Genre: Romance, Sad, Mature, Boyxboy.

Cast: Kim Jinhwan, Choi Seunghyun ( TOP), Lee Seunghyun (Seungri), Kwon Ji Yong (GD), Shin Jisun (OC), Dong Young Bae (Taeyang), etc.

Crack Couple: TOP x Jinhwan

Disclaimer:

Fanfict ini dibuat untuk seseorang (P) dan hanya untuk hiburan saja. Bila anda dibawah 17 tahun. Jangan berani membaca.

MASIH TETAP NEKAT? RESIKO DITANGGUNG SENDIRI!

SELAMAT MEMBACA! ^^

.

.

One Day © Mikyharu

.

.

.

.

08.07 p.m. House.

Disebuah sudut Kota Seoul di malam hari, ada seorang anak manusia berusia sekitar 17-an tahun. Ia memiliki tubuh mungil berbeda dari kebanyakan remaja laki-laki lainnya. Ia sedang berkutat dengan tugas sekolahnya yang menggunung.
Disisi lain, pada sebuah sudut meja belajar, ponsel miliknya tergeletak disana. Pun bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Tanpa melihat keberadaan ponsel, ia segera meraup ponsel tersebut untuk mulai membuka pesan. Entah apa isi pesan tersebut. Kini raut muka lelaki mungil itu benar-benar berubah. Sedih, terkejut, kecewa, itulah yang terukir sangat jelas pada raut mukanya.
Angin berhembus dari luar jendela yang terbuka memicu gorden yang tergantung bebas mulai melambai menciptakan suara halus antar gesekan gorden.
Lelaki mungil itu mulai melangkah menuju jendela. Matanya terlihat sendu, raut wajahnya pun terlihat begitu menyedihkan. Namun, bibirnya menarik sebuah senyuman. Tanpa arti. Menatap lurus. Ia tertegun dalam kekosongan.
Tetapi tiba-tiba..

Ponselnya terjatuh dari genggaman.

[ From: S-BI
Honey. Aku turut berduka dengan meninggalnya orang tuamu dan kondisi adikmu saat ini.
Tapi maaf. Aku tidak bisa menemanimu.
Aku ingin hubungan kita cukup sampai disini. ]

.

.

.

.

.

One Day © Mikyharu

.

.

.

.

.

3 year later.

.

.

.

07.35 a.m. Rainbow Hotel.

Malam telah berlalu. Kini sang fajar telah menyingsing membawa serta cahaya untuk menghangatkan bumi. Kehangatannya telah membangunkan sekian banyak manusia dengan pengecualian pada seorang pemuda bertubuh mungil. Tampak masih terlelap di ranjang bigsize pada salah satu kamar di Hotel Rainbow. Tanpa mengenakan sehelai benang pun hanya selimut yang setia menemaninya sampai pagi. Mendadak ponselnya berdering.
Seketika itu juga kelopak mata pemuda mungil tersebut mulai terbuka. Mengerjap-erjapkan kelopak matanya sembari beringsut menuju ponsel tersebut. Ia menekan simbol hijau disana dan menempelkan ponselnya di telinga dengan mata yang masih terkantuk-kantuk, rambut yang berantakan, beserta wajah yang tampak lelah.
"Halo? Siapa ya?" ucap pemuda mungil itu membuka pembicaraan.
'Hei! Kau tidak menyimpan nomor ponselku Jinhwan? Ini aku Lee Seung Hyun.'
"Hah? Kau siapa?!"
'Seungri! Aku Seungri!'
"Oh! Seungri Hyung! Hehehe ada apa? Tumben sekali menelponku pagi-pagi?"
'Bagaimana pekerjaanmu? Lancar?'
"Yah, seperti biasanya." balas Jinhwan berucap pelan.
'Hei hei, ada apa dengan nada bicaramu Jinhwan?'
"Hn, aku ..hanya saja .."
'Tenang Jinhwan. Kau pasti akan terbiasa.'
"Bukan itu. Hanya saja ..bagian belakangku terasa sakit."
'Hahaha, begitu kah?'
"Aish hyung, mengapa kau tertawa?" Jinhwan mengerucutkan bibir, sedikit ada rasa malu dalam hatinya.
'Tidak tidak. Aku bisa mengerti. Jadi jika kau mau, ayo kita bertemu di Kimsan Café. Mari kita bicarakan jadwal kerjamu disana.'
"Hm, ok. Jam berapa?"
'Nanti sore. Jam empat.'
"Baiklah hyung. Sudah dulu ya, aku ingin tidur lagi. Bye." ucap Jinhwan mengakhiri pembicaraan dan segera menutup panggilan ponsel tersebut.
Kemudian pemuda mungil itu, yang di kenal dengan nama Jinhwan segera menarik selimutnya yang sempat merosot dari tubuhnya lalu kembali melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda.

