrah saja bajunya sudah tak suci lagi.

"Dokter menyarankan agar tidak memberitahu Taehyung dulu karena kondisinya yang belum stabil, Hyung. Jadi aku hanya bisa melihatnya dari jauh" jawab Jungkook, kembali mengingat beberapa hari buruknya itu.

"Eomma juga melarangku berbicara jujur karena khawatir akan kondisi Tae Hyung" lanjutnya. Yang dimaksud Eomma disini adalah Ibu Taehyung sendiri, Nyonya Besar Kim.

Ibu Taehyung memang tidak melarang hubungan Jungkook dengan sang anak, tapi tidak mendukung juga. Ia hanya mementingkan kebahagiaan Taehyung saja. Apabila Taehyung bahagia, ia tidak akan merusakn kebahagiaan itu. Namun ketika kini Taehyung dalam keadaan sakit, maka Ibu Taehyung hanya akan merawatnya. Seperti Taehyung yang melupakan Jungkook, seakan Nyonya besar Kim itu juga melupakannya. Ya, setidaknya beliau tidak pernah bertindak jahat padanya selama ini.

"Hmm, kenapa rumit begini jadinya" ujar Namjoon.

Jin yang siap akan mengeluarkan air matanya lagi itu dibekap oleh Namjoon.

"BISA TIDAK KALIAN JANGAN BERMESRAAN DI DEPANKU?!"

Ya, mereka berciuman.

-*123*-

"Eomma, sudah kubilang kan aku tidak mau makan bubur" keluh Taehyung.

Nyonya besar Kim itu memandang sedih anaknya, putra semata wayangnya. Daritadi sang anak kebanggaannya ini menolak disuapi bubur. Ya, karena masih sakut, dokter menyarankan untuk membawakan bubur saja.

"Lalu Taehyungie mau makan apa?" tanya sang ibu sabar.

"Mau sup ayam saja, Eomma. Bubur membuatku mual" jawab Taehyung mendesis sebal.

Nyonya besar Kim mengerutkan keningnya.

"Hei, sejak kapan kau mual sayang?" tanya sang ibu.

"Tak tau, Eomma. Melihat bubur membuatku ingin muntah" jawab Taehyung sambil menutup hidungnya.

Nyonya besar Kim meletakkan sendoknya yang masih melayang di udara. Kemudian beranjak dari kursinya.

"Mama belikan sup bubur dulu" ujarnya seraya keluar dari ruang rawat itu.

Dengan bubur masih di tangannya, Nyonya besar Kim mendudukkan dirinya di kursi depan ruang rawat.

"Jangan bilang dia hamil?"

-*123*-