.

.

.

10.01 a.m. GDTOP's Dorm.

Choi Seung Hyun atau dikenal dengan nama panggung T.O.P. Dia adalah seorang anggota dari duo grup GDTOP. Tahun ini grup tersebut sedang mengalami puncak keemasannya. Seunghyun merupakan seorang pria yang memiliki perawakan tinggi, wajah yang tampak dingin, tetapi memiliki karisma tersendiri bagi penggemarnya.
Rupa-rupanya ia masih tertidur di ranjangnya. Begitu tenang. Begitu lelap.
Kemudian, mendadak muncul seorang pria dari balik pintu kamar tempat Seunghyun tertidur. Pria itu, dengan langkah lebar berjalan menuju Seunghyun yang sedang tertidur, begitu percaya diri memulai aksi membangunkan Seunghyun dengan cara menciprati wajah Seunghyun dengan air yang ia bawa sebelum memasuki kamar.
Alhasil sang pria korban-yang-terciprati terbangun dan hampir terjatuh dari ranjang kesayangannya.
"Jiyong! Kau kurang ajar terhadap hyungmu?!" amarah Seunghyun bergejolak, menatap tajam kepada manik kecoklatan milik pria itu. Jiyong.
"Maaf. Tapi namaku GD. Bukan Jiyong." Jiyong mengelak dengan menampilkan wajah tanpa dosa. Dia merupakan anggota dari duo grup GDTOP juga.
"Oh, astaga.." Seunghyun mendesah frustasi sembari memijat-mijat pelipisnya yang terasa berdenyut-denyut, "Ada apa lagi kau membangunkanku?" lanjut Seunghyun bertanya.
"Begini hyung. Satu jam lagi kita harus segera hadir di acara Televisi KPOPSTARZ. Kita harus bersiap dari sekarang." tutur GD menjelaskan.
"Hah? Lagi?"
"Ya ..begitulah."
Seunghyun mendesah yang kedua kalinya. Baru beberapa jam ia tertidur, kini ia sudah dibangunkan lagi karena schedule yang semakin menumpuk.
Jika saja Seunghyun bisa kembali kemasa lalu. Ia lebih memilih menjadi seorang pekerja di toko kue saja, ketimbang menjadi seorang public figure. Teramat sangat sulit dan melelahkan.

.

.

.

04.13 p.m. Kimsan Café

"Sudah ditentukan. Kau aktif bekerja pada malam minggu, selasa dan rabu." tutur Seungri sembari menuliskan nama Kim Jin Hwan pada Note Book miliknya.
Seungri merupakan seorang penyalur jasa ilegal—atau mucikari julukan yang beredar dimasyarakat— bagi para kaum Gay dan Lesbi yang ingin melampiaskan libidonya kepada orang-orang yang tepat. Itulah pekerjaan Jinhwan akhir-akhir ini. Ia menjajakan dirinya sebagai sebuah 'barang' yang dapat disewa oleh banyak orang. Tentunya dia melakukan hal itu bukan hanya untuk kesenangan semata. Ada alasan pasti yang melatarbelakangi pekerjaannya saat ini.
"Tunggu dulu. Kenapa harus malam minggu?" tanya Jinhwan tiba-tiba.
Seungri menatap manik kecoklatan milik Jinhwan. Ia tahu pasti apa yang ada di dalam pikiran Jinhwan saat ini. Karena banyak diantara para pekerja yang mempertanyakan hal semacam itu.
Pada akhirnya Seungri berkata, "Jinhwan sayang. Tidak ada pilihan lain. Para pekerja terdahulu juga banyak yang mengeluhkan hal seperti ini. Pada akhirnya aku mengalami kekurangan pekerja untuk melayani mereka. Mengertilah."
Jinhwan seketika menghela napasnya berat. Sedetik kemudian ia mengangguk menyetujui jadwal yang diatur oleh Seungri.
Diikuti dengan senyuman rasa puas Seungri. Kemudian berucap, "Kau tahu Jinhwan. Sepertinya mereka yang sudah merasakan tubuhmu banyak yang candu."
"Apa? Memangnya ada apa denganku?"
"Mungkin karena pelayananmu yang sangat memuaskan."
Jinhwan mendesah kemudian berucap, "Oh ayolah. Aku hanya melakukan yang seharusnya aku lakukan." sambil menopang dagu. Pandangannya ikut berubah. Malas.
Seungri menanggapinya dengan tersenyum miring, "Aku tahu itu." dengan memegang sebuah gelas berisi larutan Bir kemudian meminum setengahnya.
Mendadak datang seorang wanita dari arah belakang Seungri. Wanita itu cantik, menggunakan dress casual yang sesuai dengan tubuhnya.
Dia mengelus lembut pundak Seungri. Di balas senyuman ringan oleh Seungri.
"Sayang. Kau lama sekali disini. Aku menunggumu setengah bosan disana (mobil)." ucap wanita cantik itu dengan suara yang di manjakan.
"Tunggu sebentar. Aku sedang berdiskusi dengan pria ini sayang." ucap Seungri sambil mengelus punggung wanita itu.
Di sudut lain, Jinhwan memutar bola matanya. Bosan. Tidak ingin berlama-lama melihat adegan kedua insan yang berada dihadapannya sekarang. Jinhwan memutuskan untuk bicara, "Tak apa hyung. Pergi duluan saja. Lagi pula urusan kita semuanya sudah selesai bukan?' sembari bersandar pada sandaran kursi.
"Baiklah. Sampai jumpa nanti malam ya. Jinhwan?" timpal Seungri. Dengan tersenyum miring. Kemudian beranjak dan berdiri dengan merangkul wanita disampingnya.
Jinhwan tampak menautkan alisnya bingung, seperti mengisyaratkan sebuah pertanyaan.
"Oh, kau lupa? Atau kau hanya pura-pura lupa?"
Seungri menatap penuh maksud kemudian tersenyum kepada wanita disampingnya diiringi dengan senyuman wanita itu.
Akhirnya Jinhwan teringat. Malam nanti adalah malam dimana ia mulai bekerja kembali.
"Ya. Aku ingat."

.

.

.

01.23 p.m. Shooting place.

Sore ini, Seunghyun sedang menjalani pemotretan sebagai model promosi pakaian dari Brand ternama yakni NANOGON. Berbagai pose ia tampilkan dengan lihai mengikuti tempo kilatan kamera. Hingga beberapa menit kemudian kilatan kamera itu meredup dan menghilang.
Tibalah saatnya bagi Seunghyun untuk beristirahat. Ia berjalan menuju kursi santai untuk mendudukan tubuhnya disana sembari mengambil minuman yang sudah disiapkan kemudian meminumnya.
Tak lama, datang seorang pria dari arah samping. Pria itu bergegas menghampiri Seunghyun kemudian berkata, "TOP, kau hebat seperti biasa." sanjung pria itu sembari tersenyum.
"Tidak perlu basa-basi. Katakan saja ada perlu apa kau kemari?" tanya Seunghyun dengan nada datarnya sambil memutar-mutar gelas yang hampir setengah kosong.
"Hm, baiklah. Tidak perlu basa-basi." pria itu tersenyum ringan mendapati sikap dingin yang selalu ia terima ketika seorang Choi Seunghyun sedang buruk moodnya. Karena baginya Seunghyun sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri begitu pula dengan Jiyong sang Leader. Pria itu lalu menatap sebuah buku kecil yang sudah ia tenteng sejak tadi, "Setelah ini kita harus segera pergi ketempat syuting."
"Iklan?"
"Ya begitulah. Memang kenapa?" balas pria itu sembari memandang wajah Seunghyun yang terlihat menautkan alisnya untuk beberapa saat.

Namun segera Seunghyun bersandar pada sandaran kursi, "Kemudian setelah itu?"
"Hn, setelah itu .." kalimat pria itu terhenti, ia terlihat sedang mengingat-ingat sesuatu, "..kau menjadi tamu di salah satu acara TV bersama GD." sambungnya.
"Lalu bagaimana dengan besok?" raut wajah Seungri terlihat tidak senang mengingat schedulenya tampak kian padat.
Si pria pembawa buku itu. Kembali membuka bukunya. Sekilas ia terlihat menaut-nautkan alis, "Besoknya ..ada. Banyak." sembari menutup bukunya.
Seunghyun menghela napas untuk kemudian mulai berbicara, "Tidak adakah satu hari saja waktuku untuk beristirahat?"
"Maaf. Sepertinya masih lama."

"Ok. Kalau begitu batalkan semua besok. Aku lelah dan sangat membutuhkan waktu untuk beristirahat." ucap Seunghyun enteng tanpa memandang resiko terburuk pada karirnya di masa mendatang.
"Aku tidak bisa begitu saja membatalkan semuanya, karena kau tahu—"
"Shin-Ji-Sun. Kau seorang manajer bukan? Seharusnya kau bisa mengatasi hal seperti ini." ucap Seunghyun dengan sedikit penekanan pada nama pria itu yang akhirnya terungkap.
Jisun, ia menatap Seunghyun sambil menggelengkan kepalanya, "Tidak semudah itu. Harus ada persetujuan dari pihak lain juga. Tidak mudah untuk membatalkannya. Dan seharusnya kau sudah mengerti hal itu bukan?" mendengar penuturan Jisun. Seunghyun segera beranjak dari duduknya, ia menatap datar pada Jisun yang menatapnya pula.
Kemudian Seunghyun melangkahkan kaki menjauh.
"Kau mau kemana Top?"
"Ganti pakaian."

Terdengar helaan napas dari sang manajer, "Maaf aku tidak bisa membantu." sembari menatap punggung Seunghyun yang menjauh.
Langkah Seunghyun terhenti. Ia menolehkan kepalanya lantas berucap, "Tak apa. Lagi pula.. Menjadi seorang idol adalah pilihanku."
Jisun mengeratkan genggamannya pada buku, "Akan ku usahakan agar kau bisa beristirahat lebih cepat."
"Tidak perlu. Aku bisa mengatasi masalahku sendiri."
"Tapi Seunghyun—"
"Tidak. Kau sudah cukup baik menjadi seorang manajer dan kakak untukku. Tetaplah seperti itu." Seunghyun kembali melangkah dan semakin menjauh hingga tidak nampak lagi wujud kehadirannya.

.

.

.

02.30 p.m. Hospital

Seorang remaja perempuan sedang terbaring lemah pada salah satu ruangan di rumah sakit. Ia masih memiliki raga yang sehat, namun raganya sampai hari ini pun tampaknya belum menunjukan tanda-tanda kehidupan layaknya makhluk hidup normal lainnya. Ia mengalami tidur panjang— koma.
Selama bertahun-tahun menunggu, selama bertahun-tahun mengeluarkan biaya tak sedetikpun raga itu tersadar. Barangkali, jiwa remaja perempuan itu tidak mengetahui bahwa raganya masih utuh dan sehat. Atau mungkin saja, dia tersesat tatkala ingin pulang dan merasuk kedalam raganya kembali.
Dan jika bisa, Jinhwan ingin menuntun jiwa dari remaja perempuan itu agar bisa kembali pada raganya. Seandainya bisa. Kalian tahu kenapa? Remaja perempuan itu merupakan adik dari seorang Kim Jinhwan, pria mungil yang bekerja sebagai pekerja sex.
Sejak orangtuanya meninggal dalam kecelakaan mobil bersama adiknya bertahun-tahun yang lalu, Jinhwan terpaksa harus menjadi kakak sekaligus orangtua. Hal itu ia lakukan untuk membiayai hidupnya dan tagihan rumah sakit adiknya yang dari hari ke hari harus di lunasi. Mengakibatkan harta orangtuanya semakin terkuras habis.
Jinhwan pun terpaksa bekerja menjadi seorang pelayan restoran dan terpaksa mengubur mimpinya dalam-dalam untuk menjadi seorang mahasiswa di Universitas favoritnya dan lulus disana.
Kemudian, sampailah Jinhwan pada titik yang paling menakutkan. Ia harus memilih. Harga dirinya atau adiknya. Karena jika ia memilih adiknya maka harga dirinya akan hilang namun sebaliknya jika ia memilih harga diri maka adik yang sangat ia cintai akan hilang selamanya.
Tentulah Jinhwan tidak ingin adiknya hilang untuk selamanya. Maka Jinhwan memilih pilihan yang pertama dan membuang harga dirinya sendiri. Karena dengan begitu ia bisa menghasilkan uang secepat mungkin agar dapat membayar tagihan rumah sakit adiknya.
Ia tidak perduli lagi dengan harga dirinya. Cukup dengan sang adik yang selalu ada. Itu sudah lebih dari cukup.

Pintu ruangan terbuka memperlihatkan sesosok pria mungil yang berjalan menuju ranjang rumah sakit. Hari ini Jinhwan menjenguk adiknya membawa serta setangkai bunga mawar putih dan menyimpannya didalam vas yang sudah tersedia—berisi bunga yang serupa. Jumlahnya banyak, adapun bunga yang sudah layu termakan usia.
"Hai sayang. Apa kabar? Sudah lama oppa tidak menjengukmu ya?" sapa Jinhwan pada adiknya yang terbaring diranjang sembari berharap suaranya dapat menyadarkan adik tercintanya.
Ia melangkah mendekati adiknya. Menggeser sebuah kursi dan duduk pada kursi tersebut, "Maaf. Akhir-akhir ini oppa terlalu sibuk dan lelah dengan pekerjaan oppa yang sekarang." tuturnya terlihat sedih. Jarinya merangkak naik menuju tangan adiknya dan menggenggamnya erat.
"Tapi kau tidak perlu khawatir. Oppa bisa mengatasi rasa letih itu." ungkapnya menguatkan diri. Jinhwan tersenyum hambar, penuh dengan luka.

Tetapi sesuatu terjadi.

Ada pergerakan kecil dari jari sang adik yang begitu jelas ia rasakan. Jinhwan sangat bahagia dan terkejut. Ia segera menghubungi dokter adiknya. kemudian meminta pada dokter itu untuk segera memeriksa keadaan adiknya saat ini.
Jinhwan memperhatikan dengan seksama,"Cepatlah bangun sayang. Oppa sangat merindukan kelakuan nakalmu." seulas senyum tulus terlukis dengan jelas pada bibirnya.
Tak lama, ponselnya bergetar. Jinhwan mendapat sebuah panggilan masuk. Ia pun segera keluar untuk menerima panggilan tersebut karena tidak ingin mengganggu jalannya pemeriksaan.

.

.

.

09.15 p.m. Playground.

Jam sembilan lebih lima belas menit malam. Kala itu, angin berhembus dengan damai setelah sebelumnya angin berintensitas sedang telah berlalu.
Malam ini begitu tenang dan menyejukan serupa dengan perasaan Jinhwan.
"Krekk.. Krekk.. Krekk.." suara besi gantung yang sedang berayun. Disitulah Jinhwan berada. Ayunan.
Disebuah taman bermain yang luas, ia kembali mengenang masa lalunya yang pahit. Baik kenangan buruk maupun indah, ia tidak pernah membeda-bedakannya. Apapun kenangan itu, sebenci apapun Jinhwan dengan kenangan masa lalunya yang memuakkan, dengan senang hati ia akan membiarkan memori otaknya mulai mengulang kembali rekaman masa itu, membiarkannya agar tetap hidup didalam hati serta dijadikan sebuah pengajaran semasa hidup.

Angin berhembus lagi, lagi, dan lagi. Namun kini kehadirannya telah membimbing seseorang yang tidak dikenal untuk melangkah mengikuti arus angin yang tertuju pada sesosok makhluk mungil. Manusia. Seorang pria. Kim Jinhwan.
Terselip rasa ragu dari seseorang itu ketika hendak menyapa Jinhwan yang tengah duduk termenung di ayunan.
Selang beberapa menit, Jinhwan mulai menyadari adanya seseorang selain dia yang berada di taman ini.
Terbukti ketika ia mendongak, terdapat seseorang yang berdiam diri membisu dihadapannya.
Jinhwan bingung. Ia memicingkan mata mencoba menerka-nerka siapakah gerangan orang yang ada dihadapannya sekarang. Wajahnya tampak tak asing.
"Kau siapa?"
"Aku Choi Seunhyun."
Rupanya orang itu adalah Choi Seunghyun artis yang dikenal dengan nama panggung TOP. Pantas saja Jinhwan merasa tak asing dengan wajah orang ini. Tentu saja karena wajah itu sering menghiasi layar kaca. Tetapi tampaknya Jinhwan tidak terlalu ingat dengan wajah Seunghyun.
Sehingga sampai saat ini, ia masih mencoba mencari ingatannya yang tiba-tiba saja menghilang, "Wajahmu seperti tak asing."
"Mungkin hanya kebetulan saja."
Terlihat. Seunghyun sedang berusaha menyembunyikan identitas aslinya. Karena dirinya sangat bahagia ketika tidak dikenali oleh orang lain. Ia seperti menjadi seorang masyarakat biasa kembali setelah beberapa tahun ini menjadi seorang bintang. Dia merindukan perasaan itu.
"Hm, mungkin." Jinhwan pun duduk kembali diatas ayunan.
Bagai listrik yang mengalir, tubuh Seunghyun ikut duduk diatas ayunan disamping Jinhwan. Ada secuil perasaan canggung diantara mereka. Namun segera Jinhwan tepis perasaan itu lalu memulai kembali pembicaraan, "Jinhwan. Kim Jinhwan."
"Apa?"
"Aku. Namaku Kim Jinhwan." mengulang kata-kata, Jinhwan tampak tersenyum diakhir kalimatnya.
"Oh itu."
"Hanya 'oh itu'? Kau dan aku seharusnya kita sudah menjadi teman bukan?" Jinhwan menatap iris kecoklatan milik Seunghyun. Membuatnya terpaku. Seunghyun memiliki mata yang bening dan tegas. 'Mata yang bagus.'
"Teman?" Seunghyun bingung. Alisnya berjengit keatas mengharapkan sebuah jawaban.
"Hahaha, sudah lupakan saja. Aku tidak serius."
"Serius pun tidak masalah." Seunghyun tersenyum untuk pertama kalinya kepada orang yang baru saja ia kenal.

...sunyi, tanpa suara. Hanya suara angin yang terdengar. Mereka berdua sedang berkutat dengan pikirannya masing-masing.

"Kau menarik."

"Hee? Maksudmu?" Jinhwan sama sekali tidak mengerti dengan kalimat-kalimat singkat yang keluar dari bibir lawan bicaranya itu. Ia berdiri. Berpindah dari ayunan untuk meminta kejelasan lebih dari Seunghyun.
Seunghyun menatap garis wajah Jinhwan. Cukup lama. Hingga membuat Jinhwan merasa risih,"Hei! Ada apa denganmu?"
Tersadar. Seunghyun segera beranjak dari duduknya, menarik sebuah garis melengkung di bibirnya menjadi sebuah senyuman, "Maksudku, kau tipe teman yang sangat menarik."
"Oh astaga! Aku pikir apa." Jinhwan tersenyum dengan menunjukan giginya yang berderet rapi.
"Memangnya, tadi kau memikirkan apa?"
"Ah, tidak ada."
"Benarkah?"
"Iya!"
"Kau yakin?"
"Tentu saja ishh! Kau sungguh menyebalkan." Jinhwan tampak kesal, ia mengerucutkan bibir tanpa sadar.
"Kau ..tampak cantik." kalimat spontan yng meluncur begitu saja.
"Aishh.." Jinhwan memalingkan wajahnya, bermaksud untuk menyembunyikan semburat merah yang perlahan muncul dari kedua pipinya.
Tanpa diduga, Seunghyun mengacak rambut Jinhwan hingga terlihat berantakan. Ia terkekeh mendapati ekspresi yang begitu menggemaskan dari seorang pria yang baru ia kenal, "Kau lucu sekali. Aku harap kita bisa bertemu lagi." Mendengar pernyataan itu. Jinhwan menatap kembali iris kecoklatan milik Seunghyun, "kau mau kemana?"
"Pulang, Tentu saja."
"Ahh.. ya. Pulanglah!" Jinhwan tampak kecewa. Tetapi tunggu, mengapa dia kecewa? Tentu saja karena orang ini merupakan teman pertamannya, setelah sekian lama terperangkap dalam kehidupannya yang kelam.
"Aku akan kembali." tutur Seunghyun disertai senyum kemudian menatap jam tangannya. Ternyata waktu berjalan begitu cepat. Sudah hampir tengah malam,"Sudah malam. Kau pun harus segera pulang."
"Tenang saja. Rumahku dekat dari sini." balas Jinhwan dengan tersenyum ringan.

"Baiklah, kalau begitu. Sampai jumpa lagi~" Seunghyun menampakan senyuman terakhir untuk Jinhwan sambil membungkuk kemudian berjalan menjauh dan meninggalkan Jinhwan di taman.
Jinhwan pun melakukan hal yang sama.

Asal tahu saja, Jinhwan sangat bahagia sekarang. Sekian lama ia telah berjuang sendirian di dunia fana ini. Akhirnya Jinhwan mendapatkan seorang teman.
Tetapi sepertinya ada yang terlupakan..

...angin berhembus kembali. Langkah kedua insan itu pun terhenti.

'Ah.. Aku lupa, tidak menanyakan nomor ponselnya.' mereka tersenyum. Hembusan angin tampak semakin kencang menerpa helai rambut Jinhwan, membuat ia harus memegangi rambutnya dengan senyum terkembang.
Seunghyun menoleh kesamping. Ia tersenyum sebelum akhirnya kembali melangkah dan menjauh pergi.

.

.

.

08.48 a.m. GDTOP's Dorm.

Dorm GDTOP tidak lagi sunyi seperti hari-hari sebelumnya. Karena hari ini sang pemilik akhirnya pulang dan beristirahat untuk beberapa saat.
Sebenarnya kata 'beristirahat' lebih pantas di wakili dengan kata 'bersantai'. Dikarenakan intensitas schedule mereka hari ini mengalami penurunan. Kemungkinan besar ini terjadi disebabkan oleh Sang Manajer Jisun yang mulai melancarkan janjinya kepada Seunghyun. Walau pun sebenarnya Seunghyun tidak begitu berharap kepada Manajernya. Tetapi ia sangat berterima kasih dan cukup senang. Akhirnya ia dapat beristirahat dengan tenang.

Namun sedari tadi, Seunghyun tidak terlihat gentayangan atau pun menampakan bayangannya. Yang ada hanya seonggok makhluk berjenis kelamin pria dengan gaya rambutnya yang selalu berubah-ubah setiap seminggu sekali. Sehingga membuat para fans khawatir rambut Sang Idol mereka akan mengalami kerusakan. Ya semoga apa yang di takutkan tidak akan pernah terjadi.
Apa kalian penasaran siapakah pria itu? Sepertinya kalian juga sudah bisa menduganya. Dia adalah Sang Leader Kwon Ji Yong.
Ia sedang duduk bersantai di sofa dengan kaki kanannya yang menekuk beralaskan sofa. Tidak hanya itu, ia juga tidak membiarkan tangan, mata dan mulutnya menganggur. Karena sejak tadi ia terlihat sedang memegang plastik snack yang berisikan kacang tanah yang sudah siap di konsumsi. Ia sedang menikmati kacang-kacang itu sedangkan kulitnya ia buang dengan seenak jidat lebarnya. Sehingga lantai yang semula bersih kini menjadi kotor tidak ubahnya serupa dengan lantai yang ada digudang penyimpanan.
Terakhir matanya begitu asik menonton acara Variety Show di salah satu stasiun Televisi.
"Hyung! Kau masih dikamar?" pekiknya masih dengan aktivitas dan posisi yang sama.
Namun tidak ada respon dari Seunghyun.
"Hyung! Cepat kemari aku ingin mengatakan sesuatu." yang kedua.
Masih tidak ada respon.
"HYUNG! KAU MENDENGARKU TIDAK?" suara kali ini begitu keras dan memekakkan. Membuat orang yang mendengarnya ingin segera mengakhiri hidup.
Namun, tetap tidak ada respon dari orang yang dimaksud. Jiyong memutuskan untuk menengokan kepalanya kebelakang memastikan keberadaan Seunghyun.
"Tidak ada. Apa mungkin dia masih tidur?" gumamnya pelan, alisnya terangkat sebelah sembari mengedarkan pandangan kesemua sudut Dorm yang dapat ia lihat.

"Aku ada disampingmu Jiyong."

Jiyong terkesiap. Mendapati suara yang tidak asing di belakangnya dengan tiba-tiba. Jiyong merasa kacang yang belum memasuki perutnya akan segera keluar jika tidak di tahan oleh tangannya sendiri.
"Oh My God! Kau mengagetkanku saja Hyung!" kelakarnya dengan mengelus-elus dada karena alat vital penggerak darahnya berdetak cepat, "Kau tampak seperti hantu!"
"Ya maaf. Kau mau mengatakan apa tadi?"
"Begini. Aku titip Dorm padamu ya hyung?" Jiyong membetulkan duduknya, "Aku ada kegiatan hari ini. Dan beberapa jam lagi aku harus pergi." tuturnya dengan nada sedih yang dibuat-buat.
"Berhenti melakukan ekspresi palsu seperti itu. Kau tampak menjijikan." protes Seunghyun ketus. Tangannya dengan sigap mangambil bungkus yang di pegang Jiyong kemudian memakan isinya. Jiyong sama sekali tidak keberatan.
"Jadi, bagaimana hyung?"
"Tidak apa. Kau pergi saja."
"Kau yakin hyung?" tanya Jiyong. Senyum jahilnya terkembang. Ketika Seunghyun akan menjawab, Jiyong segera melanjutkan, "Tidak ada yang menemanimu nanti malam lho hyung?"
"Iya. Tidak masalah."
"Oh, baiklah kalau begitu." sambil menahan tawa Jiyong bergegas pergi meninggalkan Seunghyun. Sebelum ia tersadar dengan perkataannya.

Seunghyun tertegun sejenak.

"HEY! APA YANG KAU MAKSUD BOCAH?!" suaranya menggelegar. Menatap tajam pintu kamar Jiyong yang sudah tertutup.

.

.

.

8.42 p.m.

Seunghyun memiliki beberapa trauma yang mendalam. Dia selalu berusaha terhindar dari trauma nya. Salah satu trauma yang sangat ia hindari adalah kalimat-kalimat palsu atau dusta. Belum diketahui pasti apa penyebab Seunghyun trauma terhadap kalimat dusta terlebih kepada seseorang yang terbiasa berdusta.
Di saat beberapa orang percaya pada sebuah janji, Seunghyun memilih untuk mengabaikan janji tersebut. Ia akan lebih menghargai janji tersebut ketika diwujudkan dengan bukti nyata bukan hanya omong kosong belaka. Namun, sekeras apa pun Seunghyun menghindari trauma nya. Tidak menutup kemungkinan ia akan benar-benar terhindar dari hal tersebut.
Terbukti, pada hari ini Seunghyun memergoki kekasihnya sedang bergandengan tangan—terlihat begitu intim—bersama pria lain berjalan menuju rumah Sang kekasih. Padahal sesaat sebelum melihat kejadian ini, Seunghyun sudah berbicara dengan kekasihnya via telepon, bahwa kekasihnya sedang sibuk dengan tugas kuliah nya. Apakah mungkin sesuatu seperti ini bisa disebut sebagai bagian dari tugas kuliah? Rasanya tidak dan sudah dipastikan bahwa kekasihnya telah berdusta kepadanya yang kemudian membuat prasangka-prasangka buruk bermunculan dalam benaknya. Sesuatu seperti ini tidak bisa ditolerir lagi. Ia harus bertindak secepatnya. Seunghyun meraih ponsel miliknya yang tergeletak disamping stir mobil. Kemudian Seunghyun mengirim sebuah pesan singkat:

[ To: Lee Hye Sun
Terima kasih untuk semuanya. Maaf, aku pikir hubungan kita cukup sampai disini saja. Kau sudah tidak jujur padaku. ]

Ponsel ia lempar sembarang hingga berceceran dimana-mana. Mobil pun segera melaju dengan kecepatan di atas rata-rata para pengemudi. Kilatan mata yang begitu tajam menusuk hadir dan bersemayam di dalam bola matanya untuk beberapa waktu. Seunghyun marah. Ia kecewa. Pun merasa terbodohi. Terutama karena dia begitu naif percaya dengan semua janji Sang kekasih. Ia butuh pelampiasan. Seseorang atau mungkin hiburan yang akan membuatnya melupakan kejadian malam ini.

.

.

.

10.08 p.m. Bar LG Orestra

Lampu gemerlap dimana-mana. Musik menghentak hati para mengunjung yang baru datang. Ditempat ini penghuninya dapat mengekspresikan diri tanpa perlu khawatir dengan reputasinya di luaran.
Di Bar LG Orestra—sebuah Bar elite khusus kaum LGBT yang didominasi oleh kaum gay dan Bisex.
Disinilah Jinhwan bekerja. Walau pun sebenarnya malam ini bukanlah jadwal baginya untuk bekerja. Seungri yang memaksanya dengan alasan beberapa pekerja sebelumnya telah memutuskan untuk pensiun. Barangkali mereka sudah memiliki cukup uang untuk membuka sebuah lahan usaha. Atau mungkin mereka pada akhirnya sadar bahwa bekerja seperti ini begitu rentan akan risiko terkena penyakit berat. Entahlah, Jinhwan tidak tahu pasti apa alasan sebenarnya yang memicu keluar para seniornya terdahulu. Ia hanya merasa kesal karena harus menggantikan posisi mereka.

Jauh sebelum kedatangan Jinhwan di Bar ini, ternyata Seunghyun sudah ada berkunjung. Ia duduk di dekat bartender dengan sebotol vodka di samping tubuhnya. Ia sudah meminum satu perempat dari isi semula karena Seunghyun tidak berniat untuk mabuk. Ia hanya ingin mencari sebuah pelampiasan agar amarahnya cepat mereda. Ia sama sekali tidak tahu menahu akan adanya Jinhwan di Bar tersebut.
Yang ia tahu Bar ini adalah sebuah Bar yang dihuni oleh sebagian besar memiliki kelamin jantan. Ia juga tidak mengetahui kalau Bar yang ia kunjungi saat ini ternyata bukanlah yang biasa ia dan GD singgahi.
Tetapi kebetulan seperti ini, memungkinkan mengubah garis takdirnya dimasa mendatang.

Melangkah beberapa kali kesamping. Tampak seorang pria yang sedang mengamati Seunghyun. Dia adalah Seungri Sang pemangsa—kalimatnya yang selalu membuat para mangsanya bertekuk lutut. Jujur saja, selama ia berkunjung ke Bar ini, Seungri sama sekali belum pernah melihat sosok Seunghyun. Baru kali pertama ia melihatnya.
Sebuah peluang seperti ini tidak boleh di sia-siakan. Seungri menyeringai, kacamata hitamnya turut berkilat. 'Satu mangsa terkunci.'
Seungri memulai aksinya. Ia berjalan mendekat ke arah Seunghyun dan duduk di samping belakang. Segera ia lepas kacamata dan menyimpannya di saku pakaian.
"Hey! Kau orang baru disini?" sapa Seungri dengan menepuk sebelah bahu milik Seunghyun.
Seunghyun berbalik menatap datar Sang pelaku. "Iya, sepertinya."
Seungri tersenyum dalam hati, "Kau ..sedang ada masalah, benar?" tebakan Seungri muncul dari hasil pengamatannya. Mengamati kondisi calon pelanggannya bukanlah hal yang sulit bagi Seungri.
"Tidak ada urusannya denganmu." Seunghyun kembali fokus, kemudian mengambil gelasnya yang kosong untuk dituangkan cairan vodka kedalamnya.
"Memang tidak ada urusannya denganku. Tetapi jika butuh sebuah pelampiasan, mungkin aku bisa membantu." Seungri mulai mengeluarkan foto-foto pekerjanya. Ia memainkan foto-foto tersebut membuat Seunghyun tampak penasaran dengan isi pada foto-foto tersebut.
"Membantu seperti apa?"
Seungri segera menempelkan satu persatu foto pekerjanya di meja bar. Ia menatap sekilas ekspresi Seunghyun—tampak penasaran, 'Satu mangsa hampir terlumpuhkan.'
"Silahkan pilihlah orang-orang ini sesukamu. Tetapi jika boleh kuberi saran. Pilihlah pria ini." Seungri menggeser letak salah satu foto menjadi lebih depan. Orang yang terdapat pada foto itu.

Seunghyun mengenalinya.

.

.

.

.

.

To Be Continued...

Maaf buat (P) yang disana, capek ngetiknya nih. jadi bersambung, hehehe

semoga suka ya ^^ #love love /?